Oleh : Mauli Azzura
Sosok seorang pemimpin ternyata harus punya kecerdasan , tatkala terjadi keterpurukan dalam kepemimpinannya,ia mampu menyelesaikan setiap permasalahan dengan tepat. Misal seperti mengentaskan permasalahan kemiskinan ,seorang pemimpin harus bisa memberi solusi tanpa menambah polusi ( bukan memberi uang kepada fakir miskin yang ternyata uang tersebut hasil dari hutang dan penuh ribawi) tentu ini bukan solusi.
Sikap peduli dan perhatian juga harus ditunjukan oleh seorang pemimpin. Ia mampu membaca setiap keluhan dari rakyatnya. Lihatlah kepedulian dan perhatian tatkala Kholifah Umar bin Khotob terhadap rakyatnya. Beliau mendatangi satu persatu rakyatnya , mendata dengan benar bahkan rela memanggul gandum tatkala ada salah satu rakyatnya kelaparan dan diantar langsung ke rumahnya.
Ini membuktikan sikap peduli dan perhatian yang ditunjukan oleh seorang pemimpin. Sangat berbeda dengan kepemimpinan kapitalis , bahkan untuk mendapatkan data kemiskinan , dalam kapitalis memakai pendapatan perkapita ( GNP). Bayangkan dari sekian banyak rakyat ,ada yang berbeda -beda pendapatannya mulai dari 500 rb - tak terhingga, lalu didata dan dikalkulasikan sehingga didapatkan hasil yang salah. Seolah rakyat dalam keadaan baik-baik saja, padahal itu data yang tidak valid.
Seperti yang diterangkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengingatkan pemerintah agar mewaspadai kenaikan angka kemiskinan akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM). Bahkan sudah mempridiksi bahwa karrna hal ini, angka kemiskinan akan melonjak. ( CNBCindonesia 31/08/2022)
Namun dalam sistem Islam berbeda. Negara dalam hal tersebut bukan menggunakan GNP atau kalkulasi global melainkan kepedulian per-individu. Sehingga keadaan rakyatnya ia akan tau secara benar. Dan bisa segera teratasi permasalahannya. Sekali lagi bukan memperhatikan secara global tapi per-individu.
Allahu Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (Qs. Al-Anfal 27).
Juga Rasulullah Sholallahu 'alahi wassalam dalam sabdanya :
وقال صلى الله عليه وسلم ادالإمانة إلى من انتمنك ولا تخن من خانك
"Sampaikan amanat kepada orang yang mempercayakan kepada kamu, dan jangan kamu berkhianat kepada orang yang mengkhianatimu"
Sosok pemimpin memikul amanah yang berat, setiap kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala.Kepemimpinan haruslah mendatangkan keberkahan, bahkan keberkahan suatu negri menjadi indikasi keberhasilan seorang pemimpin dalam kepemimpinannya. Bukan seberapa banyak insfrastruktur yang ia bangun, namun keberkahan diukur bagiamana negara dan rakyat mendapatkan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran dengan ketundukan pada Syariat Allahu Ta'ala.
Tentunya seorang pemimpin akan menjadi berhasil jika tiga pilar yang ada dalam kepemimpiannya telah terealisasikan, yakni individu yang bertaqwa, penegakan hukum Allah dan negara yang menjadi pelindung juga merealisasikan dari hukum-hukum Allah tersebut.Dan ketiga pilar itu adalah tugas yang berat bagi seorang pemimpin. Mengajak untuk menjadi individu yang beriman , mengawal penegakan setiap hukjm syara' dan menjaga kestabilan negara agar mampu menjadi negri yang kuat dan penih keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Wallahu a'lam bishshowwab