Krisis Iklim, Kapitalis Gagal Lindungi Manusia dari Perubahan Iklim




Oleh : Nabila Sinatrya

Dampak dari krisis iklim semakin menguat , anomali cuaca dan bencana alam semakin sering terjadi. Data World Meteorological Organization (WMO) menyebutkan masifnya dampak dari perubahan iklim dengan semakin Nampak adanya 1.600 orang meninggal karena gelombang panas dan kebakaran hutan, 35 juta orang terdampak banjir, 821 juta jiwa mengalami kekurangan gizi akibat kekeringan, pengasaman air laut, hingga penurunan oksigen di laut global.

Berbagai negara mengupayakan untuk meminimalisir dampak dari krisis iklim ini. Dilansir dari Aljazeera.com/10/9/2022 bahwa puluhan pemimpin negara Afrika mendesak negara-negara kaya untuk menegakkan janji bantuan mereka terkait dengan iklim dan pendanaan pembangunan. Desakan itu tertuang dalam komunike hasil pertemuan antara 24 menteri negara-negara Afrika selama tiga hari di Ibukota Mesir Kairo.

Negara Afrika yang memainkan kunci dalam menangkap gas rumah kaca, termasuk di Cekungan Kongo yang menjadi hutan hujan tropis kedua setelah Amazon. Sehingga negara Afrika yang paling terkena dampak perubahan iklim, terutama kekeirngan dan banjir yang memburuk. Negara-negara maju telah berjanji akan memberikan bantuan 100 miliar dollar AS (Rp 1.483 triliun) pertahun mulai 2020. Dana tersebut harapannya dapat membantu negara berkembang dalam mengatasi perubahan iklim, sayangnya janji tersebut belum terrealisasi hingga kini.

Namun pemberian dana bukanlah solusi jika negara-negara industri masih membiarkan pembuangan jutaan ton emisi karbon untuk pemuas nafsu materialistik mereka. Kerusakan manusialah yang membuat kerusakan dibumi ini, tanpa berfikir Panjang mereka melakukan eksploitasi tambang besar-besaran dan konsumsi energi fosil yang berlebihan. 

Itulah paradigma kapitalisme yang hanya berorientasi pada capaian materi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Akar masalah tidak akan disentuh karena eksploitasi itulah yang menghasilkan keuntungan besar bagi negara para kapital, sekalipun akan berdampak terjadinya bencana ekologis dimana-mana. 
 
Sehingga solusi yang diberikan adalah dengan memperbaiki akar masalahnya yang itu hanya bisa dilakukan dengan mengadopsi sistem islam, dimana islam adalah satu-satu sistem shahih yang berasal dari Allah swt yang tidak sekedar berperan sebagai agama ritual tapi juga sebagai petunjuk hidup yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan manusia. Sistem islam terbukti mampu menjaga dan mengelola lingkungan dengan baik.

Allah swt Berfirman “dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…” TQS Al-A’raf:56. 

Islam menuntut agar manusia tidak merusak lingkungan, sebagaimana sabda Rasulullah saw dimana beliau senantiasa mengingatkan para sahabat untuk menjaga lingkungan. Saat hendak melakukan perang, Rasulullah memerintahkan agar tidak menebangi pohon dan merusak lingkungan sekitar.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” TQS Ar-Rum : 41

Islam mengajarkan Ketika memanfaatkan alam maka kita harus menjaganya dan tak boleh merusaknya. Jika dipadukan kepada ilmu pengetahuan, akan diperoleh solusi perubahan iklim ini. Konvensi lingkungan disusun untuk mengurangi tren perubahan iklim dengan cara mengurangi secara bertahap dan terukur, serta teragendakan dengan jelas dengan peralihan bahan bakar fosil kepada energi baru yang terbarukan.
 
Islam akan mendorong pembangunan ramah lingkungan dan memfasilitasi penelitian dengan optimal. Segala daya akan terus diupayakan untuk menemukan teknologi ramah lingkungan. Demikianlah islam merupakan ideologi sempurna dan paripurna yang menjadi jalan satu-satunya menyelamatkan dunia dari perubahan iklim. Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak