Koalisi untuk Empuknya Kursi



Oleh : Ni’mah Fadeli
 (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)



2024 akan menjadi tahun politik untuk Indonesia, sejumlah persiapanpun tentu sudah dilakukan oleh para elite politik agar mendapat hasil sesuai keinginan. Koalisi partai menjadi agenda wajib untuk mendapat suara maksimal di pilpres mendatang. Sejumlah pertemuan pemimpin partai pun diagendakan, seperti yang terlihat pada 4 September 2022 yang lalu. Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. Gerindra yang sebelumnya telah resmi membingkai koalisi pra-pilpres bersama dengan PKB dalam wadah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) dengan kandidat Muhaimin Iskandar sebagai wapres mendampingi Prabowo membuat tanya para pengamat politik. Agung Baskoro, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS) berpendapat bahwa PDIP tak mungkin melepas kursi presiden atau wakil presiden jika mereka bergabung dengan koalisi Gerindra dan PKB. Apakah masih terjadi duet nasionalis-religius yang terbukti mampu memenangkan pilpres seperti sebelumnya atau ada koalisi yang dinilai lebih dalam pilpres kali ini? Semua masih bisa terjadi. (nasional.tempo.co, 04/09/22).

Koalisi partai biasa dilakukan partai-partai dengan tujuan untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu. Koalisi menjadi cara efektif menjembatani beragam kepentingan partai politik. Dalam politik demokrasi tak ada kawan dan lawan abadi, koalisi dapat terjadi di antara semua parpol dan tentu saja semua parpol ingin memegang kunci kekuasaan. Setiap lima tahun sekali mereka yang berkepentingan akan berlomba menarik hati dan simpati rakyat. Memberi harapan setinggi-tingginya, seolah mendengar segala keluhan dan akan memberikan solusi untuk mengentaskan segala problema di masyarakat. Namun seperti dapat ditebak, segala janji akan tetap menjadi janji ketika mereka terpilih. Suara rakyat akan tetap menjadi angin lalu bagi mereka.

Tahun ini di antara berbagai kebijakan pemerintah yang sangat tidak pro rakyat seperti kenaikan BBM dan harga-harga kebutuhan yang melambung tinggi, para kontestan politik pun tetap tidak bergeming. Mereka masih saja sibuk dengan berbagai aktivitas politik yang tentu bukan ditujukan untuk kepentingan rakyat. Statusnya memang wakil rakyat namun tidak pernah merasakan apa yang dialami rakyat karena terbuai empuknya kursi kekuasaan. Segala cara dilakukan agar tetap bertahan tentu tanpa melihat apakah itu halal atau haram.

Demokrasi memang tidak memberi ruang bagi agama untuk mengatur kehidupan bernegara maka kebijakan yang digunakan adalah berdasarkan kesepakatan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Aturan dapat diganti jika kepentingannya sudah berganti. Tentu sangat sulit bahkan mustahil akan terlahir pemimpin yang amanah dari sistem semacam ini.

Politik memegang peran yang sangat penting, karenanya Islam pun mengaturnya. Segala urusan umat akan terabaikan tanpa politik yang benar. Politik dalam Islam adalah melakukan pengurusan, perbaikan dan pelurusan atas segala urusan umat. Imam Ghazali menyatakan, “ Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi atau asas dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak punya asas niscaya akan roboh dan segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga akan musnah.”

Politik dalam Islam adalah satu kesatuan, segala kebijakan yang dijalankan dalam suatu negara semestinya berasal dari syariat yang sudah di atur oleh Allah, sebagai pemilik alam dan segala isinya. Seorang pemimpin yang menjadikan Islam sebagai asas dalam setiap tindakannya tidak akan berlaku zalim kepada rakyat. Pemimpin akan benar-benar menjaga amanah atas kekuasaan yang sedang dijalankan. Dia tidak akan melakukan hal-hal hanya untuk menarik simpati dengan memberikan janji-janji yang tidak akan ditepati. Tak perlu berkoalisi dan melakukan lobby di sana sini hanya untuk mempertahankan kursi karena sejatinya kekuasaan adalah ujian yang berat.

Pemimpin dalam Islam juga tidak akan kebal kritik, segala masukan dan keluhan rakyat menjadi pengingat untuk senantiasa menjalankan amanah dengan benar. Dia akan menyadari betul bahwa segala sesuatu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Pemimpin dengan kriteria Islam hanya akan lahir dari sistem Islam. Ketika suatu negara telah melaksanakan seluruh syariat Islam maka akan lahirlah pemimpin yang sesungguhnya, bukan pemimpin yang menjadikan agama sebagai kendaraan dalam memuluskan langkahnya meraup segala keuntungan dunia. Dengan diterapkannya sistem Islam maka negara akan tertata dan terjaga dengan sebaik-baiknya karena hanya Islam yang membawa kebaikan untuk seluruh alam.

Wallahu a’lam bishawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak