Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga
Kemendikbudristek telah meluncurkan Merdeka Belajar episode ke-22 tentang transformasi seleksi masuk PTN pada Rabu (7/9). Ada tiga transformasi seleksi masuk PTN. Yakni seleksi nasional berdasarkan prestasi, seleksi nasional berdasarkan tes dan seleksi mandiri oleh PTN. (detik.com, 9/9/2022)
Jauh panggang dari api. Mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan kondisi saat ini. Sesungguhnya kerusakan sistem Pendidikan kita berasal dari falsafahnya. Tidak disertakannya aqidah sebagai landasan kurikulum Pendidikan, telah membawa kerusakan generasi yang terus mengkhawatirkan. Juga tidak meratanya fasilitas Pendidikan menjadikan tidak setiap warga mendapat hak yang sama.
Dan kalau kita perhatikan, apa yang diluncurkan meteri Nadiem masih ranah teknis, tidak menyentuh akar masalah sehingga layak dicermati dari beberapa sisi. Dan apa benar kebijakan ini menyelesaikan problem kesempatan kuliah bagi semua wargaBahkan efek samping dari semua itu lebih besar lagi, yakni pelajaran pembentukan kepribadian Islam yang kian terpinggirkan, bahkan disamakan dengan pelajaran tsaqofah lain.
Adapun penyelenggaraan tes skolastik juga tidak lah mudah. Tes tersebut selama ini dianggap sulit di jenjang SMA/SMK dan kurikulum untuk menghantarkan hal ini pun belum terbentuk dengan baik. Penggunaan tes skolastik memberi kesempatan kepada siswa-siswa berprestasi saja yang lolos.
Di sisi lain, berbagai bimbingan belajar pun akan berusaha menangkap kelemahan tersebut. Keberadaan mereka diburu oleh siswa yang “lemah”, baik untuk meningkatkan kemampuan tes skolastik maupun tes akademik jika tes jenis ini tetap diselenggarakan oleh PTN, melalui jalur mandiri, misalnya. Akibatnya, seleksi melalui jalur tes juga hanya memberi kesempatan mereka yang mampu membayar bimbel untuk memperkaya kemampuan tes, di tengah kelemahan pihak sekolah meningkatkan kemampuan tersebut.
Andaipun kebijakan ini akan memberi kesempatan mereka yang tidak mampu bimbel (terkendala ekonomi) untuk lolos dalam seleksi, lantas bagaimana kelanjutannya? Meskipun kuliah di PTN dianggap lebih murah, tetapi tetap saja mahal. Kendala beban kuliah di PTN ternyata tidak bisa diselesaikan dengan kebijakan ini, kecuali hanya saat seleksi masuk saja.
Seharusnya negara lebih memikirkan kebijakan ideal agar seluruh warga berkesempatan kuliah dengan murah dan tetap berkualitas. Tidak cukup hanya dengan mengotak-atik seleksi penerimaan di PTN. Apalagi, biaya kuliah di PTN pada umumnya mahal, kecuali yang mendapat beasiswa, tetapi berapa banyak? Belum lagi jika bicara kualitas yang ditopang kurikulumnya.
Islam mempunyai sistem pendidikan yang unik. Semuanya telah diatur dengan jelas, sistematis, dan sempurna dalam Islam. Berikut ini adalah gambaran secara umum mengenai sistem pendidikan dalam Islam:
Pertama, kurikulum pendidikan Islam berdasarkan akidah Islam. Karena itu, seluruh bahan pelajar dan metode pengajaran ditetapkan berdasarkan asas tersebut. Tidak dibolehkan adanya penyimpangan, walaupun sedikit, dari ketentuan tersebut.
Kedua, strategi pendidikan adalah untuk membentuk ‘aqliyyah dan nafsiyyah Islam. Oleh karena itu, semua bahan pelajaran yang hendak diajarkan disusun berdasarkan strategi tersebut.
Ketiga, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian Islam, membekali khalayak ramai dengan ilmu pengetahuan serta sains yang berkaitan dengan masalah kehidupan.
Keempat, pengajaran sains dan ilmu terapan seperti matematika, fisika harus dibedakan dengan pengajaran tsaqâfah. Ilmu-ilmu terapan dan sains diajarkan tanpa mengenal peringkat pendidikan, tetapi mengikuti kebutuhan. Sedangkan tsaqâfah Islam diajarkan pada tingkat sekolah rendah hingga menengah atas dengan kurikulum pendidikan yang tidak bertentangan dengan konsep dan hukum Islam.
Kesembilan, Program wajib belajar berlaku untuk seluruh rakyat pada level sekolah dasar dan menengah. Negara juga wajib menjamin pendidikan bagi seluruh rakyat dengan gratis. Mereka diberi kesempatan untuk melanjutkan ke level pendidikan tinggi secara cuma-cuma dengan fasilitas yang terbaik.
Maka, sudah saatnya kaum muslimin berpikir ulang tentang sistem hidup yang sedang dijalankannya. Dan saatnya mempertimbangkan keunggulan Islam dalam menyelesaikan seluruh problem yang dihadapinya. Wallahu a’lam bi ash showab.