Kebijakan Zalim di Balik Kenaikan BBM?

 



Oleh Ummu Akmal

Bak jatuh tertimpa tangga,  rasanya pepatah yang pas untuk menggambarkan keadaan rakyat saat ini. Kurang lebih dua tahun pandemi menghampiri membuat ekonomi rakyat kembang kempis, ketika perlahan bangkit namun sayang harus menerima nkado pahit lagi dengan kabar  kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) hari sabtu 3 September 2022, pukul 13.30 WIB, dan berlaku satu hal kemudian pada pukul 14.30.

Dilansir Kompas.com (3/9/2022), Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mulai dari Pertalite, Solar, dan Pertamax.
Pada hari yang sama, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan penyesuaian harga BBM terbaru .

Adapun nilai kenaikan harga BBM adalah: Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter. Harga Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter. Harga Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter (Kompas.com, 3/9/ 2022).

Alasan kuat kenaikan harga BBM bersubsidi adalah terjadinya pembengkakan nilai subsidi energi yang mencapai Rp 502 triliun yang sangat  membebani APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Dampak Domino Kenaikan BBM

Kenaikan BBM kali ini tidak tanggung-tanggung kurang lebih 30 persen, ini tentu akan menimbulkan gejolak di tengah masyarakat. Bahkan akan berdampak  inflasi, sekaligus menurunkan daya beli masyarakat.

Menurut Anggota Komisi I DPR RI, Ahmad Muzani, jika pemerintah menaikkan harga BBM, maka akan berdampak pada inflasi.
Kenaikan inflasi akan menyebabkan harga kebutuhan pokok meningkat. Dengan kata lain, kenaikan harga BBM bersubsidi akan membuat daya beli masyarakat semakin kecil. (Suara.com, 29/8/2022).

Semua tahu bahwa BBM adalah kebutuhan strategis seluruh rakyat. Tentunya kenaikan BBM akan menimbulkan dampak domino di tengah masyarakat.

Dampak domino di bidang ekonomi  terjadinya kenaikan harga kebutuhan pokok akibat inflasi. Namun di sisi lain tidak diikuti kenaikan upah, hal ini tentunya akan melemahkan daya beli masyarakat. Ketika daya beli melemah maka akan menimbulkan kemiskinan karena sulitnya memenuhi  kebutuhan hidup.

Berikutnya adalah dampak sosial,  menjadikan ekonomi kembali jatuh, maka kesejahteraan masyarakat semakin jauh dari angan-angan. Ketika kemiskinan meningkat dan rakyat semakin sengsara maka sudah dipastikan kriminalitas akan meningkat.  Sehingga wajar jika kenaikan BBM ini menimbulkan banyak penolakan.

Sebagaimana dilansir dari Kompas.TV, bahwasannya kalangan buruh menolak kenaikan harga BBM. Salah satunya dari kalangan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI). Presiden KSPI, Said Iqbal menguraikan sejumlah alasan mengapa buruh menolak rencana kenaikan harga BBM bersubsidi.

Mengapa Harus Subsidi, Kemana Sumber Daya Alam?

Sebab dari mahalnya BBM adalah karena dicabutnya  subsidi yang ditanggung APBN, bahkan disinyalir menyusulnya  pencabutan subsidi-subsidi yang lain, seperti; pangan ,migas, pendidikan, kesehatan dll , dengan alasan untuk menyelamatkan APBN. Jika memang subsidi BBM cukup memberatkan APBN, harusnya pemerintah jeli dalam mencari solusi. Bukan keputusan yang justru merugikan dan menyengsarakan rakyat nya sendiri.

Jika mau diteliti  banyak sekali di negeri ini  proyek-proyek yang justru tidak dibutuhkan rakyat, yang diketahui cukup banyak menyedot APBN sebut saja proyek pembangunan IKN (Ibu Kota Negara), proyek pembangunan Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung, dll. Yang semuanya nyata menyedot dana yang tidak sedikit dari APBN.

Bila perlu bisa menghemat dana-dana  yang lain, bukan malah mencabut subsidi BBM yang merupakan hajat hidup rakyat banyak.

Sumber daya alam negeri ini terkenal melimpah ruah dari darat hingga ke laut. Dari hasil laut hutan,  pertanian , perkebunan, barang tambang, energi termasuk di dalamnya minyak mentah sebagai BBM.

Yang menjadi pertanyaan kemana semua sumber daya alam yang melimpah ruah itu? Mengapa BBM harus subsidi, mengapa juga harus mahal? bukankah itu semua milik rakyat negeri ini? Seharusnya rakyat mendapatkan  dengan harga murah bahkan gratis.
Adakah yang salah pada pengaturan Sumber Daya  Alam (SDA) negeri ini?

Islam Menjawab

Islam adalah agama sempurna. Dengan kesempurnaan Islam  semua permasalahan bisa diselesaikan, tentunya tanpa menimbulkan masalah baru.

Islam bukan hanya agama ritual yang mengurus ibadah mahdhah misal salat, puasa,  zakat, dan  haji saja. Namun juga mengatur urusan yang universal.

Dalam aturan Islam atau lebih tepat disebut dengan syariat Islam, sumber daya alam adalah milik rakyat, haram dikuasai swasta baik asing atau domestik. Semua diserahkan kepada rakyat, negara hanya sebagai yang mengelolanya saja.

Rasulullah saw. bersabda:
"Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad).

Jika benar hadis Rasul ini diterapkan oleh penguasa Muslim negeri ini, itulah tersebut titik bisa dipastikan BBM akan murah bahkan gratis. Rakyat akan terjamin kesejahteraannya, terpenuhi segala kebutuhan nya, jauh dari kezaliman penguasa di balik kata-kata subsidi.

Hal di atas hanya bisa diterapkan dalam sistem pemerintahan negara yang menerapkan Islam secara kafah. Menjadikan aturan Allah dengan panduan Al-Qur'an dan sunah di atas segalanya.
Semoga segera terwujud.

Wallahu a'lam bishawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak