Benarkah Pemimpin Kapitalis Mampu Mengemban Amanah Terhadap Rakyatnya?




Oleh : Mauli Azzura

Hampir semua harga kebutuhan dinegri ini mengalami kenaikan.Bahkan kenaikan seolah menjadi agenda tahunan penguasa. Tak heran melejitnya kenaikan berbagai kebutuhan, membuat rakyat miskin semakin bertambah dan beban hidup-pun semakin berat.

Dilansir dari Merdeka.com 01/09/2022. Kementerian Perdagangan mengeluarkan harga referensi bea keluar produk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), periode 1-15 September 2022 sebesar USD929,66 per metrik ton. Harga referensi tersebut meningkat sebesar USD29,14 atau 3,24 persen dari periode 16-31 Agustus 2022, yaitu USD 900,52 per metrik ton. Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1207 Tahun 2022 tentang Harga Referensi Crude Palm Oil yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit periode 1-15 September 2022

Doktrin ideologi kapitalisme mengajarkan bahwa negara menyerahkan kegiatan 
ekonomi sepenuhnya pada mekanisme pasar. Negara tak boleh atau minim ikut campur. Warga harus dibiasakan bisa hidup sendiri, dan minim bantuan. Itulah sistem kapitalisme. Maka jangan heran jika kita sering mendengar pernyataan politisi dan pejabat negara yang meminta rakyat untuk berjuang sendiri. Ketika harga minyak goreng meroket dan langka di pasaran, rakyat dianjurkan mengurangi memasak dengan cara menggoreng. BBM dicabut subsidinya diikuti kenaikan harga kebutuhan lainnya. Politisi partai-pun tak lepas dari kalimat yang tak seharusnya diucapkan sebagai penyalur aspirasi rakyat.

Lalu dimana peran penguasa sebagai pengemban amanah rakyatnya?

Islam menekankan bahwa rakyat adalah amanah, sementara amanah wajib ditunaikan. Allahu ta'ala berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

"Sungguh Allah menyuruh kalian
menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya. Jika kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kalian menetapkan hukum itu dengan adil" ( QS an-Nisa’ [4]: 58).

Seorang pemimpin yang meriayah rakyatnya dengan welas asih akan mendapatkan kedudukan mulia disisi Allah ta'ala. Sebaliknya jika ia menghianati rakyat , tidak amanah, maka ia akan terhina dunia akhirat. Sebagai penguasa haruslah sekuat tenaga mengerahkan segenap kecerdasannya untuk mensejahterakan rakyatnya.

Pemimpin harusnya menjadi orang yang paling beruntung, dengan amanah kepemimpinannya, ia mampu membuat rakyatnya tidak terlantar , mampu membuat masyarakat dan negaranya kearah ketaatan pada Allah ta'ala, maka ia akan memperoleh nilai ibadah yang besar. Sebaliknya jika ia menjadikan rakyatnya sebuah beban dan malah menelantarkan apalagi menghadangi hak-haknya, ia akan cilaka.

Rasulullah bersabda, 

'Tidak seorang pun pemimpin yang menutup pintunya untuk orang  yang membutuhkan, orang yang kekurangan dan orang miskin, kecuali Allah akan menutup pintu langit dari kekurangan, kebutuhan  dan kemiskinannya."
(HR at-Tirmidzi).

Tidak akan pernah lapang dalam hidupnya, tidak akan pernah dicukupkan atas rizqinya dan kehidupannya akan terasa sempit. Oleh karenanya, tidaklah lazim jika seorang pemimpin menganggap rakyatnya adalah beban bahkan ditambahkan beban hidupnya dengan kebodohannya dalam membuat kebijakan, kecuali ia akan dimasukan kedalam golongan orang-orang yang berdosa.

Wallahu A'lam Bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak