Oleh Emmy Rina Subki
Belum usai masalah kenaikan harga telur ayam yang akhir-akhir ini sedang melambung tinggi. Kini, timbul permasalahan baru dengan adanya kenaikan BBM yang akhirnya di resmikan oleh pemerintah pada sabtu ( 3/9/2022) di seluruh SPBU yang dimulai pukul 14.30 WIB.
Harga BBM yang naik meliputi BBM subsidi, seperti Pertalite dan Solar serta BBM nonsubsidi yaitu Pertamax. Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter.
Dengan kenaikan BBM ini, pastinya akan memicu kenaikan harga-harga barang yang lain, yang sebelumnya saja rakyat sudah menjerit. Contohnya, sembako dan kebutuhan pokok lainnya. Dengan ini memicu kelangkaan dalam kebutuhan dasar hidup manusia, karena ongkos kirim kebutuhan dasar tersebut naik. Hal seperti ini biasanya memicu inflasi perekonomian dalam negeri. Kenaikan yang cukup tinggi ini dapat dipastikan sangat membebani masyarakat kalangan bawah.
Tak luput juga seorang pengemudi ojek online ( ojol ) bernama Arnold (43), yang menyayangkan keputusan penyesuaian harga BBM subsidi tersebut. Dirinya menyebutkan, bahwa kenaikan harga Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter akan mengurangi pendapatan. Diperkirakan untuk ojol mengalami kenaikan 35%. Ini jelas - jelas mengurangi pemakai jasa ojol, karena beban kenaikan ini dibebankan kepengguna jasa ojol. Dampaknya akan mengurangi pendapatan pengemudi ojol, serta memicu kehilangan pekerjaan. Sebaliknya kenaikan ini hanya dinikmati perusahaan bukan driver ojolnya.
Ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak ada empati sedikitpun terhadap rakyatnya. Alih-alih berempati, justru rakyat hanya menjadi alat perah. Sedangkan pemerintah hanya menjadi alat untuk memuluskan kebijakan para pemegang ekonomi kapitalis. Karena rakyat sangat tidak berdaya untuk mencegah kebijakan yang diambil pemerintah saat ini.
Rasulullah saw. mendoakan kesusahan bagi para penguasa yang menindas umat beliau.
“Ya Allah, siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku kemudian dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Siapa yang mengemban tugas mengurusi umatku dan memudahkan mereka, maka mudahkanlah dia.” (HR Muslim).
Divdalam sistem Islam, mestinya para pemegang tampuk kekuasaan. Kalau mengambil kebijakan pasti mempertimbangkan kepentingan rakyatnya. Apalagi hakikatnya pemegang tampuk kekuasan yang sedang berkuasa mengetahui bahwa tugas utamanya adalah mengurus kepentingan rakyatnya.
Penguasa tidak mudah menetapkan kebijakan, apalagi kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Kebutuhan dasar hidup manusia dijamin penuh. Negeri yang kaya akan sumber daya alam ini mestinya tidak mengalami kesulitan dalam hal memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak.
Hakikat pemimpin adalah sebagai khadimulummah atau pelayan bagi rakyat yang dipimpinnya. Berpijak pada filosofi ini, maka seorang pemimpin harus melayani rakyat yang dipimpinnya dengan penuh rasa cinta dan keikhlasan. Dengan filosofi kepemimpinan ini, maka sesungguhnya sebuah kekuasaan merupakan amanah dari Allah Swt. yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Dengan demikian, seharusnya pemimpin harus berempati penuh terhadap rakyatnya. Karena penyalahgunaan wewenang kekuasaan bukan untuk kepentingan pribadi, oligarki maupun kaki tangan kapitalis. Hanya dengan Islam penguasa yang mengurus kepentingan rakyatnya didapatkan.
Wallahu a'lam bissawab