BBM Naik Demi Menyelamatkan APBN, Benarkah?




Oleh Amma Faiq, 
Aktivis Dakwah Jawa Timur 

Pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), muncul berbagai spekulasi. Pemerintah mengklaim bahwa kenaikan BBM demi menjaga APBN agar tidak melebihi beban. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa alokasi pemerintah untuk mensubsidi BBM yang Rp502,4 triliun masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai akhir tahun (merdeka.com/04/09/2022).

Disisi lain, kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah diprotes, lantaran bertolak belakang dengan kebijakan serupa di negara lain yang justru menurunkan di tengah harga minyak mentah dunia beranjak turun di bawah 100 dolar Amerika Serikat per barel (politik.rmol.id/07/09/2022).

Bahkan Menurut perhitungan Lembaga ECO Macro Blast, mereka memperkirakan inflasi pada akhir tahun 2022 akan berada pada kisaran 6,27 persen. "Atau lebih tinggi dari angka proyeksi awal kami yang sebesar 4,60 persen. Inflasi inti kami proyeksi akan berada pada kisaran 4,35 persen pada akhir tahun 2022," jelas dia (merdeka.com/04/09/2022).

Apa yang terjadi di perekonomian negeri ini merupakan imbas dari penerapan sistem ekonomi kapitalistik. Dimana kepengurusan Sumber Daya Alam (SDA) harus diserahkan kepada pihak swasta atau asing. Sedangkan harga jualnya diserahkan kepada mekanisme pasar global. Akibatnya, rakyat yang seharusnya dapat menikmati hasil pengelolaan SDA dengan murah bahkan gratis kini jauh dari angan. 

Padahal, Islam memandang bahwa rakyat bersekutu atas sumber daya alam dimana negara harus mengelolanya dan mengembalikan hasil pengelolaannya untuk kemaslahatan rakyat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad). 

Artinya, SDA yang ada tidak boleh dikuasai individu, swasta maupun asing. Kalaupun pemerintah tak mampu mengelolanya, maka pemerintah dapat bekerja sama dengan pihak pengelola dengan akad kerja. Sehingga kepemilikan SDA tetap dimiliki rakyat. Selain itu, keterlibatan negeri terhadap pasar global dan merujuknya mata uang kepada mata uang tertentu seperti dollar membuat perekonomian juga tidak stabil.

Oleh karena itu, solusi yang diberikan Islam untuk menggunakan mata uang dinar dan dirham yang merujuk kepada emas dan perak merupakan solusi nyata. Sebab emas dan perak memiliki nilai yang stabil Dan dapat terhindar dari inflasi. Sudah saatnya umat Islam kembali memperhatikan agama mereka.

Sebab Islam merupakan agama sekaligus pandangan hidup yang utuh yang akan mampu menyelesaikan segala permasalahan hidup manusia. Peradaban Islam dibawah kepemimpinan Daulah Islam nyatanya telah berjaya lebih dari 13 abad lamanya. Ini merupakan bukti sejarah yang tak terbantahkan. 

Kejayaan Islam akan kembali hadir jika umat Islam bersatu untuk kembali menerapkan Islam secara keseluruhan sebagai bukti atas ketakwaan mereka kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam agama Islam secara kaffah (menyeluruh). Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu" (TQS. Al Baqarah : 208).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak