Oleh : Nur Khasanah
Dilansir dari tempo. Co(3/9/22). Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan bahwa harga BBM bersubdisi naik mulai Sabtu 3 September 2022 pukul 14.30 WIB. Hal tersebut disampaikan seiring diumumkannya kenaikan harga Pertalite, Pertamax, hingga Solar oleh Presiden Joko Widodo
Kenaikan harga BBM sebenarnya bukan hanya sekali dua kali ini saja terjadi. Alasan yang digunakan pemerintah pun masih tetap sama semisal kenaikan harga minyak mentah dunia dan subsidi BBM yang tidak tepat sasaran. Keputusan kenaikan harga BBM seakan tidak dapat dihindari karena besarnya pengeluaran anggaran untuk subsidi BBM akan semakin memberatkan APBN apalagi subsidi tersebut banyak dinikmati oleh orang-orang yang tidak semestinya. "Nah, Rp698 triliun itu siapa yang menikmati? Dengan ratusan triliun subsidi yang kita berikan, yang menikmati adalah kelompok yang justru paling mampu. Karena mereka yang mengkonsumsi BBM itu, entah Pertalite, Solar, atau bahkan Pertamax," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Tindak Lanjut Kebijakan Subsidi BBM, di gedung Kementerian Keuangan, Jumat(26/8/2022). Menurutnya hal ini juga dapat memperlebar jurang dan jarak antara si miskin dengan si kaya dan langkah pemerintah untuk menaikkan harga BBM dinilai sudah tepat.
Benarkah?
Padahal seperti yang kita ketahui dengan kenaikan harga BBM akan menjadikan masyarakat lebih terhimpit, terutama masyarakat menengah kebawah. Bahkan dengan kenaikan BBM akan menjadi pemicu permasalahan-permasalahan lainnya bak benang kusut yang tidak teruraikan. Semisal kenaikan inflasi yang bahkan pada bulan Juli kenaikan ini mencapai 4,94% (yoy). Selain itu, kenaikan harga barang-barang tidak akan terhindarkan. Biaya produksi pun juga akan ikut naik sehingga pembatasan produksi pun akan terjadi dan hal ini juga mengakibatkan perusahaan mengurangi sebagian karyawannya. Pengangguran pun akan semakin meningkat yang berujung kepada meningkatnya jumlah kriminalitas. Selain itu, daya beli masyarakat pun semakin berkurang dan lagi-lagi masyarakat kecil yang dirugikan.
Seberapa keras masyarakat menolak, tidak akan merubah keputusan pemerintah atas kenaikan harga BBM terutama jenis pertalite. Jikaa tidak naik saat ini, maka suatu saat yang datang BBM akan tetap mengalami kenaikan. Kita pun sudah hafal betul bagaimana kelakuan pemerintah kita untuk mendapatkan hati masyarakat atau pun pencitraan yang berderai kringat dan air mata. Padahal belum juga masyarakat selesai bangkit dari pandemi, kenaikan harga minyak goreng ataupun kenaikan bahan pokok lainnya. Sekarang pemerintah akan menaikkan harga BBM. Bak seorang berjalan dengan tongkat yang terseok-seok karena kakinya terluka dan sekarang tongkat itu pun diambil. Tinggal menunggu waktu agar seseorang ini jatuh tersungkur. Sedangkan BLT dan bantuan serupa bukanlah solusi untuk meringankan beban masyarakat dalam jangka panjang.
Penderitaan masyarakat saat ini dikarenakan salah kelola dan kebijakan kebijakan yang amburadul. Liberalisasi migas menjadi salah satu penyebab sengsaranya masyarakat. Sedangkan kenaikan harga minyak mentah hanyalah salah satu alasan agar pemerintah menaikkan harga BBM. Hal ini dimaksudkan agar swasta dapat bersaing. Investor-investor pun tidak akan hengkang dan malah berkerumun untuk memberikan investasi. Sektor hulu dan hilirpun dengan mudah mereka kuasai. Sungguh miris memang karena negara hanya menjadikan untung rugi sebagai patokan dalam mengelola tatanan negaranya. Sedangkan masyarakat dijadikan sapi perah untuk meraih kesejahteraan para petinggi.
Tentu saja di dalam Islam pengelolaan migas menjadi salah satu prioritas negara. Negara akan mengelola semaksimal mungkin sumber daya alam sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan harga semurah-murahnya untuk mengganti biaya produksi dan bukan lagi untung rugi sebagai pertimbangannya dan bahkan tidak mengacu pada harga minyak mentah dunia sehingga harga-harga kebutuhan lainnya pun akan tetap stabil dan terjangkau. Belum lagi negara akan membatasi atau bahkan melarang ikut campur tangan-tangan asing dalam pengelolaan sumber daya.
Itulah bagusnya Tata kelola dalam sistem Islam. Masihkah berharap pasa sistem kapitalis sekuler hari ini? Sistem kapitalis sekuler hanya mensejahterahkan para kapital (pemilik. Modal) dan penguasa. Sedangkan sistem islam mensejahterahkan semuanya. Tanpa memandang SARA. Memang hanya sistem yang datang dari Sang pencipta Jagad raya yakni Allah swt (Sistem. Islam) saja yang mampu mengatasi segala Problematika negeri ini. Karena Dialah (Allah SWT) yang paling tahu apa yang terbaik dan membuat buruk semuanya.
Wallahu a'lam bi as-showaab