Utang Menggunung, Berkelit Investasi Produktif ?




Oleh : Eneng Pustianah Ilham,
 Ibu Rumah Tangga, Pacet-Kab. Bandung.

Apa yang terlintas dalam fikiran kita jika mendengar kata "Hutang" ? Ya, hutang adalah suatu hal yang mengerikan bagi siapapun, apalagi jika jumlahnya luar biasa besar, inilah yang sedang kita alami di negara ini. Luhut Binsar Panjaitan mengakui bahwa benar hutang Indonesia itu besar, sudah mencapai 7000 Triliun namun kita tidak perlu khawatir karena semua bisa dibayar dari uang yg dihasilkan oleh pembangunan infrastruktur yg luar biasa, begitu menurutnya. Tapi apakah kita yakin semua infrastruktur yg dibangun dari hasil utang tidak akan mendapatkan resiko yg berbahaya ?

Mari kita lihat kondisi Srilanka saat ini, negara itu bangkrut karena tidak mampu melunasi utang, salah satunya disebabkan oleh pembangunan infrastruktur dengan bermodalkan utang, imbasnya sudah tentu rakyat yang menjadi korban,  sekolah-sekolah dan fasilitas umum banyak yang ditutup karena terhentinya suplai energi seperti listrik, air dan lainnya, pada akhirnya rakyatlah yang menjadi korban dari ketidakbecusan negara dalam mengelola keuangan dan utang tentunya. 

Utang negara yang diberikan oleh negara kreditur tentu saja disertai dengan bunga, padahal sudah jelas hukumnya bunga atau riba dalam Islam adalah haram, tapi dalam kondisi kapitalis seperti sekarang hal tersebut tidak akan dijadikan sebagai suatu landasan dalam mengambil keputusan, yang terpenting adalah bagaimana caranya pembangunan infrastruktur bisa terwujud meski harus berhutang dan menumbalkan kedaulatan negara itu sendiri. Tentu saja bisa berbahaya jika suatu pemerintahan berdiri tapi dibawah kendali kekuasaan dan campur tangan negara lain yang menjadi krediturnya, ini merupakan bentuk penjajahan yang jauh lebih berbahaya. Harga diri bangsa akan hancur dan tentu saja lambat laun dampaknya akan sangat merugikan bagi negara itu sendiri, lihatlah Srilangka sebagai contoh nyata.

Sekarangpun dampak dari utang negara yg membengkak sudah kita rasakan dari mulai harga bahan pokok dan bahan bakar terus naik, pajak naik dan dicabutnya berbagai subsidi yang biasa diberikan kepada rakyat. Infrastruktur yang dibangun pemerintah pun tidak semua membawa keuntungan seperti yg  digadang-gadangkan mampu menambah pemasukan kas negara, contohnya pembangunan tol transjawa, pembangunan bandara Yogyakarta Internasional Airport, bandara kertajati dan sebagainya. Semua memakan biaya yg sangat banyak dan tentunya bermodal utang. 

Jika kebiasaan berutang terus berlanjut maka bersiaplah kondisi kita kedepannya tidak akan jauh seperti di Srilangka. Naudzubillaah. 
Wallahu a'lam bish shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak