Tanpa Penerapan Islam, Kesyirikan pun Merajalela



Oleh: Sri Yana 


Sejak nenek moyang kita memang praktik perdukunan memang sudah ada. Perdukunan adalah istilah penghinaan yang digunakan untuk menggambarkan praktik non medis ujungnya penipuan. (Wikipedia). Dari istilahnya saja perdukunan memiliki makna penipuan, tapi anehnya masyarakat Indonesia masih ada, bahkan banyak yg masih percaya dunia perdukunan atau hal-hal klenik. 

Sebagaimana beberapa publik figur  atau artis-artis belum lama ini memiliki boneka arwah (spirit doll) yang katanya mengingatkan shalat, sedekah, melancarkan rezeki, pembawa keberuntungan, dan sebagainya. Miris sekali, di zaman teknologi sudah canggih masih percaya dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Apalagi hal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan, publik figur, bahkan masyarakat awam. Nauzubillah min dzalik. Ada lagi ritual kendi yang disakralkan pemerintah. Bagaimana hal tersebut tak diikuti masyarakat. Pemerintahnya saja mencontohkan.

Selain itu,  ada juga yang sedang viral di media sosial (medsos) Instagram, seorang dukun bersertifikat meminta bantuan kekuatan gaib untuk melawan Pesulap Merah atau Marcel Radhival. (msn.com) Karena Pesulap cmerah  membongkar trik atau kepalsuan dukun, sehingga membuat gerah para dukun. Selain itu juga, menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat yang masih peyrcaya kepada dukun. Hal ini berimbas kepada penghasilan para dukun yang akhirnya sepi pelanggan.

Tidak dipungkiri  maraknya perdukunan masih banyak di Indonesia. Hal-hal klenik masih membudaya. Praktik tersebut dianggap sebagai pekerjaan, bahkan diakui. Sebagaimana dikutip m.tribunnews,10/8/2022 bahwa para persatuan Dukun mengakui adanya legalitas dukun di Indonesia oleh pemerintah. Mereka berkata "Karena kita ketahui dukun sejak zaman dulu sudah dilegalkan bahkan kerajaan mengakui adanya perdukunan tersebut," ujarnya.(m.tribunnews.com,10/8/2022)

Dengan dalih itulah para dukun di Indonesia menjalankan aksinya. Dimana budaya yang masih kental dari nenek moyang, berupa kerajaan-kerajaan pada zaman Sriwijaya. Masyakat tak menyadari budaya-budaya tersebut merupakan ajaran terdahulu yang dapat menggerus akidahnya. Sehingga masyarakat masih saja mempercayainya. Ini terjadi karena memang sudah tersistem, ketika sistem sekulerisme kapitalisme yang dianutnya. Segala sesuatu yg dilakukan tidak dihubungkan dengan hukum syara'. Masyarakat akan bertindak sesuka hatinya. Hanya berdasarkan akal semata saja. Makanya wajar bila masyarakat dalam lingkup kebodohan yang sudah tersistem. Karena hal tersebut perlunya peran negara. Tanpa negara yang menerapkan Islam perdukunan akan terus merajalela.

Karena negara Islam yang akan menjaga akidah Islam. Orang-orang yang dapat menyesatkan kepada hal-hal yang musyrik akan dibasmi oleh khalifah. Sebagaimana kita telah mengetahui bahwa kesyirikan adalah dosa yang terbesar dan tidak akan diampuni oleh Allah. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An Nisa: 48).
Wallahu a'lam bish shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak