Saudara yang Terlupakan, Dimana Bukti Cinta ?

 


Oleh Fitri Rahmadhani


 Bagaimana rasanya jika kita dihadapkan dengan satu sosok mayat dari orang yang selama ini kita sayangi dan cintai? hari demi hari selalu bersama, namun kini orang tersebut dalam kondisi tubuhnya dipenuhi oleh berbagai luka, tubuh yang hancur mengenaskan, darah yang tercecer dimana-mana. Tentu akan hadir rasa luka yang begitu dalam, ketakutan ataupun kecemasan bahkan trauma yang begitu menyesakkan. Mungkin kita tidak merasakan hal tersebut akan tetapi kita melupakan atau mungkin belum tahu bahwa ada saudara kita yang mengalami hal tersebut. Dimana mayat-mayat berserakkan, hilangnya keluarga ataupun orang di sayangi menjadi pemandangan sehari-hari. Tak ada lagi waktu untuk bersantai ria menikmati momen manis bersama keluarga, yang ada hanya tempat mencari keamanan serta keselamatan dan memperjuangkan keadilan yang seperti hilang terkubur entah kemana.


Seperti yang di rasakan oleh saudara seakidah kita di Gaza yang dari dulu hingga sekarang terus mengalami penderitaan yang seperti tak berhujung. Dimana Israel kembali mebombardir properti dan korban sipil beserta anak-anak. Serangan ini membuktikan bahwa mereka adalah rezim zalim, menurut AWG klaim Zionis Israel bombardir Gaza sebagai upaya pencegahan merupakan alasan mengada-ada. Mereka seharusnya tidak boleh direspons dengan bombardir (Republika.co, 07/08/22).


Selain itu Israel membuat wilayah palestina layaknya lapangan latihan dan warga sebagai target tembak. Serangan Israel hingga kini telah mengakibatkan tewasnya 12 warga Palestina, termasuk seorang anak dan seorang wanita. Serangan juga menyebabkan 80 orang korban luka-luka. Agresi ini merupakan manifestasi dari arogansi kekuatan militer Israel, dan perpanjangan dari pola pikir kolonial rasis yang menganggap wilayah Palestina yang diduduki sebagai lapangan pelatihan dan warga Palestina sebagai target penembakkan, kata Kementerian Luar Negeri dari Wafa News, Sabtu 6 Agustus 2022 (Republika.co.id, 07/08/22).



Begitu pedih dan menyakitkan serta mengerikan apa yang tengah dialami oleh saudara mukmin kita diluar sana seperti kasus di atas. Berulang kali kekejian ataupun kezaliman yang telah dilakukan oleh Israel terhadap saudara-saudari kita di Palestina atau di Gaza, sementara negeri-negeri Muslim hanya bisa prihatin dan mengecam. Namun hubungan baik dan normalisasi dengan Israel tetap berjalan atau dilanjutkan. Seakan-akan mengasihani korban bullying namun dibelakang tetap mendukung seorang pelaku bullying seolah tak habis melakukan kejahatan apa-apa. 

  

Tak ada kesatuan kepemimpinan umat Islam dan adanya praktik nasionalisme oleh masing-masing negara maka harapan untuk melindungi tanah dan nyawa sesama saudara Muslim hanyalah harapan semata. Namun sangat sulit untuk diwujudkan. Mereka tak punya tameng pelindung untuk sama-sama berjuang, tak ada kepemimpinan yang memeluk dan merangkul serta memberikan rasa aman dikala penderitaan kian meningkat. 


Mereka adalah saudara-saudari Muslim kita yang terkadang di lupakan bahkan seolah teracuhkan. Hanya bermodalkan prihatin dan kecaman semata saja tak cukup untuk merubah kondisi penderitaan yang mereka alami.

    

Bantuan berupa obat-obatan, ataupun dana hanya bersifat sementara karena hanya membantu hingga menunggu masa kegunaannya habis. Hal tersebut terus di lakukan secara berulang-ulang akan tetapi masih sangat jauh diatas standar tujuan untuk membebaskan mereka dari penderitaan penjajahan yang sudah sangat lama dilakukan oleh Israel. 


Kini saatnya memperbaharui kesadaran dengan kesadaran yang betul-betul penuh dan cemerlang bahwa sesungguhnya yang dibutuhkan ialah adanya persatuan, agar membuktikan bahwa kaum Muslim memiliki bukti cinta terhadap saudaranya dan turut merasakan penderitaan yang sama yang tengah dialami oleh saudara kita disana, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Bukhari dan Muslim: “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam”. Seperti itulah kaum muslim yang sesungguhnya. Bukan berdiam ataupun berpaling dari fakta yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban saat diakhirat nanti.


Itulah solusi yang perlu diperjuangkan oleh kita kaum Muslim yang sadar akan pentingnya persatuan umat muslim dalam naungan Islam dalam bentuknya negara. Karena akan sulit jika yang bergerak hanya sekadar individu atau gerakan-gerakan lainnya.


 Karena negaralah yang berperan penting dalam menjaga atau mengarahkan perintah untuk menyatukan kaum Muslim yang tidak lain adalah daulah Islam atau khilafah yang kini seakan dianggap buruk dan mengerikan. Padahal hal tersebut merupakan rekayasa para orang-orang zalim agar kaum muslim tidak bersatu dan meruntuhkan kekuasaan yang bersifat zalim di tengah-tengah umat.


Dengan adanya persatuan dalam naungan daulah Islam maka setiap masyarakat baik Muslim maupun nonmuslim tetap akan mendapat jaminan keamanan. Itulah yang kini sangat di perlukan oleh saudara-saudari kita di Palestina atau di Gaza. Dengan adanya kekuatan daulah yang merangkul serta melindungi dan memberikan keamanan dari penjajahan yang sudah sangat lama menghancurkan kehidupan mereka. Harus berani melakukan perubahan agar sampai kepada tujuan yang sudah lama di harapkan. 


Sebagaimana dalam firman Allah yang artinya: “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (TQ.S Ar-Ra’d: 11)


  Wallahu a'lam bisshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak