Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Keluarga dan Sosial
Remaja, tidak pernah habis diperbincangkan. Kasus perundungan, pergaulan bebas, bahkan pembunuhan akhir – akhir ini menghiasi dinding berita dalam negeri. Membahas setiap sisi kehidupan remaja tidak cukup dengan melihat aspek psikis remaja saja. Tindakan yang manusia lakukan pada dasarnya ditentukan oleh pandangannya mengenai kehidupan.
Pemahamannya mengenai dari mana ia berasal, apa tujuannya di dunia ini, dan hendak ke mana setelah kehidupan dunia, akan menuntun setiap tindakan manusia. Ini adalah pertanyaan mendasar yang akan membentuk karakter khas pada manusia.
Oleh karenanya, mendiagnosis remaja harus dimulai dari memahami landasan berpikir mereka saat berbuat. Kalau masalah karakter sih, masa remaja jelas masa produktif. Segala hal baru akan manusia coba kala masa mudanya.
Hanya saja, jika yang mendorong manusia berbuat semata karena dorongan perasaan, sebagian manusia akan mewajarkan apa pun yang remaja lakukan. Namun, jika yang menjadi motivasi manusia berbuat adalah pemikiran, setiap hendak melakukan tindakan pasti ada berbagai pertimbangan berdasarkan pemikiran tadi.
Jadi, jika kembali pada pembentukan pemikiran yang berdasarkan pada pemahaman mengenai dari mana manusia berasal, tujuan hidupnya di dunia, dan hendak ke mana setelah kehidupan ini, niscaya tidak akan ada manusia yang berbuat hanya mengandalkan perasaan. Jika remaja bisa memecahkan pertanyaan mendasar ini, niscaya ketika berbuat, mereka memiliki tujuan jelas, pasti, dan tidak abu-abu.
Remaja akan menjalani hidup dengan prinsip yang khas dan tidak akan mudah terombang-ambing menjalani hidup. Dengan prinsip ini, mereka tidak mudah silau dengan dunia. Masa muda mereka isi dengan berbagai amal ibadah, bukan hura-hura, apalagi dengan dalih bahwa hura-hura adalah hal wajar untuk generasi muda.
Wallahu a’lam bi ash showab.