Percaya Dukun? No Way





Oleh: Ita Mumtaz



Julukannya pesulap merah, namanya Marchel Radhival. Konten di Chanel YouTube-nya seringkali membongkar praktik dukun dan menguliti trik sulap. Marchel merasa bertanggung jawab atas amanah ilmunya, sehingga tidak akan membiarkan praktik perdukunan semakin marak dalam melakukan penipuan dan pembodohan kepada masyarakat. 

Dia juga mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh sebagian dukun tersebut merupakan pembodohan terhadap masyarakat. Maka tidak sepatutnya masyarakat mempercayainya sebagai salah satu ikhtiar pengobatan apalagi percaya pada dukun. (Kompas.com, 03/08/2022)

Maka dukun-dukun bersertifikat pun mengancam akan meminta kekuatan gaib untuk melawan Pesulap Merah. Gara-gara Marchel, job sebagai dukun pun jadi sepi. 

Praktik perdukunan seolah menjadi sesuatu yang biasa saja di negeri ini, saking banyaknya masyarakat yang sudah terlanjur percaya sejak zaman dulu hingga saat ini. Untuk mendapatkan kesembuhan pun banyak yang memilih ke dukun daripada ke medis dengan alasan lebih simple dan pasti mendapatkan kesembuhan.

Masyarakat lebih banyak percaya begitu saja dengan apa-apa yang  disampaikan oleh dukun. Sebab para dukun memang sengaja melakukan sesuatu yang membuat orang-orang yang mendatanginya mudah percaya.  

Para dukun memang menjadikan kebohongannya untuk mencari penghidupan. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta sebagai jalan rezekinya.

Suasana sekulerisme memang menjadikan manusia jauh dari syariat Allah. Mereka menganggap bisa berbuat suka-suka demi menuruti hawa nafsunya. Aturan dari Allah, yakni syar'iat Islam tak dianggap penentu baik dan buruk. Halal dan haram ditabrak demi mendapatkan kesenangan semu yang diidamkan. Rida Allah tidak lagi menjadi parameter kebahagiaan sejati. 

Wajar jika aturan Islam yang mulia ini banyak dipinggirkan, hanya diambil yang sesuai dengan keinginan. Tidak masalah dengan aturan shalat, puasa, haji dan ibadah ritual yang lain. Namun alergi dengan penerapan syariat Islam lain secara kafah seperti ekonomi tanpa riba, pergaulan Islam yang sangat menjaga batasan laki-laki dan perempuan, pendidikan yang berbasis akidah Islam, hingga Khilafah Islam sebagai sistem pemerintahan. 

Akibatnya dalam diri umat masih tersisa perilaku syirik, termasuk pergi ke dukun dalam rangka pengobatan atau pun menanyakan hal-hal gaib. Iman mereka rapuh dan mudah runtuh, sebab tidak ada edukasi dan penjagaan terbaik dari negara. 

Justru negara lebih gencar memfasilitasi moderasi agama yang bisa menjadi benih-benih kesyirikan. Jika umat ini tak lagi berpegang teguh pada akidah Islam, terbiasa longgar dengan penerapan syariat-Nya, maka pastilah mudah terjerumus ke lembah maksiat bahkan kesyirikan yang nyata. 

Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukangramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al-Quran yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad)

Dalam hadis yang lain Rasulullah juga bersabda:
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka salatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim)

Dari sini bisa disimpulkan bahwa mempercayai orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib, bisa menyembuhkan penyakit dan semacamnya, walaupun terkenal dengan sebutan gus, kyai, ustaz dan semacamnya, maka hukumnya haram. Sebab perkara ghaib adalah kuasa Allah Swt.

Maka sudah bisa dipastikan, jika ada yang mengatakan  mengetahui hal ghaib, sesungguhnya merupakan bisikan setan yang ingin menyesatkan umat manusia. Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak