Oleh : Tari Ummu Hamzah.
Tahun ajaran baru telah dimulai. Banyak alumni peserta didik lulusan SMA sederajat mulai mempersiapkan jenjang karir berikutnya. Yaitu dunia Kampus. Tapi benarkah semua alumni SMA mempersiapkannya? Mampukah mereka mempersiapkan jenjang pendidikan berikutnya? Sudahkah mereka lolos dari bayang ketakutan tak mampu membayar uang pangkal dan uang semester?
Kita semua tahu bahwa pendidikan setara sarjana itu tidaklah murah. Kampus-kampus ngeri pun dengan jurusan tertentu, mematok uang pangkal dan uang semester yang mahal. Sudahlah beban studi mahasiswa itu berat, ditambah lagi mereka harus memikirkan bagaimana membayar tanggungan selama program studi berlangsung.
Kekhawatiran seperti ini wajar terjadi. Karena menurut hasil riset Harian Kompas, dikatakan bahwa ada prediksi lonjakan biaya kuliah di masa depan tidaklah seimbang dengan peningkatan penghasilan para orangtua yang cenderung melandai. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh inflasi dan kebijakan UKT tiap Universitas.
Jadi hanya orang tua yang berpenghasilan tinggi serta memiliki ekonomi yang cenderung stabil, yang mampu menyekolahkan anaknya. Karena inflasi negara juga akan berpengaruh terhadap penghasilan rakyat kecil. Darimana mereka harus menanggung tanggungan pendidikan sedangkan penghasilan mereka tak mampu menutupi tanggungan pendidikan?
Sungguh kapitalisme di negeri ini makin mempersulit kondisi generasi bangsa. Bangsa ini butuh penerus,tapi tak semua pemudanya mendapatkan pendidikan yang mumpuni. Jika tak ada pemerataan pendidikan maka pemerataan ekonomi jug sulit dicapai. Bahkan akan sulit bagi negara untuk mengurangi dari angka kemiskinan.
Sebab jika tidak ada pendidikan maka tidak ada keterampilan, jika tidak ada keterampilan maka akan banyak pengangguran.
Kegagalan demi kegagalan sudah ditampakkan oleh sistem ini. Namun penguasa tetap mempertahankannya. Tak ada kebijakan yang sepenuhnya pro rakyat. Bahkan cenderung berpihak bagi orang kelas menengah dan atas.
Bagaimana kita akan menuju kebangkitan jika penguasa mengajak rakyat berputar pada sistem yang rusak sejak lahir. Memaksa masyarakat agar tetap berputar pada poros kehidupan kapitalis yang menciptakan kondisi sekuler,hedon, serta liberal. Akankah generasi penerus tetap seperti ini nasibnya? Atau sebenarnya ada solusi tuntas?
Keadilan dalam memperoleh Hak pendidikan.
Jika kapitalisme telah gagal maka tak perlu lagi kita mengandalkan sistem kufur. Jelas sistem ini wajib ditinggalkan. Sebab didalam sistem ini hanya akan melahirkan banyak kezaliman dan ketidakadilan. Solusi yang diberikan pun tidak berpihak kepada rakyat.
Maka sesungguhnya hanya sistem islam yang mampu mewujudkan keadilan dalam memperoleh hak pendidikan. Karena dalam Islam pendidikan adalah buah dari sebuah ideologi.
Islam adalah ideologi yang mampu memenuhi fitrah manusia. Islam juga melahirkan banyak khazanah staqofah Islam, dan khazanah Islam ini akan membentuk pola pikir dan pola sikap islam. Sehingga memang harus dipelajari agar kaum muslimin memiliki jati diri dan kepribadian yang khas. Inilah yang akan membentuk ciri khas sebuah peradaban.
Untuk itu pemerintah islam menggencar pendidikan besar-besaran. Seperti yang dilakukan oleh para Khalifah di masa Abbasiyah. Para Khalifah di setiap masa kekuasaannya, memberikan perhatian besar akan pendidikan.
Sebab menurut pendapat Khalifah Abbasiyah ketujuh, al Ma’mun (813) tentang konsep masyarakat ideal. Menurutnya, masyarakat masa depan yang ideal itu bisa diwujudkan melalui ilmu pengetahuan dan rasionalisme. Maka urusan pendidikan pun menjadi faktor utama dalam memajukan peradaban.
Ini dibuktikan pada masa Khalifah Al-Mustansir Billah (1226 M-1242 M). Beliau membangun Universitas al-Mustansiriyah di Baghdad, dibangun pada 1227 M dan diresmikan pada 1234 M, Universitas al-Mustansiriyah termasuk salah satu perguruan tinggi tertua dalam sejarah. Pada awalnya Khalifah menyatukan empat bidang studi itu, antara lain, ilmu Alquran, biografi Nabi Muhammad, ilmu kedokteran, serta matematika.
Gedung universitas juga dilengkapi dengan beragam fasilitas kebutuhan pelajar, seperti dapur, tempat shalat, kamar tidur, dan tempat mandi. Pamor universitas ini sangat tinggi di kala itu. Sehingga banyak pelajar dari penjuru negeri datang untuk mempelajarinya banyak ilmu. Sehingga keberlangsungan untuk mencetak generasi muslim terbaik mampu dipertahankan oleh negara.
Inilah bukti bahwa sejatinya pendidikan itu harus merata dan dirasakan oleh generasi muda muslim. Pendidikan adalah salah satu pilar penopang peradaban. Agar pendidikan tidak melahirkan generasi yang rapuh, maka sudah seharusnya pilar-pilar negara dibangun dari sistem yang sahih yaitu Islam.
Tags
Opini