Oleh : Shafira Aida
Banyak kalangan remaja saat ini yang mengikuti gaya hidup bebas, laki-laki dan perempuan bukan mahramnya berboncengan pergi jalan-jalan dengan riangnya. Mereka bersenda gurau dengan lepasnya tanpa batas. Salah satu penyebabnya adalah karena tontonan sinetron atau film percintaan yang sudah menjadi gaya hidup mereka.
Para remaja itu melakukan perbuatan dengan leluasanya tanpa merasa bersalah. Lebih parah lagi, mereka melakukan zina dengan istilah bentuk ungkapan kasih sayang. Iya, kebanyakan remaja sekarang beranggapan bahwa yang tidak mengikuti gaya hidup mereka dianggap aneh, norak dan kurang gaul. Namun, di dalam agama Islam merekalah yang dianggap tidak mematuhi aturan syariat.
Generasi zaman sekarang yang mengikuti gaya hidup bebas tidak lagi sehat, sehingga mereka tidak bisa melihat sesuatu dengan benar. Remaja yang keren adalah remaja yang tidak hanya ikut-ikutan perkembangan zaman, tapi remaja berkualitas adalah dia yang punya karakter kuat, berprestasi, dan memiliki kepribadian Islam.
Remaja yang terpapar gaya hidup bebas semakin lama semakin marak terjadi, bahkan remaja yang hamil di luar nikah, seperti yang belum lama terjadi.
Seperti yang dilansir dari Organilir.sumeks.co, sejoli penggugur kandungan, diketahui sempat menutupi bayi yang baru saja dilahirkan dengan kain pel. Hal ini diketahui dari rekonstruksi kasus aborsi yang dilakukan Penyidik Satreskrim Polres Bengkulu, Rabu (27/7/2022).
Jika manusia yang di karuniai kehidupan oleh Allah SWT, tetapi dengan keingingan hidup yang bebas, maka mereka adalah seburuk-buruk makhluk seperti yang dijelaskan di surat Al-Bayyinah ayat 6:
"Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke Neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk."
Remaja yang suka meniru-niru kebanyakan tren saat ini tanpa mengkaji kebenarannya adalah ciri remaja yang merugi. Mereka tidak tahu apa yang dilakukanya adalah perilaku haram dalam pandangan Islam, maka ada beberapa hal yang mampu mewujudkan seorang remaja berkepribadian Islam, yakni
1. Akidah
Hal pertama adalah kukuhnya akidah. “Posisi akidah Islam ibarat akar dari sebuah pohon atau pondasi dari sebuah bangunan. Kuat lemahnya akar (pondasi) akan sangat berpengaruh pada kuat lemahnya pohon dan bangunan di atasnya”
Akidah adalah pemahaman dari mana asal dirinya, alam semesta dan kehidupan ini, untuk apa ia dihidupkan, dan setelah kehidupan ini berakhir kemanakah dirinya dan semua kehidupan ini.
Jawaban yang tepat akan mengantarkan remaja pada era sekarang dengan pemahaman yang tepat bahwa ia adalah hamba dari Penciptanya, maka mereka harus menjalani kehidupan ini dalam rangka beribadah kepada-Nya, dan kelak mereka akan dikembalikan kepada Penciptanya untuk mempertanggungjawabkan bagaimana perbuatan mereka dalam menjalani kehidupan di dunia.
Akidah yang benar dan kuat akan membuat generasi millenial bisa meletakkan kesenangan dunia dan akhirat dengan tepat. “Memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang benar, juga memahami bagaimana seharusnya mereka menjalankan kehidupan mereka selama di dunia ini.”
Akidah yang kuat akan menghindarkan mereka dari profil lemah, penakut, mudah menyerah, malas berusaha, hedonis, materialistis, liberalis, hidup tanpa arah, tidak produktif, atau bahkan bermasalah.
2. Terikat Syariat
Pengukuh kedua adalah kesadaran generasi millenial untuk terikat pada syariat sebagai konsekuensi keimanan mereka.
Menjadikan generasi berpaham sekularisme, yaitu sebuah paham yang memisahkan syariat dari kehidupan yang mereka jalani. Hal ini, justru akan menjatuhkan mereka pada kehancuran dan kerusakan.
3. Kelengkapan Tsaqafah Tsaqafah (pengetahuan) Islam yang mereka miliki dan kedekatan mereka kepada Allah (sang pencipta) yang membuat mereka mudah mengendalikan nafsu dengan pemahaman Islam yang mereka miliki.
Cara agar generasi saat ini mengetahui kesalahan dan kerusakan pergaulan bebas, maka mereka tidak harus pernah bermaksiat dulu. Semisal berzina, lalu mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Kemudian, memberikan alasan karena pemahaman tentang batasan pergaulan yang ditetapkan syariat sudah dipahaminya.
Sebaliknya, makin mereka tidak menguasai syariat (tsaqafah Islam), maka semakin besar peluang mereka tersesat atau terjatuh dalam bahaya ketika menjalani kehidupan ini.
4. Lingkungan
Pengukuh keempat adalah lingkungan (masyarakat) yang kondusif untuk tumbuh kembang kepribadian remaja, “Lingkungan yang penuh suasana keimanan dan ketakwaan, serta hidup yang amar makruf nahi munkar di tengah mereka, benar-benar akan membantu dan memudahkan untuk tetap istiqamah dalam ketaatan, maka segera diluruskan ketika mulai melakukan kesalahan atau penyimpangan di luar yang sudah dipahamkan agama Islam.
5. Negara
Pengukuh kelima adalah keberadaan negara yang berkarakter ra’in (pemelihara) dan junnah (perisai pelindung) bagi rakyatnya, dengan diterapkannya kebijakan dan peraturan yang benar sesuai tuntunan-Nya.
Negara yang seperti ini akan melindungi generasi millenial dari segala keburukan dan kemaksiatan, seperti pornografi, pornoaksi, dan juga melindungi mereka dari berbagai pemikiran yang merusak semacam kampanye L68T atau pun perilaku seks bebas termasuk berpacaran sebagai HAM.
Disamping itu, negara semacam ini juga akan sanggup mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat dan generasi, mendesain kurikulum yang utuh untuk mewujudkan profil generasi kepribadian Islam, hingga menjatuhkan hukuman berat yang setimpal kepada para pelaku kriminalitas yang merusak generasi.
Maka peran negara adalah hal terpenting untuk mendukung terciptanya generasi muda yang berkualitas, di mana lagi negara yang mampu menciptakanya selain negara yang berasaskan ideologi Islam dalam naungan sistem daulah yang menegakkan hukum dan aturan Allah yang bersumber dari Al-Qur'an dan hadits.
Wallahu a'lam bishshowab.