Oleh : Rifat Muna
Anak-anak adalah generasi penerus suatu bangsa, pemegang estafet perubahan. Pentingnya keberadaan anak-anak atau generasi muda bagaikan tunas muda bagi pohon pisang. Ketika sang induk mati usai menyelesaikan “tugasnya” ialah yang akan berdiri menggantikan induknya, terus memberi manfaat pada sekitar, untuk itu kelayakan kualitas tunas pisang sangat diperhitungkan. Sama halnya generasi muda, merekalah yang akan melanjutkan perjuangan para pendahulunya.
Oleh karena itu, penting sekali menyiapkan generasi muda yang mampu serta layak menggenggam estafet perjuangan tersebut. Generasi yang siap membawa agama juga negeri ini ke arah yang lebih baik.
Namun, sangat disayangkan banyak anak-anak generasi yang ada di hadapan kita saat ini sangatlah jauh dari kesiapan apalagi untuk menerima tampuk perjuangan. Berbagai virus dan racun telah menggerogoti jiwa mereka. Salah satu contoh memilukan adalah peristiwa kematian seorang anak berusia 11 tahun di Tasikmalaya (17/07) sebagai akibat dari pembullyan yang dilakukan beberapa orang yang merupakan temannya sendiri yang juga masih berusia belia. Diketahui korban mengalami depresi setelah dipaksa temannya menyetubuhi seekor kucing.
Pembullyan bukanlah suatu hal yang tiba-tiba muncul, ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dibelakangnya. Ditambah bullying sendiri memiliki dampak yang tidak sedikit.
Menurut seorang psikiater RSIA Limijati, dr Elvine Gunawan, dampak bullying tidak hanya berhenti pada korban. Bullying atau perundungan memiliki dampak yang luas, ini berdampak pada kesehatan jiwa baik pada pelaku, korban, hingga para saksi. Parahnya di zaman ini di era globalisasi informasi peristiwa bullying dapat direkam lalu diunggah ke media sosial sehingga semua orang dapat dengan mudah mengaksesnya, menyebabkan saksi yang melihat menjadi lebih luas. Bukan tidak mungkin mereka juga terkena dampak peristiwa tersebut. (detikcom)
Krisis Generasi Miris Negeri Ini
Kasus perundungan diatas hanyalah segelintir dari banyaknya kasus yang terjadi di negeri ini, bahkan seluruh dunia. Perundungan telah menjadi “langganan” menahun yang dihadapi generasi muda saat ini. Mulai dari perundungan secara verbal, pengucilan, hingga fisik dan tak sedikit yang menyebabkan depresi hingga berujung kematian. Pelakunya bukan hanya anak sekolah tinggi yang telah mengenal kekerasan, anak sekolah dasar pun tak sedikit yang mengalami perundungan. Baik kasus yang terungkap maupun ribuan kasus lain yang tidak terungkap. Meski berbagai program telah dicanangkan untuk mengatasi problem ini, perundungan masih belum dapat terselesaikan.
Parahnya dalam kasus tersebut korban dirundung bukan hanya fisik, melainkan mental juga seksual. Padahal pelakunya adalah seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Diduga kuat pelaku tadi telah terpaoar konten pornografi. Hal ini semakin memperjelas besarnya kerusakan yang dialami generasi muda kini.
Perundungan hanyalah satu jenis dari ragamnya kerusakan dan kemerosotan generasi muda zaman ini. Miras, perzinahan, tawuran antarpelajar, penyimpanan seksual, kemorosotan moral, dan masalah-masalah lain telah menjadi makanan sehari-hari pemuda masa kini. Juga yang tengah viral akhir-akhir ini yakni muda-mudi Citayam yang mengadakan fashion show memamerkan tubuh di jalanan dengan dalih kreativitas.
Padahal, seperti yang kita ketahui generasi muda adalah generasi penerus. Generasi yang ditunggu-tunggu untuk menjaga agama dan negeri ini. Sungguh ironis bila generasi yang menjadi harapan bangsa hanyalah anak-anak muda-mudi yang gemar bersenang-senang dan jauh dari nilai agama. Namun, apakah perundungan dan segala kerusakan yang menggerogoti para generasi muda adalah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba dan murni kesalahan mereka? Adakah sebab lain?
Serba Bebas
Perilaku-perilaku buruk yang dilakukan pemuda-pemudi tidak lain adalah buah dari liberalisme yang berasal dari Barat. Saat ini Barat tengah berupaya menjadikan dirinya sebagai poros dunia dalam segala lingkup kehidupan. Mereka berniat menguasai seluruh dunia dengan pengaruhnya melalui ide-ide kufur buatan mereka.
Tidak cukup dengan menguasai politik dan ekonomi melalui kapitalisme-demokrasi yang mereka gaungkan, Barat berupaya mempertahankan kekuasaan mereka dengan mengendalikan generasi muda. Mereka mencekoki para pemuda dengan nilai kebebasan yang merusak mental pemuda. Dan usaha mereka membuahkan hasil yang manis bagi mereka namun pahit bagi dunia khususnya umat muslim.
Dalam sistem hasil buatan Barat informasi tersebar dengan sangat bebas dan tanpa batas, hal-hal tak senonoh kerap kali muncul pada beranda media sosial yang kini penggunanya tidak hanya orang cukup umur. Keluarga yang seharusnya menjadi benteng utama seorang anak tak mampu membendung arus liberalisme. Negara yang merupakan tameng masyarakat tak mampu mencegah kerusakan generasi penerusnya akibat sistem kufur yang dianutnya.
Akibatnya, lahirnya kaum pemuda yang bermental hura-hura dan senang-senang, berpikir apatis dan hanya mementingkan kepentingan pribadi. Mereka buta akan masa depan negara mereka juga masa depan dunia. Mereka jauh dari agama dan hanya dibutakan oleh kesenangan duniawi. Bukannya menjadi generasi yang dibanggakan, justru menjadi generasi yang menyedihkan. Dan tatkala negara mencoba memberi solusi, itu hanya kulit luar yang tak dapat menuntaskan masalah.
Islam Mendidik Generasi
Kerusakan yang terjadi pada generasi muda kita merupakan masalah sistemik yang tak dapat diatasi dengan solusi kulit saja. Memerlukan solusi mendasar hingga ke akar masalah. Solusi mendasar tersebut tak mungkin lahir dari sistem sekuler kufur yang tidak memandang masalah dari akarnya, karena justru ialah biang onar segala kerusakan tersebut.
Solusi tersebut hanya terlahir dari sistem yang memandang kehidupan ini secara mendalam, yakni sistem Islam. Hanya Islam yang mampu menutup segala lubang penyebab masalah generasi muda. Islam memandang manusia adalah makhluk yang wajib tunduk pada aturan Penciptanya. Ia harus menghadirkan takwa dalam seluruh kehidupannya, sehingga segala hal dilakukan berlandaskan boleh dan tidaknya menurut syara' dan dilarang untuk menerobosnya. Allah SWT berfirman dalam al-quran surat al-Hasyr ayat 18,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Penerapan Islam ini tidak cukup hanya dilakukan oleh individu, keluarga, bahkan sekolah saja, diperlukan peran negara untuk menjaga agar Islam diterapkan secara kaaffah. Kebijakan yang ditetapkan harus berlandaskan Islam termasuk dalam hal pendidikan. Hal ini akan menutup segala celah masuknya ide kufur liberal yang merusak umat.
Dengan begitu akan terlahir generasi islami yang memahami agamanya dengan baik dan menerapkannya dalam tiap-tiap sendi kehidupannya. Generasi yang mampu mengemban amanah menjaga agama dan negeri Islam. Membawa umat Islam menjadi umat terbaik yang memimpin seluruh dunia mengejar rahmat Allah hingga keberkahan menyelimuti seluruh negeri hingga ke seluruh penjuru dunia.
Wallahu a'lam bi ash showab.[]
Tags
Opini