Oleh : Eti Fairuzita
(Menulis Asyik Cilacap)
Lonjakan inflasi di Amerika Serikat menyebabkan harga gas hingga pangan naik drastis. Ribuan keluarga pun berbondong-bondong mengantre makanan bantuan di bank pangan setiap harinya.
Ribuan keluarga itu mengantre setiap harinya di sejumlah organisasi bank makanan yang tersebar di berbagai penjuru Negeri Paman Sam.
Juru bicara Bank Makanan St. Mary, Jerry Brown, mengatakan bahwa lebih dari 900 keluarga berbaris di berbagai cabang organisasi mereka setiap harinya.
Para warga itu rela mengantre panjang demi mendapatkan kotak bantuan pemerintah yang berisi kacang kaleng, selai kacang, dan nasi.
Ia kemudian menjabarkan bahwa bank makanan itu sudah memberikan paket makanan ke 4.271 keluarga pada pekan ketiga Juni.
Angka ini meningkat 78 persen ketimbang pekan di bulan yang sama tahun lalu. Saat itu, mereka hanya memberikan bantuan kepada 2.396 keluarga.
Dunia saat ini tengah mengalami Stagflasi, termasuk Amerika Serikat yang notabennya negara maju. Stagflasi merupakan kondisi dimana ekonomi menurun dan terjadi lonjakan inflasi di saat bersamaan. Lambatnya pertumbuhan ekonomi menyebabkan peningkatan pengangguran, jelas hal ini membuat daya beli masyarakat kian melemah ditambah dengan terjadinya inflasi maka harga barang akan naik dengan sulpy yang terbatas.
Adapun stagflasi kali ini dipicu akibat kondisi ekonomi yang belum pulih karena pukulan pandemi covid 19, disambung dengan invasi Rusia ke Ukraina. Agresi Rusia mengakibatkan harga pangan dan energi melonjak. Inflasi global menjadi tidak bisa dihindari di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi banyak negara. Menurut Chief Economist Bank Permata Josua Pardede, kondisi stagflasi juga berpotensi terjadi di Indonesia jika stagflasi dialami oleh mitra dagang tanah air, seperti China dan Amerika Serikat.
Sebelum ini, stagflasi juga terjadi di tahun 1970an, dimana inflasi global saat itu mencapai puncak tertinggi yaitu menyentuh 14,4% sehingga disebut sebagai era hiperinflasi. PBD Amerika Serikat saat itu mengalami pertumbuhan negatif. Pendorong utamanya adalah kenaikan harga minyak dunia.
Terjadi keguncangan ekonomi di sebuah wilayah, memang sesuatu yang biasa terjadi. Akan tetapi jika goncangan terus terjadi secara periodik dan berulang seperti hari ini maka hal itu telah membuktikan kegagalan sistem ekonomi yang sedang diterapkan. Jamak diketahui, sistem ekonomi global saat ini adalah hasil kepemimpinan sistem kapitalisme. Dimana sistem ekonomi kapitalisme berdiri di atas pilar : sistem mata uang kertas, sistem utang-piutang berbasis ribawi, dan sistem investasinya yang berbasis pada perjudian.
Pertumbuhan ekonomi sistem ini ibarat gelembung (buble economic) yang semakin lama semakin terus membesar namun tidak berisi sehingga rentan dan akhirnya meledak. Sehingga sistem ekomomi kapitalisme pada dasarnya memiliki karakter untuk mengalami krisis secara periodik, berulang, mengikuti gelombang konjungtur. Dan setelah terjadi krisis sistem ini memiliki kemampuan memulihkan diri.
Dan secara fakta pun demikian, sepanjang sejarah ekonomi kapitalisme yang selama ini berjalan ternyata sistem ekonomi kapitalisme berkali-kali diterjang berbagai badai krisis ekonomi, bahkan yang terbaru pandemi covid 19 dan konflik Rusia-Ukraina, telah melucuti kebobrokan sistem kapitalisme untuk kesekian kalinya hingga dunia jatuh pada kondisi stagflasi.
Umat membutuhkan sistem kepemimpinan alternatif lain yang mampu menjamin kstabilan ekonomi dan membawa kesejahteraan hidup bagi manusia. Sistem alternatif ini adalah sistem Islam, Khilafah. Khilafah memiliki konsep ekonomi yang khas, Khilafah akan menjamin kebutuhan pokok masyarakatnya secara tidak langsung dengan menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Sementara untuk memenuhi kebutuhan dasar publik seperti keamanan, kesehatan, dan pendidikan akan dibiayai langsung oleh negara dengan pemamanfaatan SDA sehingga mencegah terjadinya komersialisasi serta masyarakan akan mendapatkanya secara cuma-cuma.
Khilafah memiliki sistem moneter yang stabil berbasis dinar dan dirham. Mata uang ini stabil karena didukung oleh nilai intrinsiknya. Disisi lain, Khilafah memiliki sistem fiskal yang stabil berbasis Baitul Mal. Baitul Mal adalah lembaga keuangan yang memiliki tiga pos pemasukan, seperti pos kekayaan milik negara yang meliputi harta kharaj, fai, usyur, jizyah, ghanimah, ghulul, dsb.
Pos kekayaan milik umum, yang berasal dari pengelolaan sumber daya alam serta pos zakat dan shadaqah, yang berasal dari zakat fitrah, zakat mal, shadaqah, dan wakaf kaum muslimin.
Setiap pos Baitul Mal memiliki jalur pengeluaran masing-masing, sehingga negara memiliki anggaran yang lebih dari cukup untuk menjamin kebutuhan masyarakat.
Khilafah juga mengharamkan praktik ribawi, spekulan, dan sejenisnya. Ekonomi Khilafah akan berbasis pada ekonomi sektor riil, baik untuk perdagangan dalam atau pun luar negerinya. Sementara ekonomi non-riil tidak akan diberi kesempatan untuk berkembang seperti pasar saham, investasi, dll. Dengan demikian perekonomian masyarakat akan stabil. Konsep ekonomi seperti inilah yang akan diterapkan oleh negara Khilafah untuk menciptakan ekonomi yang stabil dan berujung pada kesrjahteraan masyarakat.
Wallahu alam bish-sawab
Tags
Opini