Oleh : Rayani Umma Falisha
Palestina kembali diserang oleh Zionis Israel sejak jum’at (5/8) lalu. Mereka membombardir Gaza tanpa ampun hingga setidaknya ada 41 orang syahid termasuk didalamnya seorang gadis kecil berusia lima tahun. Klaim Zionis Israel bombardir Gaza sebagai upaya pencegahan adalah mengada-ada. Warga memeriksa puing-puing bangunan tempat tinggal yang hancur akibat serangan udara Israel, di Gaza, Sabtu, 6 Agustus 2022.
Aqsa Working Group mengecam keras langka Zionis Israel yang kembali membombardir Gaza. Setidaknya 13 orang syahid termasuk seorang gadis berusia lima tahun. "AWG mengutuk sekeras kerasnya atas agresi Zionis ini. Serangan ini, sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah rezim dzalim yang tersisa yang harus dimusnahkan dari muka bumi," tulis AWG dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, (7/8/2022).
Jika dilihat gencatan senjata yang dilakukan oleh Ziones Israel terhadap Palestina ini sudah berlangsung lama. Dari tahun ke tahun bahkan hari ke hari. Umat tetap hidup dalam penindasan, korban juga terus saja berjatuhan setiap harinya. Meskipun bantuan logistik terus berdatangan. Penderitaan mereka sudah banyak diketahui oleh seluruh dunia. Mereka pun merespon mulai dari kecaman hingga aksi solidaritas dilakukan dimana-mana. Mereka berusaha mendamaikan Ziones Israel Namun nyatanya, tidak ada yang berhasil mendamaikan melainkan semakin menjadi-jadi. Dengan demikian bahwa sebenarnya umat Islam Palestina bukan hanya membutuhkan bantuan logistik seperti makanan, pakaian, uang ataupun dukungan melalui kecaman. Namun lebih dari itu, yang mereka butuhkan saat ini adalah rasa aman dan kebebasan dalam menjalani kehidupan mereka dengan tidak adanya penyerangan terhadap negeri mereka.
Berulang kekejian Israel terhadap palestina, negeri-negeri muslim hanya bisa prihatin dan mengecam. Namun hubungan baik dan normalisasi dengan Israel tetap mereka lanjutkan. Oleh sebab itu, sebenarnya permasalahan yang terjadi di Al-Aqsa ini tidak layak hanya direspon dengan kecaman oleh OKI atau berharap bantuan dari PBB saja. Karena hakikatnya, permasalahan palestina adalah permasalahan umat Islam. Tanah palestina bukan hanya milik warga palestina saja melainkan milik kita kaum muslimin. Untuk itu kewajiban kita menjaga serta berupaya merebut kembali tanah pelestina dari tangan kafir penjajah.
Mereka seharusnya membutuhkan bantuan militer untuk mengusir penjajah dari tanah mereka. Palestina membutuhkan kekuatan yang sepadan untuk melawan ziones Israel, negeri-negeri muslim saat ini yang memiliki kekuatan militer namun tidak ada satupun dari mereka yang mengirimkan bantuan militernya, melainkan hanya kecaman saja. Lebih mirisnya lagi, disaat ziones Israel kembali menyerang Palestina. Negeri muslim saat ini justru masih terus melanjutkan normalisasi hubungan diplomatik dengan Ziones Israel. Pada akhirnya, bahwa hanya sistem Islamlah yang mampu membebaskan Palestina dengan kekuatan militernya, yang dengan sigap mengirimkan pasukan militernya dengan semangat ketaatan kepada Allah ta’ala. Sistem Islamlah yang mampu membebaskan warga Palestina dari genggaman kafir penjajah.
Dengan demikian, kemuliaan tanah palestina hanya akan kembali jika umat Islam bersatu dan penindasan serta kedzaliman ziones Israel akan berakhir. Dengan penerapan Islam secara kaffah di sebuah negeri maka palestina akan merasakan keamanan, kesejahteraan serta kedamaian di dunia ini. Wallahu’alam bisshawab.