Generasi Berkepribadian Lemah, Buah Sistem yang Salah

 



Oleh Unie Khansa

Mirisnya kondisi pendidikan saat ini dengan pertunjukkan prilaku pelajar yang menunjukkan kelemahan kepribadian seperti yang menimpa seorang pelajar di salah satu daerah.

Dena harus menelan pil pahit mengakhiri hidupnya pada usia yang sangat belia, karena gagal memasuki perguruan tinggi yang sangat diidamkannya. Dia tidak berpikir panjang, dengan mengakhiri hidupnya hanya karena satu kegagalan (hops.id, 13/7/2002).

Itulah salah satu potret pendidikan saat ini. Seorang pelajar yang harusnya memiliki semangat juang yang tinggi demi meraih cita-cita menjadi pembangun bangsa, menggantikan para generasi yang sudah dimakan usia, ternyata pola pikirnya sangat sempit dan dangkal.

Hal serupa dialami mahasiswa Kalimantan Timur yang juga mengakhiri hidupnya karena merasa gagal dalam meraih cita-citanya (Kompas.com, 15/7/2020).

Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawabannya, karena pendidikan sekuler hanya menanamkan bahwa pendidikan untuk mencari uang, bukan untuk meningkatkan kualitas diri. Semua diukur dengan uang. Keberhasilan seseorang diukur dengan banyaknya harta. Akibatnya pendidikan diutamakan pada kemampuan mendapatkan harta. Sangat sedikit, bahkan mungkin tidak ada aspek pendidikan yang mendukung untuk penguatan kepribadian.

Dalam sistem pendidikan sekuler ini, aspek yang dapat menumbuhkan dan menguatkan kepribadian memiliki porsi yang sangat minim. Berbeda dengan aspek yang akan mengembangkan kemampuan untuk memperoleh pekerjaan/penghasilan.
Walhasil, jadilah para pelajar/kawula muda menjadi generasi yang lemah. Tidak mampu menghadapi ujian. Jangankan tantangan berat, yang ringan saja sudah membuat mereka tenggelam dalam lautan keputusasaan.

Di sisi lain, sistem sekuler  menciptakan masyarakat individualis yang tidak memiliki kepedulian pada  orang lain. Mereka tidak peduli manakala orang lain menderita akibat ulahnya, yang penting hidup mereka makmur, bergelimang harta.

Orang yang memiliki modal tidak akan segan menghancurkan usaha orang yang bermodal pas-pasan. Contoh lain supaya keuntungan berlipat-lipat, tak segan  pemilik modal menimbun barang sehingga barang menjadi langka yang pada akhirnya akan meningkatkan harga barang tersebut.

Sungguh sistem sekularisme sangat banyak menimbulkan kesengsaraan.
Pada sistem sekularisme ini akan tercipta kondisi masyarakat yang sangat jauh perbedaannya. Orang kaya makin kaya; yang miskin makin miskin.
Sebagian besar masyarakat sulit sekali untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan pendidikan. Sementara, segelintir orang melimpah ruah kekayaannya; memiliki kemudahan di berbagai aspek; mampu mengenyam pendidikan yang baik, bahkan sampai ke luar negeri sekalipun mereka tidak kesulitan.

Kondisi seperti ini semakin mendorong orang yang lemah kepribadiannya untuk mengakhiri hidupnya yang penuh penderitaan dengan jalan pintas, bunuh diri dianggap solusinya. Seperti halnya kedua pelajar di atas.

Hal ini sangat jauh berbeda dengan sistem Islam, sistem buatan Sang Pencipta yang tidak mungkin ada kesalahan, baik dalam pendidikan maupun dalam pengaturan kehidupan.
Dalam pendidikan Islam, sasaran yang hendak dicapai adalah terbentuknya pribadi yang taat beribadah, memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berakhlak mulia. Pribadi seperti inilah yang diharapkan terwujud dalam proses penyelenggaraan pendidikan Islam.

Tahap awal pendidikan yang  ditanamkan adalah tsaqafah Islam tentang siapa Tuhannya; bagaimana membuat Sang Pencipta rida; apa tujuan hidupnya, dan sebagainya yang akan menumbuhkan akidah Islam sehingga menguatkan kepribadian anak.

Anak berkepribadian kuat tidak mudah goyah, apalagi hanya dengan sebuah masalah. Bila hal ini sudah tercipta, mustahil akan terjadi peristiwa bunuh diri karena bunuh diri menunjukkan perilaku dari insan yang lemah pribadinya.

Tahap pendidikan berikutnya, setelah siswa/anak kuat akidahnya, barulah meningkat pada tahap pengetahuan lain-ilmu tentang alam, bahasa, matematika, kehidupan bersosialisasi, dan sebagainya yang diperlukan untuk menopang kehidupannya.

Di tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih ditekankan pada kemampuan untuk berinovasi dan menjadi seorang ahli untuk menciptakan hal-hal baru yang dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan bangsa.

Dalam sistem Islam, pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa kecuali, sehingga masyarakat akan maju bersama membentuk masyarakat yang sejahtera dan kokoh kepribadiannya. Hal ini  pada akhirnya akan menciptakan masyarakat maju yang disegani bangsa lain.

Wallahu a'lam bisshawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak