Oleh. Erlina YD
(Muslimah Peduli Generasi)
Dunia sedang dilanda perbincangan hangat tentang isu resesi seks. Beberapa negara maju mulai pusing dan kelimpungan melihat rendahnya tingkat kelahiran. Muncul kekhawatiran jika negara mereka akan kekurangan penduduk usia produktif karena usia penduduk tua semakin meningkat namun tidak dibarengi dengan kelahiran. Warga negaranya mulai enggan untuk menikah dan melahirkan anak. Selain itu angka kematian terus meningkat dibandingkan dengan kelahiran yang menurun tiap tahunnya.
Beberapa negara yang sedang mengalami resesi seks di antaranya adalah Amerika Serikat, Swedia, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan. Dilaporkan tahun 2019 Jepang menjadi ‘juara’ tren yang mengkhawatirkan ini. Kini tahun 2022, Korea Selatan melaju di depan memimpin tren ini.
Fakta dan Akar Masalah Resesi Seks
Istilah resesi seks sendiri mengacu pada turunnya keinginan pasangan usia subur untuk melakukan hubungan seksual dan memiliki anak. Pandemi Covid-19 dituding sebagai salah satu biang keladi tren resesi seks. Namun jika melihat realitas resesi seks ini sudah terjadi sebelum terjadi pandemi Covid-19. Swedia sebagai salah satu negara di Benua Eropa sedari dulu sebagian masyarakatnya lebih betah melajang. Budaya pernikahan di Swedia relatif tidak menonjol. Lihat saja apartemen atau rumah sewa di sana lebih banyak berupa tempat tinggal untuk satu orang. Mereka terbiasa hidup mandiri dan tidak mau diganggu dengan masalah keluarga.
Berbeda dengan Jepang, dengan kemajuan teknologi yang canggih, mereka banyak membuat robot dan asisten digital untuk keperluan pribadi. Teknologi tersebut mulai dari robot seks, karakter hologram, hingga asisten rumah tangga digital. Semakin banyak orang Jepang gandrung dengan kecanggihan teknlogi ini. Hal ini membuat mereka merasa tidak butuh orang lain dalam kehidupannya karena sudah terbantu dengan adanya robot maupun asisten digital lainnya. Yang lebih parah, beberapa pemuda usia muda lebih memilih menikah dengan karakter hologram yang dikaguminya.
Mengutip laporan ilmiah “Future of Seks” oleh Ross Dawson dan Jenna Owsianik diprediksi bahwa pada tahun 2045 mendatang setidaknya akan ada 10 pemuda yang berhubungan seks dengan robot humanoid. Sungguh mengerikan jika betul terjadi prediksi ini!
Menilik Korea Selatan yang kini sedang memimpin tren ini, ada persatuan wanita yang digawangi kelompok feminis radikal nasional menolak norma patriarkal yang kaku dan bersumpah tidak akan menikah dan memiliki anak. Kelompok feminis ini bernama ‘4B’ atau ‘Four Nos’. For Nos kepanjangannya adalah 'no sex, no dating, no marriage, and no child-rearing' yang artinya adalah tidak melakukan seks, tidak berkencan, tidak menikah, dan tidak mau mengasuh anak.
Negara Ginseng pun semakin puyeng ketika para pemudanya juga semakin enggan menikah karena membayangkan realita biaya hidup yang sangat tinggi di negaranya. Lihat saja di Korea Selatan sangat jamak laki-laki maupun perempuan usia 40 tahun ke atas masih hidup melajang. Persaingan eksistensi diri juga menjadi hal yang semakin membuat mereka tidak mau direpotkan dengan urusan keluarga.
Singapura yang merupakan negara tetangga Indonesia juga mengalami ketakutan yang sama dengan adanya resesi seks. Angka kelahiran yang sangat rendah membuat mereka kelimpungan dengan kekurangan tenaga kerja usia produktif. Untuk mengatasi hal ini, Negeri Kepala Singa ini membuat program ‘bonus bayi’ untuk menarik minat para pemudanya agar menikah dan punya anak. Bonus sebesar 3.000 dolar Singapura atau setara 31 juta rupiah akan diberikan bagi pasangan menikah yang melahirkan anak.
Inilah realita kehidupan kapitalistik yang mendewakan materi. Pencapaian apapun dalam hidup manusia selalu bermuara pada tujuan materi. Standar materi yang tinggi sebagai sumber kebahagiaan menjadikan fitrah manusia semakin terkikis. Kehidupan manusia dalam era kapitalistik hanya dipenuhi dengan kehidupan hedonis dan memuaskan nafsu duniawi. Mereka pun menjadi manusia rakus yang tidak peduli dengan hal lain kecuali mengejar materi. Asas sekulerisme yang menjadi asas ideologi Kapitalis menjadi biang kerok utama. Mereka maunya hidup dengan aturan sendiri tanpa boleh ada campur tangan tuhan di dalamnya. Kesombongan telah merenggut naluri alamiah manusia yang merasa tidak butuh Tuhan.
Penjagaan Islam atas Fitrah Manusia
Adanya fenomena resesi seks ini tentu bisa menjadi bahaya demografis yang mengkhawatirkan. Jika kondisi ini semakin menjalar ke negara-negara lainnya, bisa menjadikan eksistensi manusia di dunia semakin berkurang. Namun seorang muslim dengan aqidah Islamnya tentu saja tidak boleh dan bahkan jangan sampai terpengaruh dengan fenomena resesi seks.
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan naluri yang menyertai dalam penciptaannya. Salah satu naluri yang secara fitrah ada pada manusia yaitu naluri seksual. Bukti Allah menciptakan naluri seksual seperti pada firman-Nya :
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian.” (TQS Yusuf ayat 24)
Naluri seksual diciptakan untuk melestarikan kehidupan manusia dengan penyaluran yang mengikuti aturan dari al Khalik. Penyaluran yang dibolehkan adalan penyaluran lawan jenis melalui pernikahan. Haram dan dosa besar ketika naluri seksual ini disalurkan kepada selain manusia yang berlainan jenis. Fitrah ini menjadi karunia dari Allah SWT yang akan melahirkan rasa kasih sayang baik kepada lawan jenisnya maupun kepada keturunannya. Jika pemenuhannya benar sesuai dengan syariat Allah, tentu akan mendatangkan kebahagiaan.
Seorang muslim juga akan yakin dengan rejeki yang telah Allah tetapkan terhadap keturunannya kelak sebagaimana disampaikan dalam ayat berikut :
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur: 32)
Solusi yang paling utama adalah mengubah kehidupan kapitalis menjadi kehidupan Islam dengan separangkat aturan yang akan menjaga fitrah manusia. Dalam hal ini adalah penjagaan atas pemenuhan naluri seksual yang sesuai fitrah dan aturan Allah. Dengan menetapkan penjagaan naluri ini, eksistensi manusia akan tetap terjaga dengan baik dan benar.
Tags
Opini