Bunuh Diri Pelajar, Kegagalan Pendidikan Sistem Sekuler

 



Oleh  Siti Uswatun Khasanah
( Aktivis Remaja Muslimah )

Dikutip dari www.hops.id, seorang pelajar asal Semarang bunuh diri karena tidak diterima di PTN impiannya. Mulanya dia bernazar, apabila dia lolos maka dia akan memberikan santunan kepada anak yatim. Sedangkan apabila dia tidak lolos dia akan bunuh diri. Selain hal itu, ternyata perlakuan dan perkataan dari pacarnya ini juga memotivasinya untuk melakukan aksi bunuh dirinya itu.

Tidak hanya itu, fakta lainnya mengenai mahasiswa yang bunuh diri akibat tujuh tahun tidak lulus kuliah. Sebelum ditemukan tewas gantung diri, mahasiswa berinisial BH sempat berkeluh kesah soal kuliahnya selama tujuh tahun yang tak kunjung selesai. Keterangan itu didapat setelah polisi mendalami keterangan dari kakak angkat korban, RD. “Dia diajak ngomong baru nyambung. Katanya kuliah tujuh tahun enggak lulus-lulus. Mengajukan skripsi ditolak terus sama dosennya. Sehingga dia diduga stres akhirnya bunuh diri,” tutur Kanit Reskrim Polsek Sungai Pinang, Iptu Fahrudi.(regional.kompas.com)

Dua fakta di atas hanyalah segelintir dari sangat banyaknya kasus serupa yang terjadi di negeri sekuler ini. Bahkan kasus bunuh diri di kalangan remaja semakin hari semakin meningkat. Penyebabnya bukan hanya tidak diterima di PTN favorit atau tidak lulus kuliah selama tujuh tahun. Ada yang terjadi karena putus cinta, ditolak gebetan, dibully teman sebaya, putus asa bahkan permasalahan ekonomi, keluarga dan pendidikan.

Fenomena remaja hari ini mengalami krisis mental dan emosional. Faktanya remaja hari ini memiliki emosi yang tidak terkontrol, mudah marah, minim adab. Remaja rentan sulit mengendalikan diri, takut tambah dewasa, mudah insecure, sering overthinking, bahkan insecure dan overthinking ini menjadi trend di kalangan remaja.

Remaja yang sedang dalam masa pengenalan diri dan pencarian jati diri ini justru diabaikan oleh negara. Maka remaja banyak mengalihkan dirinya kepada kesibukan yang tidak bermanfaat seperti narkoba, nongkrong tanpa arah, miras, zina dan lain sebagainya. Hingga enggan menuntut ilmu sampai mengakibatkan remaja menjadi kurangnya pemahaman mengenai Islam, akhirnya mudah 'kena mental'. Sehingga aksi bunuh diri sering dilakukan.

Salah satu faktor yang mengakibatkan maraknya kasus bunuh diri di kalangan remaja ini adalah kurang kuatnya pondasi keimanan pada diri seorang remaja. Remaja kebanyakan enggan memahami Islam, mendalami akidah Islam, tidak berminat memahami syari'at Islam bahkan anti terhadap Islam. Selain itu perhatian keluarga juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi maraknya kasus bunuh diri ini. Keluarga merupakan tempat yang seharusnya menjadi tempat ternyaman justru menjadi tempat tersuram yang dimiliki remaja. Kasus broken home juga sering menjadi penyebab kasus bunuh diri dikalangna remaja. Sibuknya orang tua, kurangnya perhatian pada pendidikan dan anak. Beberapa orang tua hanya memperhatikan kondisi anak secara fisik, namun kurang memperhatikan pendidikan anak, pemahaman anak, akidah anak bahkan menyepelekan mental anak.

Selain itu, informasi yang diindera juga menjadi penyebab kasus ini terjadi. Media sosial menjadi media informasi yang dimiliki oleh hampir semua remaja hari ini. Di media sosial kerap kali menyuguhkna informasi-informasi berbasis liberal yang menjangkit mental pemuda, mudah mengalami putus asa, hidup tanpa arah yang dikerja hanya popularitas. Bahkan di tiktok sempat viral trend mencekik diri sendiri, hingga banyak remaja yang meninggal dan mengalami kerusakan parah pada fisik. Selain itu trend self diagnosed, mendiagnosa diri sendiri. Ini mengakibatkan pemuda berpemikiran sempit dan sulit berkembang bahkan terbelakang.

Selain itu pendidikan di negeri ini juga kurang memberikan perhatian pada mental anak didik. Pendidikan hari ini hanya mementingkan kecerdasan intelektual saja tanpa memperhatikan kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional yang justru berperan lebih besar dibandingan intelektual. Lebih lagi pendidikan hanya memperhatikan nilai yang didapatkan oleh siswa, pendidikan di negeri ini sangat jauh dari nafas-nafas Islam. Bahkan menjauhkan anak didik dari akidahnya sendiri. Banyak kurikulum settingan barat yang menyesatkan pemuda.

Selain berasal dari faktor diri sendiri, keluarga, media dan pendidikan kita hari ini. Hal yang lebih sistematis, faktor maraknya kasus bunuh diri ini adalah permasalahan pada sistem sekuler. Sistem yang menjauhkan diri seorang remaja Muslim dari Islam. Inilah yang menjadikan rapuhnya akidah, rapuhnya pemahan, rapuhnya mental, rapuhnya hubungan terhadap keluarga, melemahnya sistem pendidikan dan maraknya ide liberal yang menjangkit remaja.

Jauhnya Muslim dari kehidupan menjadikan Muslim hidup tanpa arah dan tujuan, menjadikan kebingungan dan menjadikan hidup tanpa aturan yang sesuai. Sudah seharusnya remaja Muslim dikembalikan pada fitrahnya, yaitu menjadi Muslim sejati yang hidup dengan Islam di seluruh aspek kehidupan. Menerapkan Islam secara kafah, menjadikan pemahaman seorang remaja menjadi tersistematis dengan Islam. Karena Islam sangat memperhatikan tumbuh kembang pemudanya.

Islam kafah akan membuat keluarga kaum Muslim hidup harmonis dengan nafas-nafas Islam. Islam kafah memfasilitasi pendidikan terbaik yang lebih mengedepankan pemahaman Islam pada diri pemuda. Sistem Islam kafah juga mengoreksi informasi-informasi yang tersebar di kalangan pemuda.

Terbukti pada masa kejayaan Islam, Islam tak pernah sekalipun lalai terhadap kepengurusannya pada pemuda. Kesibukan pemuda hanya disibukan dengan hal-hal bermanfaat seperti menuntut ilmu dan berdakwah, orientasi pemuda hanya pada rida Allah dan kebahagiaan hakiki di akhirat kelak.

Mental pemuda Muslim pada masa kejayaan Islam adalah mental jihad, berani mati hanya untuk Islam. Jangankan berfikir untuk bunuh diri hanya karena masalah sepele, kegelisahan pemuda hanya ada pada problematika umat.

Maka sudah selayaknya pemuda dikembalikan pada fitrahnya, dikenalkan pada jati dirinya sebagai seorang Muslim, dikenalkan pada identitasnya sebagai seorang Muslim.

Wallahu a'lam bishawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak