Bunuh Diri Pelajar, Bukti Kapitalisme Sistem Gagal




Oleh : Eti Fairuzita
(Menulis Asyik Cilacap)


Berawal dari kiriman di akun Twitter @utbkfess, sender atau pengirim menyampaikan bahwa adiknya yang saat itu sedang menunggu pengumuman kelulusan masuk perguruan tinggi, memiliki nazar jika ia benar diterima di PTN impiannya ia akan memberi santunan untuk anak yatim.
Jika ia tidak lolos pun, ia pun memiliki nazar lainnya. Si kakak mengetahui nazar itu. Setelah mengetahui hasil kelulusan si kakak khawatir dengan keadaan adiknya tersebut.

"Jadi gini, adik gue kemarin ngide, Jika dia keterima di UGM, dia bernazar akan memberikan bantuan santunan kepada anak yatim, sedagkan jika tidak diterima, ia akan suicide (bunuh diri)."
Mengetahui hasilnya gagal dan pesan terakhir adiknya yang membuat khawatir si kakak serta bingung dan meminta saran dari netizen.

"Kak, maaf aku berarti harus menuhin nazar 'kan?"
Setelah mengetahui pesan terakhir dari adiknya itu, si adik dikabarnya menghilang, dan sebab itulah kiriman dibuat untuk meminta bantuan netizen untuk mencari adiknya tersebut.
Selang beberapa jam, seorang pengirim yang mewakili kiriman sebelumnya menyampaikan bahwa adik yang sempat hilang itu ternyata sudah mengakhiri hidupnya.

Menurut WHO dalam Global Burden of Disease 2004, bunuh diri termasuk dalam 20 penyebab utama kematian untuk semua usia. Penyakit mental terutama depresi, pelecehan, kekerasan, latar belakang sosial dan budaya merupakan faktor resiko utama yang menyebabkan bunuh diri.  Perilaku bunuh diri dapat dijadikan salah satu pendekatan untuk prevalensi gangguan kesehatan mental di sebuah negara.

Ini sekali lagi menjadi bukti nyata bahwa sistem kapitalisme yang diterapkan di dunia ini sangat tidak manusiawi, mengelola eksistensi diri orang-orang yang bernaung dengan tata aturannya. Bagaimana tidak, dalam sistem kapitalisme, tiap individu dibiarkan mencari jalan sendiri untuk bertahan hidup. Sementara dalam sistem ini berlaku hukum rimba kapitalisme yang menghamba pada harta dan materi belaka. Alhasil, bagi pihak-pihak yang tak mampu meraih materi sementara poros kebahagiaanya dipusatkan pada capaian nominal cepat atau lambat akan mengalami depresi dan putus harapan. 

Banyak kasus bunuh diri pelajar adalah bukti nyata bahwa pendidikan sekuler kapitalis telah gagal membangun kepribadian yang kuat pada pelajar. Pasalnya sistem pendidikan ini menjauhkan peran agama dari kehidupan. Sistem ini justru membentuk generasi berkarakter materialistik dan liberalis. Standar kehidupan mereka berputar pada persoalan harta dan materi, karena itu mental mereka pun menjadi mudah rapuh hanya karena kekurangan materi.

Di sisi lain, pada saat yang sama sistem sekuler membangun masyarakat yang penuh dengan tekanan hidup, sulit mendapat kebutuhan, termasuk sulit mengakses pendidikan, kesehatan, keamanan, dll. Apalagi dapat dipahami, sistem pendidikan saat ini telah dijadikan objek komersialisasi, pendidikan berkualitas jadi barang langka dan yang hanya bisa diraih oleh orang kaya saja. Adapun yang menengah ke bawah harus bersaing memperebutkan pendidikan berbiaya murah yang jumlahnya masih sangat sedikit.

Alhasil ini menjadi bukti nyata bahwa sistem kapitalisme termasuk pendidikan sekulernya sangat tidak manusiawi, mengelola eksistensi diri orang-orang yang bernaung dengan tata aturannya. 
Berkebalikan dengan sistem Islam yang menjadikan tujuan pembangunan kepribadian Islam sebagai inti dari sistem pendidikan. Menjamin akses pendidikan semua warga negara dan menghasilkan masyarakat yang kokoh dan sejahtera. Asas pendidikan adalah akidah Islam, sementara pendidikan Islam bertujuan untuk menguasai tsaqofah Islam, membentuk kepribadian Islam, juga menguasai ilmu kehidupan.

Dengan demikian, peserta didik dalam pendidikan Islam menjadi sosok shalih karena menstandarkan kebahagiaanya pada ridha Allah menjadi satu-satunya tujuan.
Visi pendidikan dalam Islam adalah membangun dan memajukan peradaban Islam. Negara Khilafah bertanggung jawab penuh dalam mengarahkan potensi peserta didik dan calon intelektual, negara juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah.

Dalam politik ekonomi Islam, Khilafah memberikan perhatian besar terhadap pemenuhan kebutuhan pokok tiap warga negaranya, hal ini tertuang dalam
Kitab Muqadimah ad-Dustur bagian ke 2 pasal 125 halaman 12.
"Khilafah wajib menjamin pemenuhan semua kebutuhan pokok seluruh warga negara orang per orang dengan pemenuhan yang sempurna,.."dan menjamin adanya peluang setiap individu dari rakyat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelengkap pada tingkat tertinggi yang mampu dicapai,"
Khilafah memiliki mekanisme dalam pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya berdasarkan nas-nas syariat.

Rasulullah saw Bersabda :
"Cukuplah seseorang itu dianggap berdosa (bila) menelantarkan orang yang wajib ia beri makan,"(HR. Abu Dawud). Begitu pula kebutuhan komunal seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, dll, pemenuhan atas hal ini dijamin oleh Khilafah.

Sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw, dalam menjamin pendidikan rakyatnya. Rasul mewajibkan tawanan perang mengajarkan kaum muslim sebagai tebusan pembebasan mereka. Dalam Khilafah, dipastikan tak akan ada anak putus sekolah dan putus kuliah, karena anak-anak dari semua kelas sosial dapat mengakses pendidikan secara mudah. 

Negara yang membayar para pengajarnya, seperti yang terjadi pada masa kegemilangan Islam.
Khalifah Al-Hakam 2 pada 965 M membangun 80 sekolah umum di Cordoba dan 27 sekolah khusus bagi anak-anak miskin. Sungguh luar biasa kebijakan Khilafah dalam menjamin keberlangsungan pendidikan setiap warganya, menggratiskan biaya pendidikan menjadi kebijakan manusiawi yang dilakukan oleh Khilafah. inilah gambaran sistem pendidikan Islam yang hanya bisa terwujud dalam naungan Khilafah Islamiyah, bukan negara yang menerapkan sistem kapitalisme yang terbukti kegagalannya.

Wallahu alam bish-sawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak