Srilanka Bangkrut, Apa Solusinya?




Oleh: Yaurinda


Republik Sosialis Demokratis Srilanka, sebuah negara pulau sebelah utara Samudera Hindia di pesisir tenggara India. Mata uang Rupee, Srilanka dengan populasi 21,92 juta (2020) Bank Dunia. Baru-baru ini dikabarkan mengalami kebangkrutan.


Srilanka mengalami krisis ekonomi terburuk sejak mendapatkan kemerdekaan dari Inggris pada 1948. Tak hanya krisis ekonomi, krisis kemanusiaan pun tak terelakkan.


Kini sekolah-sekolah ditutup karena kekurangan bahan bakar untuk membawa anak-anak dan guru ke ruang kelas. Upayanya untuk mengatur dana talangan dari Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah terhambat oleh parahnya krisis keuangan negara (CNBC Indonesia, 11/07/22).


Srilanka bangkrut. Ini terjadi karena negara di Asia Selatan itu dilanda krisis ekonomi berkepanjangan karena Covid-19. Srilanka dihadapkan pada masalah gagal bayar utang luar negeri sebesar US$ 51 miliar atau setara dengan Rp729 triliun (asumsi kurs Rp. 14.300) (tribunbanten.com, 14/07/2022).


Sejumlah negara juga sedang diambang kebangkrutan akibat krisis global. Hal ini  negara berhutang berpotensi tidak bisa membayar hutang luar negeri. Padahal dalam sistem kapitalis yang diterapkan di negara-negara dunia pasti memiliki hutang karena hal ini seolah membantu padahal tidak.


Sesungguhnya utang luar negeri adalah senjata politik yang digunakan oleh negara penguasa  kepada negara lain untuk memaksakan kehendak atau kebijakannya. Dengan kata lain, sebuah negara yang berhutang berpotensi untuk menjadi negara jajahan. 


Hutang luar negeri terjadi bukan atas dasar membantu namun sekedar *sekadar* untuk kemaslahatan sendiri dan menjaga eksistensi negara adidaya. Jika suatu negara sampai tidak bisa membayar hutang, maka akan mendapatkan masalah yang besar. Kehilangan kepercayaan investor, pasar saham kacau, pelaku bisnis akan berhenti, hingga terjadi tindak kriminal karena negara tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakatnya. Jika sudah begini, negara hanya memiliki dua pilihan. Tunduk dalam hal kebijakan atau menyerahkan kedaulatan.


Keadaan di negara Srilanka saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Penduduknya  mengalami berbagai kesulitan terkait pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti bahan pangan, obat-obatan, bahan bakar, dan lain-lain. Padahal, negara Srilanka memiliki sumber daya alam yang sangat banyak.


Menurut wikipedia, sumber daya alam yang paling utama dari Srilanka adalah grafit. Hingga saat ini merupakan penghasil grafit terbesar di dunia yang memiliki kualitas tinggi. Sumber daya alam lain yang tak kalah banyaknya seperti bijih besi, batu mulia, kopi, kelapa, karet, kayu manis, juga teh.


Sesungguhnya, ini potret gagalnya kapitalisme menjadikan negara dengan sumber daya besar tak mampu memakmurkan penghuninya. Kapitalisme selalu mengajarkan para elit berebut kursi kekuasaan dan memperkaya diri sendiri tanpa memikirkan rakyat yang makin hari semakin merana sebab ulah mereka.


Harusnya, negara terjajah seperti Srilanka mempelajari dan melirik sistem Islam. Yang mana Sistem ini sangat berpotensi untuk menolong mereka dan memiliki konsep kepemimpinan yang jujur serta amanah berasal dari pencipta yang Maha segalanya. 


Sistem ini pernah di contohkan Rasulllah yang di sebut khilafah dan dilanjutkan hingga beberapa abad setelahnya. Sistem ini akan melakukan hal-hal yang akan menjaga umat. Karena dalam Islam khalifah (pemimpin) adalah pelayan umat yang bertugas memastikan masyarakatnya terpenuhi kebutuhannya secara menyeluruh. Mulai dari sandang, pangan, papan, pendidikan, lapangan kerja luas, serta sarana kesehatan.


Dalam masalah krisis ini, Islam akan melakukan beberapa hal untuk mengatasinya.

1. Khalifah akan memastikan negaranya tidak terikat dengan sistem riba seperti IMF. Karena jelas Islam mengharamkan riba.

2. Negara tidak akan terlibat dalam pasar saham. Karena pasar saham ini sangat berpotensi untuk menyebabkan goncangan terhadap ekonomi.

3. Memiliki prinsip negara yang berdaulat dan mendiri. Negara akan mengelola SDA mandiri dan tidak ada campur tangan asing.

4. Menjaga fungsi negara sebagai pelayan umat. Seperti membuat pengawasan terhadap pejabat negara untuk menghindari tindak korupsi.

5. Memiliki anggaran dan audit yang ketat. Dan selalu menjaga kebutuhan masyarakat yang utama terpenuhi dan mengesampingkan kebutuhan yang lainnya.

Namun hal ini tidak akan terwujud jika sistem kepemimpinan Islam ini tidak diambil dan diterapkan dalam sebuah negara. Hanya sistem Islam yang mampu memberi perubahan kepada umat manusia. Jadi, masihkah kita pertahankan sistem yang sudah jelas kerusakannya?

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak