Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga
Islamophobia kembali menjadi konsumsi kaum muslimin. Viral kasus dugaan pelecehan seksual oleh (MSAT) terhadap sejumlah santriwati di Pesantren Shiddiqiyyah, Jombang serta beredar isu penyelewengan dana donasi di lembaga filantropis Aksi Cepat Tanggap (ACT), menjadi bahan bakar untuk menyulut sikap antipati pada simbol – simbol keislaman.
Seperti yang diberitakan pada laman detik.com pada 10 juli 2022, salah satu simbol Islam, yakni pondok pesantren, telah tercoreng dengan mencuatnya kasus MSAT yang mencabuli santriwatinya. Saat ini MSAT telah mnejadi terdakwa dengan ancaman penjara hingga 12 tahun.
Sementara itu, simbol Islam yang lain, yakni pengelola dana Umat, lembaga filantropis Aksi Cepat Tanggap (ACT) juga diterpa goncangan isu penyelewengan. Saat ini, Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri meminta keterangan kepada Mantan Presiden ACT Ahyudin dan Presiden ACT Ibnu Khajar pada Jumat (08/07/2022). Kasus ini berlanjut pada penutupan 300 Rekening ACT dan dugaan penyelewengan dana korban kecelakaan Lion Air. (MSN, 10/07/2022).
Islamofobia sesungguhnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Sejak awal dakwah beliau, Rasulullah SAW dan kaum muslim banyak mendapat ujian berupa celaan, fitnah, hingga ancaman fisik berupa siksaan hingga pembunuhan. Orang-orang kafir gencar memfitnah dan memprovokasi orang-orang Makkah untuk melakukan aksi kekerasan terhadap Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Para sahabat banyak yang menjadi syahid kala itu.
Sosok Rasulullah SAW juga menjadi objek sasaran kebencian orang-orang kafir. Beliau diludahi, dihina, disakiti, bahkan diancam dibunuh. Hingga kemudian turun perintah hijrah ke Madinah. Namun, selepas di Madinah pun, serangan terhadap Islam masih terus berlanjut.
Sepeninggal Rosulullah SAW, musuh – musuh Islam masih terus menggunakan sentimen anti-Islam untuk merebut Yerusalem dari tangan kaum muslim. Wajah anti-Islamisme atau islamofobia terus bergulir hingga saat ini. Tidak heran saat ini Islam dan tokoh-tokoh ulamanya terus didera opini negatif.
Sesungguhnya islamofobia muncul karena ketakutan orang kafir Barat terhadap ideologi Islam yang makin berkembang dan sinergis dengan dakwah Islam kafah ke seluruh penjuru dunia. Barat dengan ideologi kapitalisme sekulernya, cemas kedudukan mereka akan tergeser oleh Islam. Mereka khawatir ideologi Islam akan menaklukkan budaya, gaya hidup, dan peradaban sekuler.
Perang ideologi ini telah berlangsung lama sampai detik ini. Barat telah mencium aroma kebangkitan Islam ini. Pada 2022 ini, Islam menempati posisi kedua dengan jumlah pengikut terbanyak di dunia setelah Kristen. Oleh karenanya, upaya apa pun akan Barat lakukan Barat demi mencegah Islam kembali bangkit layaknya singa yang akan bangun dari tidur panjangnya.
Demikianlah, kaum muslimin harus peka terhadap gerakan islamophobia. Gerakan ini ada dan nyata. Terkait kasus kriminalisasi yang dilakukan oleh oknum, sepakat harus diproses hukum. Namun tidaklah itu semua harus dikaitkan dengan Islam, apalagi sampai mengarah kepada stigmatisasi negative terhadapa Islam dan kaum muslimin.