Oleh : Ummu Fairuz
Hingga kini, berbagai penistaan terhadap ajaran Islam masih marak dilakukan. Pasca penghinaan atas Nabi Muhammad oleh pejabat India Bharatiya Janata Party beberapa waktu lalu, membuat kaum muslimin di India Timur melakukan aksi pembelaan pada Jumat 10 Juni 2022 di kota Ranchi, di negara bagian Jharkand.
Mirisnya, menurut kepolisian India pada Sabtu 11 Juni 2022 aksi yang dilakukan kaum muslimin tersebut menuai bentrokan, meskipun polisi telah melepaskan tembakan untuk membubarkan kekerasan. Dua orang remaja menjadi korban. Penyebab terbunuhnya kedua korban pun masih belum jelas apakah dilakukan oleh pihak polisi atau perusuh?
Seperti yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya, komentar maupun penghinaan bernada islamphobia terhadap kaum muslimin, baik itu dilakukan oleh individu, masyarakat maupun negara terus saja berulang.
Di India saja, tidak hanya terjadi satu kali, kaum muslimin tidak mampu menjalankan syariat Islam dengan tenang di bawah pemerintahan nasionalis Hindu, perempuan mendapatkan perundungan dan pelarangan untuk mengenakan hijab,dan pembantaian kaum muslimin pun terjadi. Kaum muslimin kesulitan untuk menjalankan syariat kurban pada hari raya Idul Adha lantaran tidak diperbolehkan memotong sapi, sebab menurut mereka hewan tersebut merupakan hewan yang mereka sucikan.
Buntut dari komentar bermuatan hinaan dan islamophobia dari pejabat India atas Nabi Muhammad, Indonesia mengecam dan memberi pernyataan tegas pada India. Tidak hanya di Indonesia, India menuai kecaman dari negara-negara Arab. Mereka mulai memunculkan aksi boikot produksi negeri Bollywood tersebut lewat media setempat.
Hal itu juga dilakukan oleh Qatar yang menuntut agar India meminta maaf atas komentar islamophobia saat kunjungan Venkaiah Nadu, wakil presiden India pada kunjungannya di Qatar untuk meningkatkan perdagangan.
Lalu, sebagai negeri berpenduduk mayoritas muslim, jika pemboikotan juga dilakukan oleh Indonesia maka akan berdampak pada ekonomi bangsa Indonesia itu sendiri termasuk dalam hal ketersediaan pangan. Bagaimana tidak?
Dilansir dari cnbc Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang periode januari hingga Maret 2022 nilai impor Indonesia dari India mencapai US Dollar 2,66 Miliar atau senilai Rp 38,58 triliun (kurs= Rp 14.500/ US Dollar) mencakup impor hasil-hasil minyak bumi, kendaraan bermotor, dan bahan pangan meliputi gula, garam, beras, cabai, gandum, mentega, kentang, telur, bawang putih dan daging sapi.
Sejatinya, aksi boikot suatu produk memang akan merugikan produsen, akan tetapi tidak bisa dijadikan sebagai jaminan agar pelecehan terhadap Islam berhenti. Tindakan protes dan boikot tidak akan mampu menghentikan pelecehan terhadap Islam selama sistem Kapitalisme-Sekularisme masih menjadi corak kepemimpinan.
Nasib kaum muslimin di bawah kekuasaan sistem Kapitalisme-Sekularisme menjadikan penghinaan terhadap ajaran Islam beserta simbolnya seolah legal tanpa sanksi hukum yang berarti.
Adanya narasi agar menumbuhkan toleransi pada umat beragama juga tak berlaku bagi kaum muslimin, hingga narasi islamophobia terus saja terjadi. Di bawah sistem ini, kaum muslimin kehilangan pelindungnya.
Hanya negara yang memiliki kekuatan menggetarkan rezim Hindu radikal di Indialah yang akan menghentikan penghinaan berulang atas kehormatan kaum muslimin.
Jika kaum muslimin memiliki institusi yang berbasis syariat dan memiliki kekuatan, maka dengan izin Allah institusi tersebut akan mengantarkan rezim Hindu radikal di India. Insitusi tersebut tak lain adalah Daulah Khilafah, sebuah negara yang menjalankan fungsi hadis Rasulullah:
"Sesungguhnya al imam (khalifah) itu perisai di mana orang-orang akan berpegang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya"
(HR. Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)
Meski demikian, gagasan Khilafah yang baru sebatas gagasan yang memang bagian dari ajaran Islam untuk mengatasi krisis multidimensi dunia saat ini, dipersekusi di mana-mana. Banyak pula kaum muslimin yang justru disorientasi. Dan inilah yang akan menambah daftar panjang penistaan atas Islam. Sebab, disorientasi ini akan membungkam mulut saat agamanya dihina.
Oleh karena itu, agar penistaan terhadap ajaran Islam bisa terhenti, maka satu-satunya solusi adalah kembali pada sistem kehidupan yang telah diturunkan oleh Allah kepada Rasulullag, yaitu syariat Islam yang pastinya akan menenteramkan dan membawa keberkahan.
Wallahu a'lam bishshowab.