Narkoba Ancam Generasi, Adakah Solusi Hakiki?



Oleh: Hamnah B. Lin

Peredaran narkoba semakin mengkhawatirkan, generasi muda lebih banyak yang menjadi sasaran. Potensi muda yang seharusnya untuk perbaikan, justru lebih banyak mendatangkan kerusakan. Semua akibat penggunaan narkoba yang kian mudah didapatkan.

Kami lansir dari BALIKPAPAN, KOMPAS.com, 29/6/2022 – Peredaran narkoba di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) masih terbilang tinggi. Bahkan ada dugan besar narkoba menjadikan Kaltim sebagai target pasar dalam berbisnis barang haram itu. Terlebih ketika wilayah di Kaltim ditetapkan sebagai lokasi Ibu Kota Negara (IKN) yang baru. Hal ini membuat para bandar semakin tergiur untuk memasarkan narkoba di wilayah IKN dan penyangga.

Badan Narkotika Nasional (BNN) telah menginstruksikan jajarannya di  IKN dan daerah penyangga untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan gencar melakukan pengungkapan narkoba. Salah satunya dengan adanya pengungkapan jaringan ganja sintetis di Balikpapan oleh BNNK Balikpapan belum lama ini.

"Dari hasil pengungkapan BNNK Balikpapan kerja sama dengan Polresta Balikpapan dari jaringan ganja yang sudah kita ungkap ada enam, jaringan ganja sintetis ada empat. Itu bahwa Kota Balikpapan mau dijadikan pasar ganja dan tembakau sintetis," ungkap Kepala BNNK Balikpapan, Risnoto.

Pangsa pasar yang besar dikarenakan semakin bertumbuhnya penduduk di Kaltim sejak ditetapkan sebagai IKN. Sehingga para bandar besar melirik peluang ini untuk menyasar anak muda di daerah penyangga seperti Balikpapan untuk terjerat dalam lingkaran narkotika.

"Itu jelas, karena informasi dari BNNP memang seperti itu. Artinya itu target jaringan atau kartel narkotika bahwa Balikpapan sebagai penyangga IKN jadi sasaran seperti itu. Karena sebetulnya seperti yang disampaikan Wali Kota Balikpapan bahwa jumlah penduduk semakin bertambah," ungkapnya.

Dia mengimbau kepada para orang tua agar selalu menjaga anaknya dan terus mengingatkan bahaya narkoba kepada lingkungan sekitarnya. Bukan tidak mungkin peredaran narkoba terus menyasar masyarakat. Khususnya anak muda serta para pelajar di Balikpapan dan sekitarnya.

"Disini (Balikpapan) banyak kafe, jadi targetnya anak-anak muda. Nah sudah saya imbau kepada masyarakat dan orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak," tandasnya.

Sungguh ancaman nyata bagi generasi muda, tidak bisa dibayangkan jika mayoritas pemuda negeri ini menjadi pengguna, pengedar atau bahkan bandar narkoba. Pemuda dalam bahaya narkoba ini murni kecanduan atau sebuah rancangan untuk merusak mereka?

Data demografi Indonesia menyebutkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan range usia antara 16-30 tahun, berjumlah 61,8 juta orang, atau 24,5 % dari total jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252 juta orang (BPS, 2014).

Kita ketahui bersama, bahwa pemuda hari ini makin banyak kita jumpai dalam kondisi sedang tidak baik-baik. Standar kebahagiaan yakni meraih materi sebanyak-banyaknya telah menghilangkan keimanan mereka kepada Sang Pencipta. Karena agama telah rela mereka tinggalkan demi mendapatkan kebahagiaan semu dunia.

Hantaman moderasi beragama yang terstruktur melalui kurikulum yang generasi enyam hingga kurang lebih 10 tahun di sekolah, telah merubah pemahaman mereka bahwa ridha Allah SWT adalah nomer dua setelah ridha manusia.

Bagi generasi yang tidak mengenyam pendidikan, kejamnya kehidupan di jalanan telah menjadi pelajaran gratis yang akhirnya menjadi panutan dan kebiasaan bagaimana menjalani kehidupan. 

Adalah sistem kapitalisme yang digunakan negeri ini, yang menjadi akar masalah segala kriminalitas. Yakni pemahaman bahwa kehidupan ini harus dipisahkan dari aturan agama. Aturan Allah SWT tidak boleh turut campur dalam menyelesaikam permasalahan manusia, bahkan untuk kaum muslim sendiri yang beragama Islam. Karena mereka pengemban ideologi kapaitalisme tahu betul, jika kaum muslim menggunakan aturan Islam untuk mengatur kehidupannya, kejayaan dan kesejahteraan akan kaum muslim raih.

Maka, musuh-musuh Islam berupaya terus menyingkirkan aturan Islam dalam diri kaum muslim, meski aqidah Islam masih menempel kuat dalam dada kaum muslim. Dengan cara soft power mereka menggerogoti para pemuda dari semangat memperjuangkan Islam agar tegak sebagai ideologi sebagai pemecah masalah, menjadi sekedar agama ritual. 

Maka jika kembali melihat jumlah pemuda yang begitu besar ini, seharusnya berdampak positif bagi perkembangan dunia Islam sebab pemuda memiliki kekuatan besar. Para pemuda bertekad besar untuk mencari kebenaran. Mereka cenderung mempertahankan yang mereka pahami. Jika bicara masalah fisik, tubuhnya begitu energik. Walhasil, jika dua potensi ini dipadukan akan mampu menyumbang perubahan yang besar.

Dengan potensi pemuda yang begitu besar, perlu untuk mengarahkan mereka diarahkan kepada perubahan yang benar. Bagi pemuda muslim, kebenaran hanya ada pada Allah Taala. Sumber ilmu pengetahuan ada pada Al-Qur’an. Oleh karenanya, pemuda yang meletakkan keimanan di atas akal akan senantiasa mendapat petunjuk ke jalan yang lurus. 

Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS Al-Isra: 9)

Para pemuda masa kini perlu mencontoh para pendahulunya, yaitu pemuda generasi sahabat. Mereka memegang Islam dengan kuat, memperjuangkannya di tengah kaum kafir Quraisy tanpa ragu, hingga mengorbankan nyawa demi tegaknya din Islam.

Kebangkitan pemuda hanya bisa kita wujudkan manakala pemuda kembali pada hakikat visi misi ia diciptakan, yaitu sebagai hamba Allah dan pemimpin peradaban. Potensi generasi milenial harus kita arahkan pada paradigma yang benar, yakni Islam.

Salah satu masalah krusial problem generasi muda saat ini problem identitas dan jati diri. Di saat teknologi informasi melewati batas-batas ruang, tidak sedikit generasi muda terombang-ambing dengan arus hedonis dan permisif. Pergaulan sosial di antara mereka bahkan sangat jauh dari aturan Islam. Semua ini terjadi akibat sistem kehidupan sekuler liberal yang merusak.

Alhasil, banyak kita jumpai generasi muda melek digitalisasi, tetapi hatinya dipenuhi nafsu duniawi. Banyak generasi muda didorong menjadi wirausahawan, tetapi tidak didorong untuk berkepribadian Islam. Banyak anak muda kita terampil teknologi dan finansial, tetapi belum cakap dalam beragama. Antara kehidupan dunia dan akhirat tidak seimbang.

Padahal, Islam menuntun para pemuda menjadi generasi yang mengakhirat, bukan hanya mendunia. Islam berharap agar pemuda mampu melakukan peran pentingnya, yaitu sebagai  pioner perubahan ke arah kebangkitan Islam.

Dengan Islamlah pemuda akan fokus memikirkan bagaimana dia bisa taat kepada Allah SWT dan kemajuan manusia, tak terbesit melakukan kemaksiatan, termasuk narkoba pun akan dijauhi. Maka solusi hakiki agar pemuda jauh dari narkoba adalah dengan tegaknya syariat Islam dalam bingkai negara khilafah.
Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak