Oleh
Irma Dharmayanti
Holywings mengunggah promosi minuman beralkohol gratis bagi pengunjung yang memiliki nama Muhammad dan Maria. Promosi tersebut viral di media sosial. Selang berapa lama, unggahan itu menyebar. Holywings lalu dikecam oleh banyak warganet (JPNN.com, 25/6).
Demikianlah. Sistem demokrasi yang menjadikan kebebasan sebagai pilar utamanya terbukti merupakan pintu bagi masuknya ragam kerusakan. Minuman keras (miras), misalnya yang jelas diharamkan dalam Islam dilegalkan atas nama kebebasan.
Bagi kaum Mukmin, mencintai Nabi Muhammad saw. akan disertai dengan memuliakan sosoknya. Karena itu mereka tidak akan rela jika Nabi Muhammad saw. dihinakan. Mencintai Baginda Nabi Muhammad saw. tentu tidak seperti mencintai sesama insan. Kecintaan seorang Muslim kepada beliau harus di atas kecintaan kepada yang lain; baik harta, kedudukan, jabatan, keluarga bahkan dirinya sendiri. Baginda Nabi Muhammad saw. bersabda:
"Belum sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga ia menjadikan aku lebih dia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan segenap manusia" (HR al-Bukhari).
Banyak keutamaan yang kelak Allah berikan untuk siapa saja yang mempertahankan mahabbah (kecintaan) kepada Allah SWT dan Nabi-Nya di atas segalanya. Di antaranya, mereka kelak akan dikumpulkan bersama Nabi Muhammad saw. di surga-Nya kelak.
Orang yang mencintai Allah SWT dan Nabi-Nya juga akan merasakan manisnya iman. Demikian sebagaimana sabdanya:
"Ada tiga perkara yang jika terdapat pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman (di antaranya): Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Jika mencintai Nabi Muhammad saw. merupakan kewajiban dan kebaikan yang amat luhur, maka menista (istihzâ’) kemuliaan beliau adalah dosa besar. Allah SWT berfirman:
Orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih (TQS at-Taubah [9]: 61).
Maka membuat iklan promosi miras dengan menawarkan minum gratis bagi pengunjung yang bernama Muhammad merupakan penistaan yang sangat keterlaluan. Penistaan terhadap Nabi saw. terus berulang karena banyak Muslim dan tokoh-tokohnya memilih diam. Mereka berpikir bahwa diam dan bersabar ketika Nabi saw. dinista adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya mereka membuat penistaan ini kian menjadi-jadi. Mereka pun sebenarnya telah berdosa karena mendiamkan kemungkaran.
Karena itu, wahai kaum Muslim, marilah kita bela agama kita! Belalah Nabi kita yang mulia! Sungguh Nabi Muhammad saw. telah berjuang membela nasib kita agar menjadi hamba-hamba Allah SWT yang layak mendapatkan Jannah-Nya kelak. Penistaan kepada beliau terus terjadi karena diamnya sebagian besar dari kita terhadap hal ini.
Penistaan terhadap Nabi Muhammad saw. juga terjadi karena prinsip kebebasan dalam demokrasi yang memberikan panggung kepada orang-orang yang mendengki dan terus menyerang Islam. Ketahuilah mereka tak akan pernah berhenti melakukan penyerangan terhadap agama ini.
Sungguh Islam tak akan dapat terlindungi jika umat tak memiliki pelindung yang kuat. Maka sudah seharusnya Negara Islam diterapkan di muka bumi ini.
Wallahu'alam Bishawab.