Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga
Pergantian harga pada bahan bakar minyak (BBM) dan gas (LPG), sukses membuat panik masyarakat Indonesia. Seperti yang sudah diopinikan jauh hari sebelum ini, harga bahan bakar tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah. Semuanya mengacu pada harga minyak mentah internasional. Hal ini tertuang dalam peraturan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM 62/K/12/MEM/2020, yang menyatakan bahwa harga jenis bahan bakar umum (JBU) akan terus mengalami penyesuaian mengikuti tren pasar internasional. Jika harga minyak dunia naik, minyak di dalam negeri pun ikut-ikutan (Tempo, 11/06/2022).
Namun, jika kita mengikuti harga minyak internasional, justru tiga bulan terakhir ini harga minyak bumi dunia mengalami penurunan (CNN Indonesia, 13/06/2022). Kenyataan ini menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM dan gas tidak hanya terpengaruh oleh harga minyak dunia. Maka tidak heran, jika ada sebagian kalangan yang menilai, harga bahan bakar adalah upaya pemerintah untuk mnegurangi subsidi.
Harga BBM atau gas yang cenderung naik ini akan mendorong masyarakat yang biasa memakainya beralih ke produk paling murah. Di sisi lain, adanya pembatasan konsumsi BBM subsidi, baik secara jumlah maupun cara pembelian, seakan mengarahkan masyarakat untuk membeli BBM nonsubsidi. Apalagi jika muncul masalah turunan, seperti bahan bakar oplosan yang membahayakan, kemungkinan terjadinya penimbunan, hingga berujung naiknya BBM dan gas subsidi. semua itu tentu akan menambah derita bagi masyarakat pada umumnya.
Kenaikan harga yang mengikuti tren dunia ini tidak lepas dari perjanjian yang dilakukan Indonesia. Dengan mengikuti pasar global, mau tidak mau negeri ini harus menuruti situasi yang sudah ditentukan. Jadi, jika harga komoditas naik di dunia internasional, Indonesia juga harus menaikkan.
Dalam pandangan Islam, minyak dan gas merupakan kebutuhan pokok rakyat. Islam tidak akan membiarkan kedua komoditas itu tidak bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat. Pemimpin ibarat pelayan rakyat, maka Islam mewajibkan mereka mengurusi seluruh kebutuhan rakyatnya, bukan malah mencari untung demi kepentingan penguasa dan pengusaha.
Islam juga melarang pemimpin melakukan kesepakatan dengan negara kafir (yang jelas memusuhi Islam) atau kesepakatan yang justru menjerumuskannya pada kezaliman kepada rakyat. Disinilah pentingnya kita terus mendakwahkan Islam, sehingga umat rindu untuk diterapkan dalam kehidupan. Karena, selama umat berada dalam dekapan kapitalisme, tak akan pernah mereka hidup sejahtera
Wallahualam bi ash showab.