Oleh : Ummu Fairuz
Meskipun pilpres masih dua tahun lagi dilaksanakan, namun telah banyak orang-orang yang tergiur dengan kursi panas parlemen negeri ini. Di sisi lain banyak yang menghendaki agar presiden yang menjabat saat ini dilantik kembali selama tiga periode, walapun banyak ditentang oleh berbagai kalangan. Menko Luhut dan sejumlah pihak sempat bermanuver untuk memuluskan hasrat Jokowi tiga periode. Tampak jelas, begitu menggebu nafsu elite politik untuk mempertahankan kekuasaannya dan tidak peduli lagi dengan etika perpolitikan. Semua pejabat politisi dan parpol sibuk memikirkan pilpres 2024 yang masih jauh. Seolah mereka lupa ada yang lebih penting yang seharusnya dipikirkan, yaitu nasib rakyat yang bergelimang penderitaan. Saat ini, rakyat sedang banyak dirundung masalah terutama masalah ekonomi, namun para pengusa tidak ada yang fokus mengurusi rakyat semua sibuk memikirkan kepentingan pilpres. Kekuasaan benar- benar telah menimbulkan fitnah. Banyak orang berlomba-lomba meraih kekuasaan. Segala cara digunakan tidak peduli halal dan haram. Ketika sudah berkuasa, kekuasaan dan jabatanpun dijalankan dengan tidak amanah. Kekuasaan lebih banyak dijadikan alat untuk kepentingan pribadi dan golongan. Sebaliknya, kepentingan dan kemaslahatan rakyat sering diabaikan dan ditinggalkan.
Jika berbicara tentang amanah kekuasaan, Imam at-Tabhrani menukil perkataan Ali bin Abi Tholib ra, "Kewajiban penguasa adalah berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan dan menunaikan amanah."
Sebagaimana firman Allah SWT, "Sungguh Allah menyuruh kalian memberikan amanah kepada orang yang berhak menerimanya. Juga menyuruh kalian jika menetapkan hukum diantara manusia agar kalian berlaku adil." (QS. An- Nisa' : 58)
Sikap penguasa yang amanah akan terlihat dari tata caranya dalam mengurusi masyarakat berdasarkan aturan Allah SWT. Ia juga akan berusaha dengan keras untuk menghiasi dirinya dengan budi pekerti yang luhur dengan sifat- sifat kepemimpinan. Penguasa yang amanah tidak akan membiarkan berlakunya sistem kufur seperti sistem Kapitalis-Sekuleris yang bertentangan dengan Islam dan kaum muslim. Penguasa yang amanah akan senantiasa berhati- hati dalam mengambil setiap keputusan dan kebijakan. Tidak akan berkhianat kepada negara dan rakyatnya karena Rasulullah Saw mengancam penguasa yang khianat, " Tidaklah seorang hamba yang Allah beri wewenang untuk mengatur rakyat mati pada hari dia mati sementara dia dalam
kondisi menipu rakyatnya melainkan Allah mengharamkan syurga bagi dirinya." ( HR. Bukhori)
Sejak Rasulullah Saw diutus, tidak ada sistem yang mampu melahirkan para penguasa yang amanah, agung dan luhur budi pekertinya kecuali dalam sistem Islam. Abu Bakar As-Shiddiq adalah sosok penguasa yang terkenal dengan adil, amanah, sabar, dan lembut. Sikap dan perilaku para penguasa muslim yang luar biasa seperti itu adalah saat negara benar- benar menerapkan syariah Islam secara total dalam institusi Khilafah Islam. Sayangnya, para pembenci Islam akhir- akhir ini makin gencar mengkriminalisasi Khilafah. Padahal, Khilafah adalah bagian dari ajaran Islam dan peradaban Islam yang agung. Mereka ini tak lebih kalangan Islamphobia. Mereka amat takut jika peradaban Islam dalam Institusi Khilafah Islam yang agung tampil kembali menggantikan peradaban sekuler yang terbukti rusak dan merusak. Oleh karena itu, mereka terus-menerus mendiskreditkan Khilafah. Jika menilik pada sejarah, Khilafah bukanlah sebuah ancaman, tetapi bila diterapkan dalam kehidupan akan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Untuk itu, sudah saatnya mencampakkan sistem Kapitalis-Sekuleris yang senantiasa membawa kerusakan. Kemudian, menggantinya dengan sebuah sistem kehidupan yang bisa mengantarkan keberkahan dalam kehidupan, yaitu Islam.
Wallahu a'lam bishshawab.