Oleh: Hamnah B. Lin
Tak henti-hentinya barat (Amerika dan sekutunya), merongrong kaum muslim agar jauh dan meninggalkan Islam sebagai agama yang sebenarnya barat akui benar. Berbagai tipu muslihat mereka tempuh, dan banyak meminjam tangan orang lain.
Sebagaimana Viralnya kasus dugaan pelecehan seksual oleh Moch. Subchi Azal Tsani (MSAT) terhadap sejumlah santriwati di Pesantren Shiddiqiyyah, Jombang. MSAT terancam hukuman penjara hingga 12 tahun. (Detik, 10/07/2022).
Dan juga beredar isu penyelewengan dana donasi di lembaga filantropis Aksi Cepat Tanggap (ACT). Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri meminta keterangan kepada Mantan Presiden ACT Ahyudin dan Presiden ACT Ibnu Khajar pada Jumat (08/07/2022). Kasus ini berlanjut pada penutupan 300 Rekening ACT dan dugaan penyelewengan dana korban kecelakaan Lion Air. (MSN, 10/07/2022).
Adalah 2 kasus yang oleh barat dijadikan "proyek islamofobia". Dua kasus ini memang miris, semakin menambah fakta deretan panjang sekularisme yang kian tumbuh subur, tak mengenal tempat dan sosok.
Kasus ini viral, ternyata memang dibuat agar viral. Barat menggunakan kesempatan ini untuk menggoreng isu islamofobia supaya makin melekat di mata kaum muslim dan seluruh dunia. Adalah Direktur An Nasr Institute For Strategic Policy Munarman S.H. pernah membeberkan tentang adanya aktor utama, agenda, serta alur isu dan strategi antek-antek AS dan Zionis Yahudi untuk mendiskreditkan kelompok Islam dengan berbagai stigmatisasi, seperti fundamentalis, radikal, intoleran, terorisme, dsb. Di antaranya berbentuk NGO yang fokus mengampanyekan antisyariat Islam dan antiformalisasi syariat.
Ada beberapa nama NGO yang ia sebutkan, antara lain Setara Institute, Moderate Muslim Society (MMS), dan RAND Corporation. RAND Corporation sendiri diketahui sebagai lembaga think tank dan konsultan militer AS dengan tokohnya antara lain Angel Rabasa, Cheryl Bernard, Lowell H. Schwartz, Peter Sickle, dan Kim Cragin.
Menurutnya pula, lembaga-lembaga itu kerap membenturkan kelompok Islam serta berupaya melemahkan dan membelokkan pemahaman Islam, seperti jihad dan sebagainya. Mereka juga membuat program bersama—deradikalisasi—dengan sasaran bidiknya adalah ormas Islam, majelis taklim, para kiai dan ustaz/ustazah, berbagai institusi perguruan tinggi, dan masyarakat.
Pada 2003, RAND Corp. pernah merilis buku Civil Democratic Islam: Partners, Resources, And Strategy. Buku yang ditulis Cheryl Bernard ini membahas tentang politik perang pemikiran atau strategi dan taktik pemikiran yang perlu dilakukan Barat untuk menghadapi umat Islam pascaperistiwa pemboman WTC 11 September 2001 atau lebih dikenal dengan 9/11. Targetnya untuk melawan sesuatu yang tidak jelas, yaitu terorisme dan fundamentalisme dalam Islam.
Dalam dokumen tersebut tercantum beberapa rekomendasi untuk menyerang kelompok muslim yang mereka sebut fundamentalis. Mereka juga membunuh karakter tokoh-tokoh agama dan lembaga kemanusiaan Islam, terlepas tokoh atau lembaga donasi tersebut betul-betul melakukan penyelewengan di depan hukum ataukah hanya fitnah.
Di antaranya pertama, encouraging journalists to investigate issues of corruption, hypocrisy, and immorality. Mendorong media untuk memublikasikan kesalahan tokoh atau pengelola pesantren, seperti korupsinya, kemunafikannya, atau berbagai tindakan tidak bermoral lainnya. Tujuannya agar masyarakat tidak percaya lagi kepada simbol pendidikan Islam, semisal pesantren dan lembaga kemanusiaan Islam.
Kedua, exposing their relationships with illegal groups and activities. Mengaitkan tokoh atau pengelola lembaga kemanusiaan Islam tersebut dengan kelompok yang dicap teroris atau radikal agar masyarakat menjauhi mereka dan enggan menyumbangkan dana.
Islamofobia sendiri lahir karena ketakutan barat terhadap ideologi islam yang makin selaras perkembangannya dengan dakwah kaffah yang makin menyebar keseluruh dunia. Barat dengan ideologi kapitalis sekulernya takut, jika budaya, peradaban sekuler dan gaya hidupnya ditinggalkan penduduk dunia khususnya kaum muslim.
Perang ideologi ini berlangsung lama hingga hari ini. Sungguh peperangan yang tidak adil sesungguhnya, karena barat dengan ideologi kapitalis sekulernya diemban oleh Amerika dan negara bonekanya, sedangkan ideologi islam hanya diemban oleh individu-individu yang menjalankan kewajiban dakwah kaffah.
Maka barat akan melakukan usaha apapun untuk menjatuhkan islam, untuk menghadang tegaknya kembali islam. Karena barat tahu benar bahwa islam akan tegak kembali. Sebagaimana pernyataan dari Analis Barat George Bernard Shaw mengeluarkan pernyataan sebagai berikut, “If any religion has a chance of conquering Britain and the whole of Europe within the next hundred years, that religion is Islam.” (Jika ada sebuah agama yang berpeluang untuk menaklukkan Inggris Raya dan seluruh Eropa dalam 100 tahun ke depan, agama itu adalah Islam.) (Sir George Bernard Shaw in ‘The Genuine Islam’, Vol. 1, No. 8, 1936)
Maka menyikapi makin masifnya islamofobia ini, umat harus bersikap benar dan terarah, agar tidak termakan fitnah-fitnah barat yang menyesatkan. Berikut yang harus umat tempuh agar terhindar dari konspirasi barat:
Umat harus terus dibina agar memiliki keimanan yang kukuh
Mempunyai wawasan politik yang kuat, sekaligus paham syariat Islam kafah sebagai solusi seluruh problem kehidupan yang justru dibutuhkan pada era kekinian.
3. Umat juga harus didorong untuk bersama-sama berupaya mewujudkan kekuatan politik Islam demi memenangi perang peradaban. Dengan kekuatan politik inilah, segala problem yang dihadapi umat akan mampu diselesaikan, termasuk melawan arus islamofobia yang diorganisasi oleh negara-negara pengusung kapitalisme yang ingin melanggengkan penjajahan.
Kekuatan politik islam melalui tegaknya khilafah islamiyah akan mampu menandingi dan mengalahkan kekuatan politik kapitalis yang diemban Amerika. Dengan demikian umat akan bersatu melawan segala tipu daya barat dan membangun peradaban baru yakni khilafah islamiyah.
Wallahu a'lam.