Islam Mencetak Generasi Terpuji

 



Oleh Ummu Fauzi

Anggota Penulis Mustanir

Maraknya kejahatan yang dilakukan  sebagian  generasi muda di negeri ini makin hari makin membuat geleng-geleng kepala. Derasnya  arus informasi yang tidak mendidik dan kurangnya pemahaman tentang agama membuat mereka terseret dan terpengaruh dengan perilaku yang jauh dari tuntunan  agama. Mereka  mudah tersulut emosi dengan hal sepele  hingga berakhir dengan penganiayaan dan pembunuhan. Mirisnya, yang jadi korban adalah orang terdekatnya yang harusnya dihormati dan dilindungi.

Seperti yang terjadi di daerah Ciparay, Kabupaten Bandung. Polresta Bandung meringkus seorang pemuda yang berinisial GR (25) yang dengan teganya melakukan penganiayaan terhadap ayah kandungnya hingga tewas. Anak tersebut membunuh hanya karena ayahnya dianggap ingkar janji membelikan baju untuk adiknya dan membuatnya emosi sehingga akh

irnya GR memelintir leher sang ayah. Kusworo, Mapolsek Ciparay Kabupaten Bandung mengatakan laporan tersebut masuk setelah empat hari korban dimakamkan karena ada kejanggalan dan kecurigaan keluarga  dengan kematiannya. (Idntimes.com, 06/06/2022)

Ironis memang pemuda yang seharusnya giat belajar mempersiapkan masa depan dan meraih  cita-citanya malah terjerumus dalam perbuatan dosa. Bakti dan hormat  yang seyogyanya diberikan kepada orang tua oleh  seorang anak yang terjadi malah sebaliknya. 

Tak bisa dipungkiri banyak hal yang bisa mempengaruhi karakter remaja, baik faktor internal ataupun eksternal. Peran orang tua sangat dibutuhkan karena dari  sinilah pendidikan pertama didapatkan.  Lingkungan pun tak kalah berpengaruh dalam membentuk perilaku anak, semisal tempat tinggal, sekolah, dan tempat bermain.

Hal yang paling penting adalah peran negara dalam menerapkan sistem pendidikan dan arahan yang bisa mengantarkan generasi pada posisi yang membanggakan yakni sebagai agen peradaban yang cemerlang.

Sementara kasus yang terjadi di atas atau lainnya yang serupa berkaitan erat dengan sistem kapitalisme sekuler yang ada di tengah masyarakat. Sistem ini membuat generasi bebas melakukan apa yang diinginkan sesuai nafsunya ditambah gempuran informasi dari media dan tayangan-tayangan yang tidak mendidik dan gampang ditiru. Gaya hidup dalam sistem sekuler ini mengagungkan kebebasan, dimana perbuatan dilandaskan kepada kesenangan materiil saja.

Arus kapitalisme dan materialisme  mengubah cara pandang mereka  yang menilai kebahagiaan diukur dengan materi yang dimiliki. Akibatnya benar dan salah menjadi kabur, dan tidak jelas bedanya  antara halal dan haram yang menyeret orang untuk berbuat maksiat yang pelakunya semakin kuat.

Peristiwa anak bunuh ayah kandung hanya satu fragmen yang mewakili kegagalan  sistem sekuler membangun keluarga yang kokoh, yang masing-masing bisa menunaikan hak dan kewajibannya. Kasus seperti ini sudah banyak terjadi dan akan terus berulang  selama masih mengadopsi sistem sekuler. Maka tidak  ada jalan lain selain mengganti sistem saat ini dengan sistem Islam.

Islam telah menetapkan bahwa bukan cuma keluarga yang berkewajiban untuk menjaga generasi menjadi pemuda masa depan peradaban tetapi masyarakat dan negara juga sangat berperan penting untuk mewujudkannya. Tujuan, visi dan pedoman hidup dari para generasi harus sudah tertanam sejak berada dalam  keluarga juga kedisiplinan, kemandirian dan kasih sayang yang tentunya diberikan orang tua  sesuai dengan tuntunan Islam. Karena merekalah yang akan menjadikan anak-anaknya baik atau sebaliknya, sebagaimana  hadis Rasulullah saw:
“Setiap anak  dilahirkan  dalam keadaan fitrah hingga ia fasih (berbicara), kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi.”  (HR Muslim)

Masyarakat juga menentukan baik buruk para pemuda. Masyarakat yang selalu melakukan kontrol, saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan akan berkontribusi terjaganya generasi. Budaya amar makruf nahyi mungkar ini juga menentukan sehat tidaknya sebuah masyarakat. Begitu juga dengan  peran negara. Islam mewajibkan negara bertanggung jawab  dalam menerapkan syariah Islam secara menyeluruh yang akan menjamin rakyatnya aman, adil dan sejahtera. Negara menjamin kehidupan yang bersih dari berbagai kemaksiatan dan menjaga agama, moral dan menghilangkan semua hal yang dapat merusak generasi.

Kisah inspiratif dua pemuda hasil gemblengan  Islam yang berhasil menorehkan tinta emas  peradaban  adalah Shalahudin al-Ayyubi dan Muhammad al-Fatih. Kisah heroiknya sampai saat ini selalu menggetarkan jiwa dan dada kaum muslimin yang rindu akan kegemilangan Islam. Kisah ini bukan sekedar cerita tapi ada motivasi, inspirasi dan juga ibroh bagi orang tua dan generasi saat ini. Bukan suatu kebetulan jika al-Ayyubi dan al-Fatih  menjadi kebanggaan Islam, dalam prosesnya ada campur tangan Allah Swt.

Mereka lahir dari sosok ayah dan bunda yang merupakan pribadi-pribadi saleh dan salehah yang tak pernah putus berharap dan berdoa. Lisan yang selalu berzikir dan perilaku yang taat, telah membuka pintu  rida Sang Khalik.

Kaum Muslim adalah kaum yang beruntung yang mendapat pujian umat terbaik yang diturunkan Allah ke dunia, sebagaimana Allah sampaikan dalam firman-Nya,
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyuruh kepada yang  makruf dan mencegah dari yang mungkar serta beriman kepada Allah…”(TQS. Ali Imran:110)

Wallahu a’lam bishawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak