Oleh : Mauli Azzura
Astaghfirullah hal'adzim, Bocah kelas enam SD di Tasikmalaya jadi korban bullying. Bocah malang itu mengalami depresi hingga sakit keras dan akhirnya meninggal usai dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman sebayanya. Psikiater RSIA Limijati Kota Bandung dr Elvine Gunawan mengatakan aksi bullying sebetulnya bukan kasus baru. Bullying menurutnya memiliki dampak yang luas.
"Setiap kasus bullying baik ringan atau seperti ini sudah ekstrem, bukan lagi bullying secara verbal, tapi ini lebih kekerasan secara fisik walaupun gunakan cara lain. Ini berdampak pada kesehatan jiwa, buat orang yang melakukan sudah pasti ada gangguan jiwa. Untuk orang terkena dampak jelas dan terakhir juga saksinya, dampaknya luas banget," kata Elvine via sambungan telepon, Kamis (21/7/2022). Ia mengungkapkan perilaku terduga pelaku harus diobservasi lebih jauh. Pasalnya hal tersebut terjadi di luar nalar. (Detik.com 21/07/2022)
Benar-benar menjadi beban pikiran ketika melihat anak-anak zaman sekarang berperilaku yang tidak wajar. Namun menjadi PR bagi seorang ibu ketika hal itu terjadi pada anak-anak yang bahkan membahayakan keselamatan.
Ketika berbicara tentang anak-anak, maka tak akan jauh dari pembahasan seorang ibu. Karena ibu adalah orang terdekat yang mencintai sekaligus mendidik anak-anak. Maka sepatutnya peran ibu tidak lepas dari tumbuh kembang anak. Tapi diera kapitalisme, peran ibu terkesan semakin berat dengan berbagai macam permasalahan keluarga, ekonomi, serta peegaulan antar masyarakat yang tiada lagi memiliki kepedulian yang maksimal.
Hari ini, melihat adanya kejadian perundungan, pem-bully-an pada anak-anak, bisa dikatakan bahwa umat Islam adalah umat yang kehilangan pemikiranya, termasuk pemikiran seorang ibu terhadap perananya. Mengapa demikian?
Iya, karena kaum ibu pada masa ini lebih banyak diberdayakan menjadi perempuan-perempuan pekerja yang mengesampingkan masalah parenting untuk anak-anaknya. Maka wajar jika misi pengasuhan anak tidaklah maksimal. Dan hasilnya, hilanglah pemikiran ibu terhadap masalah-masalah yang dihadapi anak-anak diluar rumah. Hilang pula kesadaran peran penting geopolitik ibu sebagai pencetak generasi yang menanamkan cit-cita tertinggi yakni jihad dalam memperjuangkan Agama Allah.
Umat membutuhkan seorang ibu yang bisa mencetak pemimpin-pemimpin besar yang berlandaskan atas dasar Islam. Umat membutuhkan para calon istri yang mampu melahirkan generasi Islam yang akan memperjuangkan Agamanya.
Akankah kaum ibu berkualitas tercipta dalam era kapitalisme ? Sungguh kaum ibu yang islami hanya akan ada dalam sistem Islam yang menegakkan aturan dan hukum Allah sesuai Al-Qur'an dan Hadist.
Sejarah gemilang Islam telah mencatat dengan baik. Bahwa banyak contoh para ibu muslimah yang berhasil mengarahkan dan mendidik anaknya sebagai pemimpin dan penakluk dalam memperjuangkan Islam.
Maka dari tangan siapakah generasi pejuang Islam akan lahir? Kalau bukan dari kaum ibu yang beraqidahkan Islam yang memiliki kesadaran ruang serta kematangan visi geopolitik dalam mendidik anak-anak dan generasi penerus Islam.
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
"Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqon : 74)
Wallahu A'lam Bishowab