Oleh : Mauli Azzura
Istilah CFW (Citayem Fashion Week) merebak bagai virus ganas. Tidak hanya terjadi di Jakarta saja melinkan di Surabaya, Malang, Makassar, Salatiga, Yogjakarta dan kota-kota lainya. Namun ketika fenomena tersebut viral dan menjadi perhatian, malah di sumber fenomena mengalami pembubaran.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria meminta langsung para anak-anak yang berkumpul di acara Citayam Fashion Show, Dukuh Atas, Jakarta Pusat, membubarkan diri pada pukul 22.00 WIB, kemarin. Menurutnya, hal itu untuk membiasakan disiplin waktu, mengingat hampir semuanya masih pelajar SD, SMP, hingga SMA.
“Sebelum pukul 22.00 WIB sebaiknya sudah di rumah. Ini bagian untuk mencegah kekerasan, pelecehan terhadap anak. Karena angka kekerasan meningkat, prostitusi daring juga meningkat,” kata Riza di akun instagramnya, dikutip Ahad (24/7/2022).
Riza mencontohkan, selasar selatan dekat Balai Kota akan lebih baik digunakan untuk tempat tersebut. Selain tidak masalah umum, juga tidak membuat kemacetan kendaraan.
Benarkah berpindah tempat akan memberikan solusi terhadap pemikiran para generasi? Lantas mampukah dengan pembubaran di jalanan namun menyediakan tempat lain juga dapat menjadikan para remaja menjadi generasi yang berkualitas ?
Disisi lain melakukan pembubaran hanya karena tidak ingin menimbulkan kemacetan di jalan raya, lalu mengubah tempat agar fenomena ini masih berjalan. Benarkah hal itu menjadi solusi?
Dan yang kini dipertanyakan adalah sebenarnya masalah apa yang terkandung didalam fenomena CTW? Perlu kita telaah bahwa masalah yang sebenarnya adalah sistem sekuler yang dimana menjadikan generasi muda harusnya berlomba-lomba dalam pendidikan, keterampilan yang bermanfaat bagi masa depan. Bukan membuang-buang waktu dengan melakukan fashion, yang hal itu jauh sekali dari ajaran Islam.
Pada dasarnya CFW adalah fenomena yang mampu merubah standart pandangan dan pemikiran para remaja terkait dengan aturan dan hukum islam, berbelok dengan mencari eksistensi diri dan keviralan yang menghasilkan pundi-pundi materi.
CFW secara tidak langsung menunjukkan bahwa negara kita sedang mengalami krisis. Serangan pada pemikiran tentang banyak kebebasan di dunia nyata dan dunia maya mengubah minset mereka bahwa kebebasan adalah hal yang mendasari keberhasilan dalam meluapkan ekspresi dan kesenangan.
Tanpa mereka sadari bahwa paham kebebasan yang mereka anut adalah buah dari sekulerisasi yang mendarah daging dalam generasi. Terlebih ketika mendapatkan dukungan atas apa yang mereka lakukan sesuai dengan keinginannya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan kemunculan fenomena SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok) atau dikenal dengan 'Citayam Fashion Week' di kawasan Sudirman, Jakarta merupakan hal yang wajar terjadi bagi anak muda. Sehingga, Muhadjir menilai fenomena tersebut tidak perlu ditanggapi terlalu serius. "Biasa lah anak muda, itu kan sementara nanti juga bosan. Jangan dianggap serius lah," ujar Muhadjir di kantor Kemenko PMK, Jakarta, Senin ( Tribunnews.com 18/7/2022).
Ketika pemimpin mulai lepas tangan terkait fenomena anak muda, maka tunggulah apa yang akan terjadi pada generasi selanjutnya. Generasi yang menjadi tumpuan negara dimasa mendatang lebih mengikuti kebebasan yang mereka anut. Bahkan pemerintah pun anggap hal ini sebagai hal sepele.
Sungguh, generasi membutuhkan para pemimpin yang peduli pada apapun permasalahan rakyatnya. Umat membutuhkan pemimpin yang mampu memberi solusi dan menciptakan generasi-generasi kuat yang akan membawa negara menuju kesejahteraan. Dimana lagi bisa mendapatkan pemimpin yang amanah selain dalam naungan sistem Islam.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."
(QS. An-Nisa :9)
Wallahu A'lam Bishowab