Oleh : Ummu Khielba
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Krisis aktualisasi diri menjangkit generasi saat ini, atas nama eksistensi menghalalkan segala aturan illahi. Dahsyatnya direstui para pejabat negeri dan dijadikan motor penggerak ekonomi demi keuntungan hakiki ala kapitalis liberalis.
Siapa yang tidak tahu CFW, saat ini menjamur ke wilayah lainnya seperti tetangganya Citayam yaitu Bogor di sekitaran Tugu Kujang https://www.instagram.com/reel/CgbCVRKgwm9/?igshid=MDJmNzVkMjY=, Taman Kediri Memorial Park Sabtu, https://www.detik.com/jatim/berita/d-6195827/demam-citayam-berimbas-ke-kediri-dengan-gelaran-mpk-fashion-street, Zebra Cross Makasar https://kumparan.com/kumparannews/satpol-pp-makassar-bakal-bubarkan-anak-muda-yang-catwalk-di-zebra-cross-ala-cfw-1yX5KfjpTIA, tidak kalah gaya di Aceh pula https://m.kumparan.com/kumparannews/satpol-pp-soal-heboh-citayam-fashion-week-di-aceh-tak-punya-izin-sudah-ditegur-1yX1qTAjbgz/2, sampai kepada pendaftaran merk CFW ke HAKI oleh artis Baim Wong, http://CNNIndonesia.com, Senin, 25/7/22.
Melansir dari https://travel.okezone.com, Senin, 25/7/22 CFW direstui dan akan dimodifikasi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yang akan mewadahi para remaja dalam tren Citayam Fashion Week (CFW) dengan pelatihan serta pendampingan untuk menaikkan keahlian mereka dengan upskilling, resklling, maupun newskilling di bidang fotografi dan videografi, agar kemudian suatu saat akan tampil di Paris Fashion Week.
Fenomena ini bak virus yang menular ke setiap wilayah, fakta ini apakah membuktikan kemajuan generasi anak muda yang eksistensinya tergali? Atau malah kemunduran identitas diri generasi Rabbani?
Kesalahan siapakah generasi yang mengalami degradasi hakiki akan potensi diri yang Allah sematkan untuk generasi terbaik pendobrak peradaban yang jauh dari aturan syari’at islam?Semua ini bisa terjadi akibat ketiadaan syari’at islam yang seharusnya dijadikan patokan dalam hukum asal perbuatan manusia yang harus sesuai dengan aturan penciptanya yaitu Rabbul izzati.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs Ar Rum ayat 41. Yang artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Peran keluarga, masyarakat dan negara menjadi tiga pilar utama membentuk generasi muda. Keluarga menjadi madrosatul ula pertama dan utama dalam mencetak generasi yang dirindukan surga, masyarakat menjadi faktor pendukung kedua dalam mendidik, menjaga dan memberikan contoh pada generasi muda dan yang paling paripurna jika negara berperan sebagai pelindung dan penjaga eksistensi kaula muda yang masih rentan dilibas zaman. Terlebih tantangan yang dihadapi saat ini yaitu perang pemikiran (ghazwul fikr) upaya barat dengan 3F-nya (Food, Fashion, Fun).
Pilar keluarga dirusak dengan menjadikan peran ayah dan ibu yang menjadi motor penggerak kapitalis menjadikan orangtua sibuk dengan masalah perut semata, belum lagi kenaikan harga diberbagai kebutuhan primer, sekunder bahkan tersier. Selain itu, cara mendidik anak yang mengekor ala barat dengan sekuleris liberalisnya, jauh dari Islam solusi hakiki pencetak generasi dengan pola pikir dan pola tingkah laku islam pencetak generasi pendobrak kegemilangan Islam. Alhasil peran nyata ibu dan ayah hanya sebatas memenuhi fisik belaka dengan mendidik tanpa jiwa dan merasakan keberadaan buah hati pelipur lara.
Pilar masyarakat pun demikian, saat ini masyarakat Indonesia yang notabene mayoritas muslim dibombardir budaya barat yang hedonis dan pemikiran barat yang apatis bahkan skeptis. Mulai dari dihilangkannya masyarat yang saling mengingatkan kepada kebaikan dan mecegah dari kemungkaran, sampai pada pengaruh kemajuan teknologi yang serba digitalisasi namun tidak semua menggunakannya secara benar dalam perspektif Islam. Faktanya Masyarakat lebih menyukai tayangan lawakan, drama ala korea, aplikasi yang mempertontokan aksi yang jauh dari Islami, bahkan berita viral yang tidak berarti.
Semua ini fakta bahkan nyata ada di sekeliling kita, baik offline maupun online. Sebenarnya siapa yang paling berhak mengontrol budaya barat yang massif dipertontonkan saat ini? Pilar ketiga pastinya yaitu Negara. Dengan kebijakannya akan menjaga keutuhan keluarga dan berperan sebenarnya sebagai ayah dan ibu, mengontrol masyarakat dengan kebijakan yang mengatur semua aspek kehidupan. Padahal mampu jika mau dan bisa, pastinya aturan dari semua aturan buatan manusia yaitu aturan dari pencipta alam semesta dan seisinya. Yakni Allah azza wa jalla.
Pilar ketiga yakni negara ini yang akan menentukan laju pertumbuhan dan perkembangan kedua pilar diatas, kebijakan yang bersumber pada pedoman hidup kita yaitu Al Qur’anul Karim dan As Sunnah yang dibawa oleh Nabi terakhir yang super komplit dan bisa diimplementasikan dalam seluruh kehidupan. Bukan aturan buatan manusia yang semaunya menghalalkan segala cara karena kepentingan semata kebermanfaatan yang nyata untuk para kapital dan oligarki korporasi.
Fenomena CFW mengajarkan kepada kita, kemunduran generasi islam yang haus akan eksistensi diri, ini semua kesalahan semua pilar yang mundur dalam berfikir cemerlang dengan hilangnya dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan bukti dari carut marutnya sistem buatan manusia yang tidak akan pernah menjadi solusi hakiki yang menjauhkan ummat islam dari fitrahnya sebagai manusia yang butuh Al Khaliq.
"Kembalilah pada Allah Rabbul Izzati, tidakkah rindu akan Ar Rahman Ar RahimNya, rindu akan utusannya Rasulullah SAW dengan petunjuk kebenaran paripurna yakni islam kaffah yang sempurna. Janganlah jumawa melebihi selendangnya Allah, ingatlah tempat kembali abadi kita, pilihannya surga atau nerakaNya?"
Wallahu A’lam Bishowab