Waspada Hepatitis Menjangkiti Para Generasi



Oleh : Ummu Fairuz

Dalam kurun waktu hampir tiga tahun lamanya, masyarakat dunia dihebohkan dengan munculnya pandemi Covid-19. Saat ini, masyarakat Indonesia tengah berhadapan dengan ancaman kesehatan baru di kala Covid-19 belum benar-benar usai. Imbauan dari pemerintah agar masyarakat tetap waspada terhadap penyakit hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak. 

Adanya imbauan ini, setelah diumumkannya tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta meninggal dunia dalam waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga akhir April 2022. (CNBC, 8/5/2022).

Banyaknya kasus terjadi menimpa pada anak kisaran usia mulai 1 bulan hingga anak berumur 16 tahun,17 anak diantaranya (10 %) memerlukan transplantasi hati. Selain itu gejala yang dialami di antaranya adalah gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah dan diare mendadak, air kencing bewarna teh tua, BAB bewarna pucat, kejang dan penurunan kesadaran.

Untuk itu dr.Nadia meminta kepada para orang tua di Indonesia, jika anak-anak  memiliki gejala seperti ini segera membawanya ke klinik layanan kesehatan terdekat.

Juru bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, Kementerian Kesehatan sekarang ini sedang berusaha untuk melakukan penyelidikan penyebab kejadian Hepatitis misterius. Terpenting melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.

Demikian pula hendaknya melakukan upaya pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan yang di makan sudah dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit, serta tetap menjalankan protokol kesehatan.

Kemunculan hepatitis akut misterius yang  mengancam jiwa anak-anak jika diperhatikan karena ketidakmampuan sistem kapitalis dalam mendeteksi kasus ancaman kesehatan baru bagi masyarakat.

Kapitalisme yang masih diterapkan menjadi aturan dalam kehidupan saat ini kerap menjadi pemicu dari munculnya penyakit ini di suatu daerah. Secara sebaran penyakit, sistem ini tidak sanggup menangani penyebarannya. Mengapa? Karena meniadakan karantina dengan dalih negara tak sanggup membiayai rakyatnya saat diminta untuk karantina di rumah. 

Selain itu, biaya hidup yang semakin lama semakin berat dalam sistem kapitalis kerap menimbulkan stres, baik secara individual maupun sosial. Stres pada akhirnya menyebabkan imunitas menjadi menurun, sehingga rentan tertular penyakit.

Masyarakat tidak hanya membutuhkan imbauan  semata dalam menghadapi badai ancaman kesehatan baru berupa hepatitis akut ini. Akan tetapi, masyarakat juga membutuhkan layanan kesehatan yang maksimal, terjangkau bahkan gratis yang wajib diadakan oleh penguasa.

Upaya pengadaan layanan kesehatan yang maksimal, terjangkau bahkan gratis oleh penguasa hanya akan terwujud jika diterapkannya sebuah sistem yang menjadikan nyawa sebagai sesuatu yang penting dalam kebijakannya. Sistem yang dimaksud adalah sistem kehidupan yang berlandaskan pada syariat Islam. 

Tidak bisa dimungkiri bahwa layanan kesehatan merupakan instrumen menjaga kesehatan. Bahkan, nyawa masyarakat tanpa pengecualian.

Kesehatan bukanlah barang komoditi. Dalam pandangan Islam, negara dilarang menarik harganya kepada masyarakat walau sedikit. Sebab negara dan pemerintah adalah raa’in, pelayan umat, penyelenggara urusan publik. Adapun sumber pendanaan secara penuh diambilkan dari Baitul Mal. Sehingga, masyarakat tidak pernah merasa khawatir dengan biaya  yang harus dikeluarkan manakala sakit melanda. 

Kepedulian pemerintah terkait masalah kesehatan masyarakat hanya bisa dirasakan dengan  baik saat aturan kehidupan yang diterapkan berasal dari Sang Maha Pembuat Kehidupan, yaitu Allah SWT. Oleh karenanya, hanya dengan syariat-Nya semata yang bisa menjadikan kehidupan ini penuh keberkahan. 

Wallahu a'lam bishshowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak