Wahai Pemuda, Di Tangan Kalian Estafet Perubahan Berada



Oleh : Ummu Hanif 
(Pemerhati Sosial Dan Keluarga)


Remaja atau generasi muda adalah sosok yang mempunyai semangat dan jiwa yang masih membara. Rasa ingin tahu yang tinggi dapat berpotensi besar dalam perubahan ataupun kehancuran sebuah peradaban. Jikalau suatu negeri terdapat para remaja yang berprestasi dan berakhaq baik maka akan membawa kemajuan yang besar terhadap negeri tersebut. Begitupun sebaliknya jika banyak para remaja yang memiliki akhlaq dan perilaku yang buruk maka hancur lah negeri tersebut.

Melihat remaja saat ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan. Tidak sedikit dari mereka yang berkubang kemaksiatan dan tindakan amoral yang jauh sekali dari Islam. Sex bebas, narkoba, penganiayaan terhadap teman dan guru begitu marak bahkan sudah sampai menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. 

Rasa emosinal yang tinggi dan tidak terkontrol menyebabkan berbagai persoalan muncul. Rasa eksistensi dijalan yang salah pun menjadi salah satu alasannya. Sistem dan pendidikan di sekolahpun seolah hanya sekedar formalitas untuk mendapatkan legalitas belaka tanpa terserap ilmu dan materinya. Tampuk keluarga pun hanya sekedar mempercayakan pendidikan 100% kepada pihak sekolah padahal keluarga adalah sekolah pertama dan utama untuk pembentukan karakter seorang anak.

Melihat begitu banyaknya problema yang terjadi secara tersirat memperlihatkan bahwa pilar-pilar dalam pembentukan karakter seorang anak sudah mulai terkikis, yaitu pilar keluarga, pilar lingkungan masyarakat, dan pilar negara. Tiga pilar ini harus bahu membahu dan bekerjasama dalam melahirkan generasi muda yang berprestasi, berakhlaq dan yang pasti remaja-remaja islami yang ta'at, takut akut hanya sama ALLOH semata.

Sebagai remaja masa kini haruslah mempunyai peran besar dalam perubahan. Mari kita sejenak mengingat sejarah Islam di masa lampau, dimana Islam selalu mampu melahirkan generasi-generasi hebat dambaan umat, yang diusia belia telah mampu menoreh tinta emas dalam sejarah, mengharumkan nama Islam dan membuat Islam dipuncak peradaban. Merekalah yang memperjuangkan dan mendakwahkan Islam dengan dorongan iman, menghabiskan waktunya siang dan malam untuk kepentingan islam hingga sampai kini kita tetap mampu merasakan manisnya iman.

Mari tengok kembali kisah Usamah bin Zaid yang diangkat oleh Rasulullah menjadi komandan pasukan kaum muslimin dalam penaklukan Syam padahal baru berusia 18 tahun. Atau kisah Imam Syafi’i yang telah hafal Al-Qur’an diusia 9 tahun serta Ibnu Sina yang telah hafal Al-Quran diusia 5 tahun bahkan kemudian mampu menjadi bapak kedokteran dunia.

Tentu kita belum lupa kisah heroik Muhammad Al Fatih Sang Penakluk Konstatinopel dan mampu menjadi Sultan diusia muda. Juga kisah Zaid bin Tsabit yang dengan gagah berani mendaftar jihad diusianya yang baru 13 tahun, dan kemudian diperintahkan untuk menghimpun wahyu diusia 21 tahun. Itulah generasi-generasi Muda Islam yang gaungnya masih terdengar hingga sekarang.

Coba sejenak kita renungkan , apa bedanya kita dengan generasi muda Islam jaman dahulu hingga membuat ketimpangan yang sungguh nyata antara kepribadian kita dan kepribadian mereka para pejuang Islam. Bukankah kita sama-sama sebagai umatNYA yang terbaik. Jawabannya mungkin hanya satu berbeda ditinggkat keimanan dan kecintaan terhadap sang Pencipta.

“Kalian semua adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah”. (TQS. Ali Imran 110).

Kalau berbicara soal muslim, bukankah kita juga muslim. Tanamkan kecintaan kita terhadap Islam dan syari'atnya. Mulai memupuk rasa percaya diri yang tinggi dan berperan dalam perubahan positif di masyarakat. Semangat dan yakin bahwa pemuda masa kini bisa jadi pejuang Islam, dan mengembalikan Islam pada masa keemasannya.
Wallahu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak