Revitalisasi Pemuda Demi Tegaknya Peradaban Mulia



Oleh : Ummu Hanif, Pemerhati Sosial Dan Keluarga

Tidaklah berlebihan adanya ungkapan, bahwa “Di tangan pemuda, masa depan suatu peradaban diletakkan”. Karena nyatanya mereka lah generasi penerus setiap peradaban. Pemuda, adalah kelompok usia yang memiliki berbagai kelebihan, baik semangat, energi, waktu, kemampuan mobilitas, dan gagasan-gagasan kreatif. Dari segi usia, WHO menggolongkan orang berusia 10-24 tahun sebagai young people sedangkan usia 10-19 tahun sebagai remaja (adolescence).

Dalam Islam, pemuda adalah asset luar biasa. Sampai – sampai Al-quran sendiri mencatat beberapa kisah tentang pemuda. Surah al-Kahfi ayat ke-18 menceritakan tentang Ashabul Kahfi. Sekelompok pemuda yang beriman kepada Allah SWT menyelamatkan diri dari kaumnya yang menyimpang. Allah menidurkan mereka di dalam gua selama 309 tahun hingga sampai tiba masa penguasa yang beriman.

Kemudian, surah al-Buruj membahas pemuda Ashabul Ukhdud. Surah ini menceritakan pemuda yang tegar dalam keimanannya pada Allah. Penguasa yang murka membinasakan kaum beriman dengan menceburkan mereka ke dalam parit berisi api yang bergejolak.

Pada masa Rasulullah SAW, mayoritas orang yang pertama-tama masuk Islam adalah pemuda. Secara sosio-kultural, fenomena ini berkaitan dengan karakter agama Islam yang revolusioner. Laiknya setiap gagasan besar, ia selalu disambut oleh kaum muda, bukan kaum muda tua yang sudah mapan dengan tradisi.

Pemudalah yang memiliki energi dan semangat untuk menyambut gagasan-gagasan baru. Lantaran itu, tidak aneh apabila kaum muda yang pertama-tama meyakini Islam dan menjadi ujung tombak gerakan dakwah di Makkah. Islam memandang pemuda bukan sebagai makhluk setengah dewasa yang labil atau gemar membuang waktu, sebaliknya Islam menaruh harapan besar kepada para pemuda untuk menjadi pelopor.

Para pemuda Muslim generasi awal berkiprah dalam spektrum luas. Rasulullah memetakan potensi tiap-tiap sahabat dengan cermat. Alquran surah at-Taubah ayat 122 menyebutkan, tidak sepatutnya mukminin terjun semua ke medan perang. Harus ada sebagian dari mereka yang tinggal untuk memperdalam ilmu pengetahuan keagamaan dan memberi peringatan pada kaumnya. Itulah yang dilakukan Rasulullah. Sahabat yang memiliki kapasitas memimpin dan bersiasat ditunjuk menjadi panglima perang sedangkan sahabat yang memiliki minat mendalami ilmu diberi tempat di masjid.

Dalam bidang kemiliteran, tercatat nama Sa'ad bin Abi Waqqash yang masuk Islam ketika berumur 17 tahun. Khalid Muhammad Khalid dalam Biografi 60 Sahabat Rasulullah menulis, Sa'ad adalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Ia ditunjuk menjadi panglima kaum Muslim di Irak dalam perang melawan Persia pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

Pemuda lainnya, Usamah bin Zaid, pada usia 18 tahun dipercaya Rasulullah untuk memimpin pasukan yang di dalamnya ada sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Pasukannya berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi.

Atab bin Usaid diangkat menjadi gubernur Makkah pada usia 18 tahun. Dua ksatria yang membunuh Abu Jahal dalam perang Badar, Mu'adz bin Amr bin Jamuh dan Mu'awwidz bin 'Afra, juga masih berusia belasan tahun.

Sehubungan dengan pentingnya eksistensi dan peran pemuda maka pemuda  - pemuda harus dekat dan cinta dengan Al Qur'an dan hadist sehingga akan menjadikan sosok pemuda yang  ideal menjadi teladan untuk semua terutama generasi muda  masa depan yang akan jadi pemimpin yang sukses. Oleh karena itu karekter yang harus dimiliki pemuda adalah :

1. Harus berkelompok dalam bingkai keyakinan dan kekuatan Akidah yang lurus.

2. Harus mempunyai keberanian untuk kebenaran dan siap bertanggung jawab serta menanggung resiko dalam mempertahankan keyakinan.

3. Harus memiliki rasa Ingin tau yang tinggi untuk mencari dan menemukan kebenaran dan tidak berhenti dari belajar dan menuntut ilmu ( QS.Al Baqoroh 260).

4. Harus selalu berusaha untuk menjaga  akhlak dan kepribadian sehingga tidak terjerumus pada perbuatan asusila. 

5. Memiliki etos kerja dan etos usaha yang tinggi serta tidak pernah menyerah pada rintangan dan hambatan.

Demikianlah Cara islam membina atau mendidik para generasi muda supaya mereka menjadi pemuda yang cerdas  berfikir tentang masa depan bangsa ini dengan menjadikan syariah Islam sebagai solusi atas setiap permasalahan yang terjadi. Wallahu a’lam bi ash showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak