Oleh. Iis Siti Maryam
Bagai pungguk merindukan bulan, itulah harapan rakyat terhadap pemimpin saat ini. Berharap hidup sejatera tetapi faktanya hanya penderitaan dan kesengsaraan yang didapatkan. Berbagai permasalahan seakan tidak ada hentinya di negeri yang subur makmur ini.
Kasus minyak goreng misalnya, beberapa waktu yang lalu rakyat dikejutkan dengan kelangkaan minyak goreng. Kalaupun barangnya ada, harganya melambung tinggi bahkan mencapai dua kali lipat dari harga sebelumnya. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah seperti operasi pasar, mematok harga, memberikan subsidi dan lain-lain, hingga akhirnya mereka menyatakan telah menangkap mafia minyak goreng. Tetapi mengapa hingga saat ini harga minyak goreng masih tinggi?
Ketua umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri mengatakan bahwa tingginya harga minyak di pasaran akibat kondisi distribusi belum seperti sediakala yang harusnya pengiriman di pasar dikirim 4-5 tangki 12 ton, sekarang hanya 2-3 tangki artinya belum sepenuhnya terpenuhi kebutuhan di pasar tradisional. (cnbcindonesia.com, 23/05/22).
Bersamaan dengan minyak goreng yang masih menjadi polemik, seperti tidak mau kalah harga-harga kebutuhan pokokpun ikut merangkak naik, lagi-lagi rakyat yang menjadi korban, pemerintah lepas tangan. Seolah-olah tidak peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan rakyat, pemerintah malah menaikkan harga gas dan BBM.
PT Pertamina (Persero) kembali menaikkan harga gas elpiji nonsubsidi per tanggal 27 Februari 2022. Sebelumnya Pertamina juga sempat mengerek harga gas jenis ini pada Desember 2021. (SINDOnews.com, 06/03/22).
Berlaku mulai tanggal 1 April 2022 mulai pukul 00:00 waktu setempat, BBM Non Subsidi Gasoline RON 92 (Pertamax) disesuaikan harganya menjadi Rp 12.500 per liter (untuk daerah dengan besaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor /PBBKB 5%), dari harga sebelumnya Rp 9.000 per liter.
(kontan.co.id, 4/4/22).
Fakta di atas hanya sekelumit permasalahan rakyat, realitasnya negeri ini penuh dengan problematika dalam berbagai bidang yang tak ada ujung pangkalnya sehingga kemiskinan merajalela di mana-mana. Tata kelola dalam sistem kapitalisme menjadikan lingkaran setan kemiskinan tidak bisa terselesaikan. Karena sistem ini telah mengagung-agungkan kebebasan kepemilikan yang menjadikan para pemilik modal bebas memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan rakyat.
Fungsi pemerintah hanya sebagai regulator antara rakyat dan pengusaha, yang tentunya akan berat sebelah, karena kebermanfaatan pengusaha jauh lebih besar daripada rakyat yang hanya akan menjadi beban. Pemerintah dan rakyatnya hanya sebatas penjual dan pembeli. Pemerintah menjual sejumlah fasilitas, rakyat membeli sejumlah kebutuhan, pelayanan yang dilakukan pemerintah terhadap rakyat adalah umpan balik supaya sama-sama diuntungkan.
Tetapi nyatanya rakyat hanya dijadikan tumbal. Begitulah sistem kapitalisme yang hanya mampu melahirkan penderitaan dan kesengsaraan yang terus menerus. Sedangkan kesenangan dan kebahagiaan hanya milik penguasa dan para pemodal. Pemerintah akan menggandeng pihak swasta dalam penyelenggaraan seluruh layanan publik melalui kementerian ekonomi dalam berbagai bidang seperti: transportasi, energi, air minum, telekomunikasi dan lain-lain.
Berbeda dengan sistem kapitalisme yang meminimalkan peran negara, sistem Islam justru menetapkan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan urusan-urusan masyarakat. Rasulullah saw. menegaskan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, "Imam (kepala negara) adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas pengurusan rakyatnya".
Oleh karena itu, jangan pernah berharap pada sistem kapitalisme yang hanya menyengsarakan rakyat. Satu-satunya sistem yang sempurna dan terbukti mampu menyelesaikan berbagai permasalahan adalah sistem Islam. Inilah sistem terbaik yang pernah memimpin selama 14 abad. Sistem Islam mampu memberikan jaminan dalam pemenuhan kebutuhan seluruh umat manusia.
Islam akan menetapkan sistem kepemilikan yang menetapkan sumber daya alam dan yang lainnya menjadi milik bersama seluruh rakyat yang pengelolaannya diwakilkan kepada negara, yang seluruh hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Sistem Islam telah terbukti mampu memberikan jaminan dalam pemenuhan semua kebutuhan seluruh umat manusia. Sehingga rakyat benar-benar merasakan kebahagiaan dan kesejahteraan.
Namun, ketika kita meyakini bahwa sistem Islam adalah satu-satunya solusi, maka solusi tersebut harus ditujukan pada semua hal, tidak sebagian-sebagian, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 208, "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu."
Oleh karena itu, kita harus berusaha dengan segenap kemampuan kita untuk mencabut sistem kapitalisme yang menindas, eksploitatif, zalim dan tidak adil ini, dengan memastikan bahwa penerapan satu-satunya sistem adalah sistem Islam, tentunya dengan menegakkan kembali Khilafah yang sesuai dengan metode kenabian.
Wallahu a'lam bi ash shawab.
Tags
Opini