Oleh Auliya Khuzaimah
Tidak asing kan sama kata 'privilege'? Kayaknya, sudah jadi kultur baru buat bilang 'panteslah, dia kan punya privilege' setiap kali membahas kesuksesan atau prestasi seseorang. Seolah-olah, tanpa sesuatu yang disebut privilege itu seseorang gak bisa sukses.
Privilege itu apa sih sebenarnya?
Menurut Cambridge Dictionary, privilege artinya kelebihan yang hanya dimiliki oleh satu orang atau sekelompok orang, biasanya karena kedudukannya atau karena jumlah kekayaannya. Selain itu, privilege adalah kesempatan untuk melakukan sesuatu yang istimewa atau menyenangkan. Singkatnya, hak istimewa. Entah itu hak istimewa orang berduit yang nggak dimiliki rakyat jelata, hak istimewa orang cakep yang nggak dimiliki orang biasa, hak istimewa penguasa yang nggak dimiliki rakyat, dan sejenisnya.
Privilege does exist. Karena emang manusia pada dasarnya lebih respect sama orang kaya dan berkedudukan, apalagi kalau ditambah good looking. Pasti langsung takluk. Tapi, privilege nggak menjamin kesuksesan seseorang, kok. Nggak selamanya orang kaya akan semakin kaya kalau dia nggak pandai dalam mengelola hartanya. Nggak selamanya pemegang jabatan akan berkuasa kalau dia nggak berusaha menjalankan kekuasaannya dengan bijak. Pun nggak selamanya orang cakep akan terus cakep kalau penampilannya nggak dijaga dan dirawat sebaik mungkin. Lagipula, kesuksesan seseorang kan di tangan Allah. Bahkan, meskipun kita sudah melakukan yang terbaik, kalau kata Allah itu bukan rezeki kita ya kita bakalan gagal.
Lahir dalam Keluarga Muslim adalah Privilege
Mayoritas generasi muda jaman now selalu mendambakan privilege sebagai orang kaya, berkuasa, dan cakep. Makanya, fokus mereka adalah memperbaiki penampilan supaya lebih menarik dan sesuai dengan standar good looking di mata trend. Lalu, melakukan apapun demi uang dan kekuasaan. Padahal, semua itu cuma produk dari narasi Barat yang menyerang pemikiran generasi muda untuk menjadikan dunia sebagai tujuan hidup.
Jadi, prioritas utama generasi muda ya hal-hal duniawi seperti harta, tahta, dan rupa. Agama ditinggalkan, bahkan dianggap sebagai gangguan dan tidak lagi relevan dengan kehidupan.
Lahir dari sebuah keluarga Muslim adalah privilege. Bahkan, kalau boleh lebih spesifik lagi lahir dari keluarga pengemban dakwah adalah privilege. Mengapa demikian?
Karena, di dunia yang semakin tua ini, agama bukan lagi sesuatu yang diutamakan. Jangankan diperjuangkan, dikenalkan kepada anak saja seperti bukan sebuah kewajiban. Padahal, wajib bagi orang tua untuk mengajarkan perkara agama pada anaknya sebab kalau bukan agama dan keimanan, apa yang akan kita bawa mati?
Lahir dari keluarga yang paham agama membuat anak mendapatkan lingkungan yang kondusif untuk mengenal Allah subhanahu wa ta'ala, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, kitabullah, dan Islam secara utuh sejak kecil. Sehingga, keimanannya akan tumbuh kuat dan akidahnya akan mengakar hingga menjadi benteng yang kuat untuk menghadapi dunia luar yang tak lagi ramah pada umat beragama, terutama pada Muslim.
Nggak banyak anak yang punya kesempatan untuk kenalan sama Allah, tahu kisah perjuangan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat, apalagi belajar baca Al-Qur'an dengan tahsin dan tartil. Bahkan, kebanyakan orang tua gak memperhatikan apakah anak sudah sh/alat, sudah baca doa dalam setiap aktivitasnya, atau apakah anak sudah waktunya diajari untuk menutup auratnya dengan sempurna. Karena Islam sudah dianggap sebagai sesuatu yang 'selalu salah' dan 'tidak lagi sesuai dengan zaman.
Akhirnya Islam dipisahkan dari kehidupan dan orang-orang tidak lagi merasa bangga dan bersyukur karena terlahir sebagai seorang Muslim dari keluarga Muslim.
Privilege Bukan Jaminan Kesuksesan
Sempat disinggung di atas kalau privilege nggak menjamin kesuksesan kita. Nggak selamanya terlahir dari keluarga yang kaya, berkuasa, dan punya rupa yang mempesona bisa membuat kita bahagia. Sebab kesuksesan, either dunia apalagi akhirat gak dijamin oleh semua itu. Misal aja, Kan'aan putra Nabi Nuh 'alaihissalaam gak selamat dari banjir besar. Padahal, dia anak seorang nabi. Istri Nabi Luth 'alaihissalaam juga ikut ketimpa azab. Status istri seorang nabi nggak menjamin keselamatan dia. Baik itu putranya Nabi Nuh atau istrinya Nabi Luth 'alaihissalaam.
Ketika mereka gak beriman dan taat sama perintah Allah ya wassalam. Sama kayak Abu Thalib paman Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang meskipun baik dan mendukung Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam semasa hidupnya, kalau gak beriman sama Allah ya nggak berhak dapat syafaat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam sekalipun beliau adalah pamannya sendiri.
Para Nabi dan Rasul juga mereka punya privilege, kan? Tapi, apakah dakwah mereka serta merta diterima kaumnya dan sukses besar? Nope. Nabi Nuh 'alaihissalaam itu dari kalangan bangsawan, tapi selama 950 tahun berdakwah yang manut cuma sedikit. Itu pun dari kalangan budak dan rakyat jelata. Nabi Nuh 'alaihissalaam malah dikira orang gila karena bangun perahu di gunung. Atau Nabi Musa 'alaihissalaam, deh. Beliau kan anak angkatnya Fir'aun. Tapi, setelah diangkat menjadi nabi dan rasul, bapak angkatnya malah menjadi musuh beliau.
Boro-boro punya privilege sebagai anak angkat Raja Mesir, Nabi Musa 'alaihissalaam bahkan sampai harus membelah laut karena dikejar sama pasukan Fir'aun. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pun lahir dari keluarga terpandang, tumbuh sebagai pribadi yang gak cuma good looking tapi beneran semua yang ada di diri beliau itu idaman banget. Uswatun hasanah. Apakah kemudian dakwah beliau mulus-mulus aja dan langsung diterima? Bahkan, musuh terbesar Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam adalah pamannya sendiri : Abu Lahab. Sampai Allah kutuk dalam firman-Nya langsung.
See? Belajar dari kisah para Nabi aja kita jadi tahu kalau yang punya privilege dan udah berikhtiar maksimal pun kalau memang belum rezekinya ya nggak akan berhasil. Bukan berarti para nabi gagal, ya. Hanya saja, gak selamanya lahir dari keluarga kaya dan terpandang serta punya rupa menawan bisa menjadi pemulus jalan juang kita. Satu-satunya yang bisa menjamin kita adalah Allah, sesembahan kita yang satu.
Privilege Umat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
Bestie, tahu kan kalau tiap manusia itu bakalan dihisab setiap amal perbuatannya? Privilege apapun, mau itu harta, tahta, atau rupa gak akan ngaruh di hadapan Allah nanti. Semuanya justru yang bakalan dihisab dan gak bisa jadi penolong, kecuali semua itu digunakan di jalan Allah. Tapi, ada satu hak istimewa yang dimiliki umatnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam syafaat.
Bahkan, dalam sebuah riwayat yang panjang dijelaskan kalau di hari akhir nanti para nabi dan rasul yang lain pun gak bisa memberikan syafaatnya untuk kita kecuali Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. He is The Choosen One. Beliaulah yang akan memohon sama Allah buat menolong umatnya supaya gak masuk neraka dan bisa kumpul di surga bersama beliau.
Tapi, bestie privilege ini cuma buat umatnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Masalahnya, kita layak nggak buat jadi umatnya? Layak nggak buat dapetin privilege itu? Kalau merasa belum, yuk mulai melayakkan diri. Belum terlambat kok buat berubah sekarang dan berusaha biar bisa jadi hamba yang baik dan layak mendapatkan syafaat.
Gimana caranya? Mulai tingkatkan keimanan dan ketakwaan dengan mengenal Allah dan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam lebih jauh, dekatkan diri pada Al-Quran dan belajar yang banyak tentang Islam. Jangan lupa, taat pada setiap perintah Allah dan jauhi seluruh larangan-Nya, terapkan Islam secara totalitas dalam setiap aspek kehidupan!
See you di jannah-Nya Allah ya, bestie!
Wallahu a'lam bishawwab