Oleh : ANI HAYATI, S.HI ( UMMU ROZAN)
Moderasi beragama tidak pernah berhenti digaungkan dalam berbagai kemasan agar menarik minat umat Islam. Kementerian Agama (Kemenag) Kota Kendari meluncurkan Sistem Layanan Informasi Moderasi Beragama (SiModerat) lingkup kantor Kemenag Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Kepala Kantor Kemenag Kota Kendari Muhammad Lalan Jaya mengatakan aplikasi tersebut dirancang oleh Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kemenag Kota Kendari saat melakukan diklat di Makassar. Kata dia rancangan tersebut merupakan salah satu tugas yang dikemas dari berbagai konten yang ada, baik itu video dan informasi lain dalam bentuk online.
Lalan Jaya menjelaskan moderasi beragama pertama dilakukan oleh Sultra di seluruh Indonesia. Karena Kanwil Kemenag Sultra telah melakukan Memorandum of Undertanding (MoU) atau perjanjian kerja sama terkait hal itu.
Ia juga mengungkapkan pentingnya menjaga moderasi beragama. Menurutnya, dalam moderasi beragama terdapat 4 indikator, yakni membangun kemitraan kebangsaan, menjaga toleransi, anti kekerasan, dan menghargai tradisi (budaya lokal). (Zonasultraid.kendari / 06/09/2022)
Apakah sebenarnya, kaidah relasi Islam dan budaya lokal itu sudah jelas?. Islam sebagai standar, sedangkan budaya lokal adalah objek yang distandarkan. Jadi, kalau suatu budaya lokal sesuai dengan Islam, kita tidak terlarang untuk mengambilnya, misalnya baju batik yang dikenakan untuk baju namun tetap terjaga auratnya. Sebaliknya, jika suatu budaya lokal tidak sesuai dengan Islam, kita tidak boleh mengamalkan, misalnya mengenakan kemben bagi perempuan Jawa. Hal tersebut diharamkan karena jelas menampakkan aurat seorang muslimah.
Nah, masalahnya, pengusung moderasi justru memosisikan budaya lokal sebagai standar; sebaliknya, ajaran Islam menjadi objek yang distandarkan, yakni Islam harus tunduk dan kalah di bawah budaya lokal, ini harus diluruskan agar tidak salah persepsi.
Demikianlah cara Islam memandang adat/budaya. Jika suatu adat/budaya tidak bertentangan dengan Islam, kita diperbolehkan untuk mengambil atau menerapkannya.
Hanya saja, harus kita pahami, ketika kita mengambil atau menerapkannya, ini bukan karena didasari budaya itu sendiri, melainkan didasari dalil syarak, yaitu Al-Qur’an, Sunah, dan/atau ijmak sahabat karena budaya bukan dalil syarak.
Moderasi beragama juga masih menjadi program yang masiif dilakukan dalam rangka menjadikan Islam agama yang sama dengan agama lainnya. Ide pluralism ini dianggap mampu mencegah ide radikalisme di masyarakat.
Begitu juga dengan era digitalisasi ini, kemenag membuka layanan moderasi beragama via digital, yang diharapkan menyasar generasi muda.
Pengarusan opini dari moderasi beragama ini menunjukkan bahwa semakin gencarnya kekuatan Islam yang harus dibendung oleh barat, dengan memoles racun pluralism agar Nampak manis diliat. Masyarakat Wajib disadarkan betapa besarnya upaya adidaya kapitalis barat untuk menahan laju Islam Kaffah. Masyarakat harus ditunjukkan racun pluralism ini sangat berbahaya bagi syariat dan pemeluknya. Sehingga menganggap semua agama sama.
Sudah seharusnya umat Islam berhati-hati terhadap jebakan yang tampaknya membela Islam, tetapi sesungguhnya makin menjauhkan umat dari pemahaman Islam yang benar.
Jebakan ini menyuntikkan racun pemikiran ke dalam berbagai pemikiran Islam sehingga Islam jadi terdistorsi. Islam menjadi tidak murni lagi, tetapi sudah terasuki pemikiran dan ide yang tidak sesuai Islam. Bahkan, ide-ide tersebut tidak sekadar disuntikkan ke dalam Islam, melainkan telah menjadi standar untuk menerima atau menolak ajaran Islam.
Islam jelas berbeda dengan keyakinan lainnya. Islam mencakup seluruh sendi kehidupan yang wajib diterapkan oleh pemeluknya. Umat muslim tidak akan mulia tanpa menerapkan syariat. Sedangkan syariat Islam mustahil diterapkan tanpa bingkai institusi Negara. Inilah yang sedang dikhawatirkan barat, munculnya benih-benih kebangkitan Islam Kaffah. Maka pengarusan opini moderasi beragama menjadi upaya yang wajib dihadang oleh kaum muslimin.
Hanya dengan bersungguh-sungguh belajar dan mengkaji Islam kafah agar akidah tidak rusak dan tetap terjaga kemurniannya dari pengaruh moderasi, umat Islam akan makin paham tentang Islam yang benar. Dengan begitu, umat tidak mudah terkecoh atau terjebak tipu daya orang-orang yang hendak menjauhkan umat dari pemikiran Islam yang lurus. Wallahualam bissawab.
Tags
Opini