Menyingkap Makin Suburnya Warung Pangku Di Gresik



Oleh: Hamnah B. Lin

Banyak warung kopi (warkop) bertebaran di Kabupaten Gresik. Hampir di setiap jalanan Kota Pudak, berjejer warkop beraneka macam. Namun, tidak semua warkop di Gresik benar-benar menjual cita rasa kopi yang nikmat. Ternyata, sejumlah warung menyediakan kopi dengan tambahan servis plus-plus dari para wanita penjaga warkop. Biasanya, para pelanggan mengenal warung itu dengan istilah warung kopi pangku ( detikjatim, 4/6/2022).

Masih dari sumber yang sama, sebelumnya, detikJatim telah mendatangi sebuah warung kopi pangku di Kecamatan Cerme dan mendapat cerita dari salah satu pengunjung. Ternyata, warung kopi pangku di Gresik tidak hanya bisa ditemui di Cerme, tapi juga di Balongpanggang, Menganti, juga di Kedamean.

"Sampeyan (anda) ke barat saja terus sekitar 1 kilo nanti samping kanan kiri sampeyan lihat, yang jaga 2 sampai 5 perempuan pakai celana pendek, yawis itu mas," kata Pak T seorang pemilik tambal ban di sekitar Pasar Cerme. Ia memberikan petunjuk di mana lagi lokasi warung kopi pangku di kawasan Cerme.

Di kawasan Cerme, warung kopi pangku yang menurut Pak T paling ramai dikunjungi itu berada tidak jauh dari permukiman warga. Ketika detikJatim tiba di lokasi, dari jauh sudah terlihat 3 sampai 4 wanita berkaus ketat, bercelana pendek sedang menemani pengunjung.

Selain di Kecamatan Cerme, sejumlah warung kopi pangku di Gresik juga banyak dijumpai di Kecamatan Balongpanggang. Tidak jauh setelah melewati Pasar Balongpanggang ke arah Mantup, bisa dijumpai sejumlah warung kopi pangku yang jaraknya masing-masing antara 200 hingga 800 meter.

Jika kita telisik lebih jauh, kami lansir  dari detikjatim, bahwa berbagai upaya sebenarnya sudah dilakukan oleh pihak kepolisian, Satpol PP dan seterusnya. Satpol PP Kota Gresik mengaku ternyata sudah sering patroli merazia keberadaan warung kopi pangku. Namun merazia warung tersebut bukan perkara mudah. Kasatpol PP Kota Gresik Suprapto mengaku kerap kucing-kucingan dengan pemilik dan pelayan warung kopi pangku. Ini karena razia banyak yang bocor.

"Selama ini kami sudah lakukan patroli secara acak, ketika menggelar razia banyak juga yang sudah diamankan. Banyak juga yang bocor sih," kata Suprapto (detikjatim, 5/6/2022).

Sepertinya ada yang menjadi pelindung dari warung kopi pangku ini, atau jangan-jangan memang dipelihara untuk dijadikan bisnis menggiurkan. Sungguh makin mengkhawatirkan, bisnis haram  kian dekat disekitar kita. Generasi peneruspun dalam ancaman bahaya kebebasan yang rusak dan merusak.

Sesungguhnya jika mau berfikir mendalam melihat akar masalah maraknya warung pangku ini adalah karena adanya kebebasan bertingkah laku yang di agungkan. Adalah sistem sekulerisme yang diemban negara ini, sebagai sistem penegak dari kebebasan bertingkah laku ini. Pemahaman bahwa kehidupan ini bebas, kehidupan ini terpisah dari aturan Sang Pencipta menjadi sumber dari semua kemaksiatan. Pudarnya rasa takut kepada Allah SWT, bahkan hilangnya rasa takwa kepada Allah SWT meniscayakan pula terjadi akibat terterapnya sistem sekulerisme ini. Tatkala himpitan ekonomi makin menghimpit, imanpun kadang tergadaikan, karena masifnya pengaruh lingkungan yang mengajak maksiat.

Akankah kemuliaan perempuan tergadaikan dengan adanya sistem sekuler yang batil ini, hingga generasipun akan turut punah jumlah maupun kwalitasnya. Padahal dahulu saat Islam diterapkan lewat rahim para muslimah yang mulia lahir generasi-generasi bertakwa, takut kepada Allah SWT dalam kondisi sembunyi maupun terang-terangan.

Lalu bagaimana jika pekerja warung kopi pangku ini terus merekrut gadis-gadis belia disekitaran mereka atau mungkin sampai lintas luar pulau. Menjangkau para remaja yang sedang galau mencari ketenaran semu, atau bahkan memang karena ingin memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, namun dijalan yaang salah.

Gaya hidup mentropolitan, permisif, hedonis mendorong setiap orang untuk berlomba-lomba bahkan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Standar kebahagiaan yang berlandaskan pada keuntungan materi telah mendorong pelaku prostitusi terjerat pada bisnis haram ini seolah lupa diri bahkan kehilangan nurani. Tak ada lagi rasa malu atau takut ketika melakukan aktivitas “kotor” ini. Tuntutan gaya hidup liberal mendorong generasi muda untuk berkompetisi demi meraih popularitas. Demi memakai barang branded kehormatan pun digadaiankan. Miris! Tentu kita tak rela semua ini terus terjadi.

Mirisnya dalam sistem demokrasi saat ini, masyarakat pun dibentuk untuk menjadi apatis dan individualis. Masyarakat tak lagi peduli dengan apa yang ada di sekitarnya. Slogan “asal tidak mengganggu dan merugikan kebebasan orang lain” seolah menjadi justifikasi untuk melegalkan kemaksiatan. 

Hal ini menunjukkan bahwa negara memiliki peran penting untuk memutus mata rantai prostitusi ini. Negara memiliki wewenang untuk menetapkan berbagai aturan preventif maupun kuratif agar kasus prostitusi ini bisa diselesaikan hingga ke akarnya. Tentu semua itu tidak bisa terjadi jika negara masih mengadopsi sistem demokrasi buatan manusia yang penuh dengan kecacatan. Namun, semua itu hanya bisa terwujud dalam bingkai sistem aturan yang lahir dari Sang Pencipta, yaitu Allah SWT, melalui penerapan syariah Islam secara kafah.

Permasalahan prostitusi seolah menjadi fenomena gunung es. Artinya, apa yang ramai diberitakan hanya menjadi sebagian kecil kasus yang terungkap, sedangkan kasus lainnya yang tidak terungkap, tidak dilaporkan, pun yang tidak diproses secara tuntas masih banyak lagi. Tentu kita semua tidak ingin menjadikan permasalahan ini menjadi lingkaran setan yang mengancam generasi penerus peradaban.

Oleh karena itu, kita harus mencari solusi tuntas yang tidak lain berasal dari ideologi Islam. Kekhilafahan Islam menjadi salah satu role model bagaimana penerapan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara telah menciptakan keamanan dan keadilan. Bukan hanya bagi warga muslim saja, tetapi juga bagi warganegara non-muslim, tanpa memandang suku, status, pun gender. Semuanya berhak mendapatkan perlindungan dari negara.

Pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis dan dengan pelayanan terbaik telah menciptakan atmosfer kehidupan masyarakat yang jauh dari kesenjangan dan ketidakadilan sehingga kehidupan masyarakat diliputi landasan ketakwaan kepada Allah SWT.

Pengaturan Islam secara kafah menunjukkan bagaimana ideologi Islam yang bersumber dari akidah Islam akan melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, yaitu memiliki aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap) Islam. Islam sendiri memandang wanita sebagai sosok yang harus dilindungi dan dimuliakan. Tidak seperti sistem kapitalisme yang menjadikan perempuan layaknya komoditas yang bisa diperjualbelikan.

Penerapan hukum syara dalam khilafah Islam memungkinkan diterapkannya sistem sanksi yang berfungsi sebagai jawazir (pencegah) dan juga jawabir (penebus) sehingga mata rantai tindakan kriminalitas, termasuk prostitusi bisa diselesaikan hingga ke akar-akarnya. Bahkan bisa menimbulkan efek jera bagi pelaku.

Kehidupan pria dan wanita yang terpisah, pengaturan interaksi laki-laki dan perempuan dalam kehidupan umum dan kehidupan khusus. Adanya larangan untuk melakukan khalwat, ikhtilat hingga tabaruj menjadi salah satu penjaga agar masyarakat tidak melakukan kemaksiatan. Oleh karena itu, hanya dengan penerapan Islam secara kafah maka iffah (kesucian) dan izzah (kehormatan) muslimah bisa terjaga.

Tinggalkan sistem kapitalisme saat ini, kemudian perjuangkan tegaknya sistem Islam dalam naungan khilafah rasyidah minhajinnubuwwah. Muslimah mulia, generasi terselamatkan.
Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak