Harga Naik, Dapur Menangis




Oleh : Ummu Beyza 

Menjadi curahan hati ibu-ibu saat semua harga mulai meningkat. Apakah  harus mengganti ayam dengan tempe, mengganti nasi dengan singkong dll. Serasa sudah berhemat mode maksimal, tapi hasilnya tetap defisit.

Betul saja, ramadhan memang telah berlalu, namun bahan pokok tak kunjung turun. Tentu saja hal ini membuat kondisi dapur disetiap rumah tidak baik-baik saja. Bukan hanya minyak goreng, harga sejumlah bahan pokok seperti gula pasir, bawang merah, bawang putih, telur serta daging ayam, daging sapi dll juga ikut mengikuti "tranding" kenaikan harga ini.

Kenaikan bahan baku ini mulai dari 10-15 persen. Wajar saja jika IRT tangga mulai kebingungan mengatur regulasi keuangan, karena gaji tak kunjung naik namun bahan pokok terus meningkat.

Konsistennya kenaikan harga bahan pokok ini menunjukan bahwa menanam sayur dengan tujuan agar tidak membeli sayur atau mengukus ikan untuk menghindari menggoreng bukanlah solusi tuntas.

Wajar saja jika saat ini ibu-ibu sudah mulai mengeluhkan tentang kenaikan harga ini dibeberapa media sosial. Seolah serempak meneriakan "Turunkan Harga Bahan Pokok!"

Darisini kita dapat melihat bahwa, tidak dapat kita pungkiri Kapitalis - Sekular telah berhasil mengantarkan perekonomian pada jurang kehancuran.

Sudah seharusnya menjadi tugas negara untuk menjaga kestabilan harga bahan-bahan pokok yang menjadi kebutuhan dasar  masyarakat. Negara harus memiliki kemandirian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat; seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan. Bukan sebaliknya menyerahkan pada swasta.

Oleh karena itu untuk menciptakan kesejahteraan umat, harus ditempuh dengan menegakkan kembali sistem yang memang berpihak pada rakyat dengan landasan Al-Quran dan As-Sunnah. 

WalLâh alam bi ash-shawâb.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak