Oleh : Eti Fairuzita
(Menulis Asyik Cilacap)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat merespons ajakan konvoi rombongan motor 'Kebangkitan Khilafah'. Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar mengungkapkan ada sejumlah selebaran yang disebar kelompok yang menamakan diri Khilafatul Muslimin itu di Jabar, seperti yang di wilayah Cimahi, Sukabumi, dan Cianjur.
Dari selebaran yang dibagikan, pihaknya mendapatkan informasi terkait kegiatan konvoi dilakukan sejak 2016 silam dan kelompok tersebut berpusat di Bandar Lampung.
"Jadi, kalau dari isi selebaran menurut saya tidak terlalu mengkhawatirkan, cuma yang harus digali itu kenapa ini kok disebarkan secara serentak di wilayah Jawa Barat. Itu yang sedang diteliti oleh kami dan pihak kepolisian," katanya, Rabu (1/6).
Di sisi lain, Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi era Presiden Gus Dur, yakni Muhammad A.S. Hikam mengatakan Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan target utama bagi kelompok berpaham radikalisme.
Selain itu, Hikam menyebut Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) juga termasuk target utama.
“Universitas yang sangat terkenal di negara Indonesia, seperti ITB, IPB, UI, UGM, ITS, dan lain-lain itu adalah target utama dari pengembangan dari ide-ide radikalisme tadi itu,” kata Hikam dalam seminar yang digelar Universitas Paramadina, Jumat (3/6).
Hikam mengungkapkan, bahwa mahasiswa merupakan target paling penting bagi gerakan kelompok radikal. Tak lain karena jumlahnya yang besar serta bisa menyuarakan aspirasinya ke ranah publik.
Baru-baru ini, sebuah video viral yang memperlihatkan konvoi pengendara sepeda motor sambil membawa poster bertuliskan "Kebangkitan Khilafah beredar di media sosial. Mereka juga membawa bendera bertuliskan bahasa arab. Ada beberapa poster yang dibawa para pesepeda motor yang konvoi itu. Salah satunya bertuliskan "Sambut Kebangkitan Khilafah Islamiyah".
Menurut Amir khilafatul muslimin Abudan menjelaskan, bahwa kegiatan konvoi motor ini sudah berlangsung sejak 2018 lalu. Ia bercerita cikal bakal konvoi motor ini digagas sebelum digelarnya acara bertajuk "Syiar Kekhilafahan Islam dunia" di Jakarta. Guna menyambut kegiatan itu, Khilafatul Islam menggelar konvoi motor sebagai rentetan pra acara.
Abudan pun menjelaskan, bahwa syiar Khilafah menggunakan konvoi motor tersebut merupakan instruksi dari tingkat struktur Daulah. Ia menegaskan kegiatan ini semata-mata untuk mensyiarkan Khilafah untuk tujuan ibadah.
Meskipun demikian kini aksi konvoi tersebut langsung dapat perhatian dari pihak berwajib, Tim densus 88 Antiteror Polri dikerahkan untuk menyelidiki konvoi beratribut Khilafah yang melintas di beberapa daerah itu. Seperti biasa, aksi ini pun langsung dikaitkan dengan tindakan terorisme, radikalisme, pemecah belah NKRI, dan sebagainya. Bahkan Khilafatul muslimin dijadikan penguasa untuk membuat aturan yang lebih keras terhadap ajaran Islam Khilafah atas nama perang melawan radikalisme.
Disaat yang sama, penguasa justru membiarkan promosi masif ajaran sekuler seperti LGBT, liberalisme, pluralisme, dan sejenisnya.
Pengibaran bendera LGBT di kedubes Inggris maupun podcast salah satu publik figur yang mengundang aktivis LGBT tak mendapat tindakan berarti. Padahal aksi LGBT secara nyata dan jelas sangat membahayakan masyarakat namun atas nama kebebasan yang diagungkan sistem demokrasi, semua tindakan mereka pun menjadi legal. Begitupun praktik korupsi jadi penyakit laten kepemimpinan demokrasi.
Kasus ini tak lebih penting dibandingkan isu radikalisme yang terus diopinikan sangat berbahaya bagi bangsa.
Padahal kasus korupsi sangat jelas merugikan rakyat dan negara. Para pelakunya begitu licin dan kebal hukum. UU maupun lembaga yang menangani korupsi direvisi berulang kali, sekalipun para pelaku ada yang tertangkap, namun mereka sering mendapat amnesti, abolisi, atau grasi dari penguasa. Ini hanya dua kasus besar di negeri ini, masih banyak kasus lain yang lebih penting dan genting untuk diselesaikan jika dibandingkan dengan isu radikalisme yang ambigu alias tidak jelas.
Konvoi ini juga bisa menjadi momentum pihak tertentu untuk menghalangi pemuda muslim mengenal utuh ajaran agamanya sendiri karena monsterisasi terhadap Khilafah dilakukan seiring penderasan arus kapitalisasi potensi pemuda. Pemuda yang mempunyai kriteria sesuai kepentingan industri, meskipun dia begitu sekuler, akan dinilai sebagai pemuda yang produktif. Sebaliknya, jika ada pemuda yang dekat dengan agamanya, sekalipun mereka berprestasi stigma radikal bisa dia dapatkan.
Dari sini nampak jelas, isu radikalisme tak ubahnya hanya narasi kosong yang diciptakan oleh sistem sekulerisme kapitalisme untuk mengaborsi semangat kaum muslimin mempelajari Islam kaffah. Perlu diketahui, Khilafah adalah ajaran Islam. Khilafah bukan ideologi sebagaimana tuduhan para pembenci Islam politik. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dilahirkan dari ideologi Islam.
Al-Allamah asy-Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani rahimahullah, menyatakan dalam kitabnya "Al-Khilafah", hlm. 1 : "Khilafah adalah kepemimpinan umum untuk seluruh kaum muslim di dunia untuk menegakkan hukum-hukum syariah Islam dan mengemban dakwah Islamiyah ke seluruh penjuru dunia,"
"Khilafah substansinya sama dengan Imamah. Dengan demikian Imamah dan Khilafah memiliki makna yang sama,"
Khilafah tidak bisa diterapkan dalam sebuah kelompok atau komunitas tertentu, Khilafah hanya bisa diterapkan oleh institusi negara yang memenuhi syarat di atas. Khilafah merupakan bisyarah, kabar gembira dari Rasulullah Saw, "Kemudian akan tegak kembali Khilafah di atas Manhaj kenabian. kemudian beliau diam," (HR. Ahmad).
Kabar gembira ini insya Allah akan terwujud jika kaum muslimin bersatu dan berjuang bersama dengan barisan dakwah kelompok Islam Ideologis. Sebuah kelompok Islam yang mengikuti metode dakwah Rasul Saw agar syariat Islam bisa diterapkan secara sempurna. Kelompok tersebut menjadikan akidah Islam sebagai dasar pergerakannya. Mereka memiliki fikrah dan thariqah Islam yang jelas, murni, dan bersih.
Dimana tahap awal dakwah, mereka akan membina umat Islam agar memiliki aqidah kokoh seperti kristal dan bersaksiyah Islam. Tahap kedua, mereka melakukan interaksi langsung dengan umat. Berdakwah pada umat secara fikriyah (pemikiran) dan tanpa kekerasan, mereka tak takut membongkar busuknya ide sekuler kapitalis dan makar-makar jahat penguasa. Bahkan tanpa lelah memahamkan umat agar kembali kepada Islam. Sampai pada akhirnya, aktifitas thalabul nusrah pada pemilik kekuasaan terjadi, maka di sinilah tahap kedua bisa beralih pada tahap ketiga.
Yaitu penerapan Islam kaffah dalam sebuah institusi negara. Metode ini sangat mudah dipahami, ketika kaum muslimin mepelajari dengan baik bagaimana dakwah Rasul Saw di Makkah kemudian mengutus Musab bin Umair ke Madinah hingga Saad bin Muadz, sang ahlu nusrah memberikan kekuasaannya kepada Rasulullah Saw tanpa syarat. Dakwah seperti inilah yang harus dilakukan kaum muslimin jika memang benar kaum muslimin merindukan Khilafah ala Minhajinnubuwwah.
Wallahu alam bish-sawab
Tags
Opini