Oleh: Tri S, S.Si
Ulama bagaikan seorang narapidana yang setiap gerak-gerik nya harus selalu diawasi. Begitu juga para dosen dan guru di sekolah dan universitas, tugas mulia mereka seolah justru dianggap sebagai sarang bermulanya sebuah ide-ide sesat. Sehingga mereka merasa perlu adanya pidana yang tegas untuk pihak berwajib bisa mengamankan para penyebar ajaran Islam yang radikal. Terlebih dikarenakan baru-baru ini ada sebuah agenda yang dilakukan secara serentak dalam rangka memahamkan umat agar tidak alergi dengan ajarannya sendiri.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat merespons ajakan konvoi rombongan motor 'Kebangkitan Khilafah'. Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar mengungkapkan ada sejumlah selebaran yang disebar kelompok yang menamakan diri Khilafatul Muslimin itu di Jabar, seperti yang di wilayah Cimahi, Sukabumi, dan Cianjur. Dari selebaran yang dibagikan, pihaknya mendapatkan informasi terkait kegiatan konvoi dilakukan sejak 2016 silam dan kelompok tersebut berpusat di Bandar Lampung.
"Jadi, kalau dari isi selebaran menurut saya tidak terlalu mengkhawatirkan, cuma yang harus digali itu kenapa ini kok disebarkan secara serentak di wilayah Jawa Barat. Itu yang sedang diteliti oleh kami dan pihak kepolisian," katanya (CNN Indonesia, 1/6/2022).
Penanggulangan penyebaran paham radikal atau radikalisme dan terorisme di kampus dinilai memerlukan regulasi yang mampu menindak tegas. Hal tersebut diungkapkan oleh akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Penanggulangan penyebaran paham radikal atau radikalisme dan terorisme di kampus dinilai memerlukan regulasi yang mampu menindak tegas. Hal tersebut diungkapkan oleh akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Weda Kupita (Merdeka.com, 1 Juni 2022).
Negara yang katanya menjunjung tinggi kebebasan akan tetapi justru hal tersebut tidak berlaku bila untuk urusan akidah umat Islam. Mempelajari dan mendakwahkan ajaran Islam yang menyeluruh justru dianggap radikal dan intoleran. Para pengemban dakwah sering dibenturkan dengan argumentasi bertentangan dengan pancasila.
Padahal pancasila itu sendiri menggambarkan bagaimana ajaran Islam. Bahkan butir pertama pancasila itu jelas mengatakan bahwa Tuhan itu Esa artinya Tuhan yang satu, yaitu Allah, Tuhan yang menyempurnakan seluruh agama dengan Islam.
Khilafah bukanlah sebuah ancaman. Mengibarkan bendera tauhid yang berlafadzkan kalimat tauhid dan mengajak untuk kembali menegakkan khilafah merupakan bagian dari ajaran Islam yang tak terpisahkan. Khilafah sendiri adalah suatu aturan dimana syariat Islam akan ditegakkan di dalamnya. Begitu juga al-liwa dan ar-rayah adalah panji dan bendera warisan Rasulullah Muhammad saw, milik umat Islam di seluruh dunia. Lantas mengapa selalu dilambangkan dengan simbol teroris. Padahal teroris itu sendiri memusuhi Islam.
Banyak dalil-dalil sunnah dan atsar yang menjelaskan tentang Al-Liwa dan Ar-Rayah, diantaranya dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu :
“Bendera (Liwa) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwarna putih, dan panjinya (Rayah) berwarna hitam.” (HR. Al-Hakim, Al-Baghawi, At-Tirmidzi)
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhu:
“Panjinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwarna hitam, dan benderanya (Liwa) berwarna putih, tertulis di dalamnya: “Laa Ilaaha Illallaah Muhammad Rasulullah”.” (HR. Ath-Thabrani)
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu :
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam liwa’-nya pada hari penaklukkan Kota Mekkah berwarna putih.” (HR. Ibn Majah, Al-Hakim, Ibn Hibban)
Apa sebenarnya yang berbahaya dari khilafah, bukankan baginda Rasulullah dan dilanjutkan oleh para sahabat dahulu sudah pernah mencontohkannya. Khilafah menyatukan umat muslim di seluruh dunia, namun bukan berarti akhirnya memusnahkan non muslim sehingga sering dikatakan intoleran. Sebaliknya Khilafah memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat baik muslim maupun non muslim, karena Islam rahmatan lilalamin. Sehingga pada saat sistem Islam ditegakkan yakni Khilafah, banyak saudara kita non muslim yang justru berbondong-bondong memeluk Islam dengan sendiri karna mereka merasakan langsung bagaimana indah dan adilnya ketika Islam diterapkan.
Jika banyak non muslim yang kagum terhadap khilafah, lalu mengapa justru banyak kaum muslimin sendiri yang anti dengannya. Jika memang ada yang takut dengan khilafah sudah pasti mereka adalah para musuh Islam yang tidak ingin umat muslim bersatu dan miliki institusi yang akan menerapkan Islam secara menyeluruh. Sebab para musuh Islam sadar betul, bahwa ketika umat muslim bersatu tidak ada kekuatan lain yang bisa menandinginya.
Selain itu para pelaku maksiatlah yang enggan jika khilafah ditegakkan, sebab saat janji Rasulullah itu terwujud tidak ada cela untuk para penjahat, para pemaksiat yang bisa bebas berkeliaran melakukan segala tindakan yang merugikan umat dan menebar dosa.
Perintah menerapkan Islam bukanlah berasal dari kelompok tertentu, melainkan Allah sudah memerintahkannya dalam al-quran surah Al-Baqarah 208:
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu".
Indonesia dengan ideologi kapitalis dan berakidah sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan, sehingga urusan agama dianggap sebagai urusan individu yang tidak perlu dibahas di tatanan pemerintahan. Maka menjadi suatu kewajaran jika kini banyak yang menganggap ajaran Islam itu sebagai paham Radikal yang menakutkan. Sedangkan prilaku menyimpang para kaum pecinta dubur seolah lebih mulia dibanding para pengemban ide khilafah. Hal ini bukanlah omongan belaka. Terbukti dengan semakin bebasnya para pelaku l68t untuk mengkampanyekan ide mereka diberbagai tempat. Bahkan mereka diberi ruang untuk tampil di publik dan menceritakan kehidupan menyimpang mereka seolah sebuah panutan yang layak dipertontonkan oleh orang banyak. Na'udzubillah.
Rasulullah pernah berkata tentang tahapan zaman di bumi: “Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.
Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam,” (H.R Ahmad).
Babak keempat era akhir zaman yang sudah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW. Yaitu kehidupan di bawah kepemimpinan Mulkan Jabariyyan alias para penguasa yang memaksakan kehendak atau para diktator. Disaat itu orang-orang salih dianggap penjahat dan para penipu sangat dimuliakan. Wallahu a'lam bishawab