Oleh : Nia amalia Sp.
Munculnya hepatitis misterius menjadi PR kedua setelah kasus covid 19. Tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta meninggal dunia dalam waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022. Pasien mengalami gejala mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengimbau untuk mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan. Sayangnya penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan terhadap virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari hepatitis misterius tersebut.
Oleh WHO hepatitis misterius ini dinyatakan sebagai disease outbreak news (DONs) alias kejadian luar biasa (KLB) per 15 April 2022 dan menyebar ke sedikitnya 20 negara. Penanganan hepatitis misterius ini harus ditangani dengan cepat, sebagaimana penanganan terhadap wabah covid kemarin. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama menanganinya. Pencegahan penyakit hepatitis akut ini bisa dilakukan oleh individu masyarakat, dengan langkah sebagai berikut :
1. Meningkatkan keimanan pada Alloh SWT, sehingga terwujudlah sikap tawakal dan tenang dalam mengahadapi berbagai masalah.
2. Menjaga kebersihan pada diri, mandi minimal 2 kali sehari. Juga tidak lupa menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah.
3. Memasak makanan agar dipastikan matang.
4. Menjaga protokol kesehatan.
Negara juga memiliki peran penting dalam penanganan ini. Menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai, terutama obat-obatan. Sebelum penyakit ini menyebar luas, pastikan yang sudah terjangkiti penyakit tidak menularkan pada yang sehat.
Edukasi untuk masyarakat juga penting dilakukan oleh negara, terutama mengenali gejala awal. Jangan sampai masyarakat menyepelekannya. Rasulullah SAW ketika melihat ada wabah menyerang negeri Islam, maka beliau sebagai kepala negara melakukan berbagai tindakan preventif terlebih dahulu.
Salah satu tindakan preventif yang dilakukan rasul adalah beliau melarang umatnya untuk memasuki daerah yang terkena wabah.
Rasulullah bersabda, "Jika kalian mendengar tentang wabah-wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu," (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
Karantina terhadap yang sakit ini menjadi sangat efektif untuk mencegah penyebaran penyakit. Selain, pada waktu itu rasul juga menyediakan obat-obatan dan thabib (baca : dokter) untuk yang sakit. Wabah ketika itu tidak berlangsung lama, rakyat pun mensikapinya dengan keikhlasan yang tinggi dan tawakal pada Alloh SWT. Wallahua'lam bisshowab.