Oleh : Nia Amalia, Sp
Istilah Mudik sebagai migrasi manusia besar-besaran, biasa dilakukan menjelang perayaan Idulfitri. Istilah mudik berasal dari bahasa Jawa, yaitu kata ‘mulih dilik’ (‘pulang sebentar’). Indonesia yang pusat pemerintahan tersentralisasi, menyebabkan perantau banyak mengadu nasib di ibukota untuk mendapatkan pekerjaan.
Namun, fenomena migrasi manusia besar-besaran ini, tidak diimbangi dengan sarana transportasi yang memadai.
Misalnya, pemerintah mengambil kebijakan "one way" untuk pengguna tol.
Kebijakan lalu lintas satu arah atau one way di Jalan Tol Trans Jawa oleh Ketua Umum Ipomi, Kurnia Lesani dianggap mengganggu operasional bus. Pasalnya kebijakan one way itu membuat bus telat datang ke terminal seusai mengantarkan para pemudik. Sebab bus harus mencari jalan lain untuk menghindari kebijakan one way di sepanjang Jalan Tol Trans Jawa.
Imbas pemberlakuan One Way dari Gerbang Tol Cikampek Utama (Cikatama) mengarah ke Gerbang Tol Halim, kemacetan lalu lintas terjadi di ruas Jalan Kalimalang, Kota Bekasi pada Sabtu (7/5/2022) sore. Antrean panjang kendaraan bermotor terjadi di sepanjang jalan menuju arah Kalimalang (suara jakarta.id).
Mahalnya tiket, juga menjadi fenomena mudik tersendiri. Memang PT KAI memastikan tidak ada kenaikan dalam penjualan tiket di masa mudik. Namun karena keterbatasan kursi, menyebabkan hanya yang memiliki daya beli dan pemesan paling awal saja yang mampu membeli.
PT Pertamina Patra Niaga Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mencatat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) pada arus balik Lebaran 2022 mengalami peningkatan hingga 29 persen dibandingkan dengan periode normal.
Dari pantauan detikcom di beberapa SPBU yang ada di Jakarta Selatan, Selasa (10/5/2022), Shell Super dengan oktan 92 saat ini dibanderol Rp 16.630/liter, naik Rp 780 dari 22 April 2022 lalu yang harganya Rp 15.850/liter.
Kenaikan BBM pasca mudik ini menjadi beban tersendiri bagi pemudik. Pasalnya, mudik sendiri sudah menjadi pengeluaran besar bagi rakyat, pasca mudik masih harus menerima kenyataan kenaikan harga BBM.
*Mengurai Masalah*
Untuk mengantisipasi mudik lebaran, negara perlu melakukan banyak pembenahan. Pembenahan tentu saja tidak bisa parsial, misal hanya menetapkan batas atas tarif atau memberi sanksi bagi pelanggarnya. Tapi perlu pebaikan dari hulu ke hilir.
Negara dalam Islam diwajibkan menyediakan sarana kebutuhan public secara berkualitas dan murah dengan menyiapkan secara optimal seluruh infrastruktur, moda transportasi yang layak dan memadai dan bahan bakar yang murah hingga gratis.
Swastanisasi transportasi umum merupakan kesalahan terbesar pemerintah. Transportasi umum akan menjadi keuntungan sendiri bagi pihak swasta, hanya "profit Oriented" fokusnya.
Jika transportasi dikendalikan oleh negara, maka seluruh rakyat bisa menikmati sarana transportasi berkualitas, memadai, murah bahkan gratis untuk mudik.
Peran swasta akan dikembalikan pada posisi alaminya, bukan sebagai pengendali pemenuhan kebutuhan rakyat secara umum, tapi swasta hadir untuk menengah ke atas dengan biaya khusus. Perbaikan dari hulu ke hilir dalam masalah transportasi, akan sangat membantu terselesaikannya permasalahan mudik. Sistem Islam dengan solusi yang khas dan unik, akan mengurai permasalahan transportasi, stabilitas ekonomi dan seluruh permasalahan negara saat ini. Wallahua'lam bisshowab.