Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
Dan ternyata gorden di rumah dinas jabatan anggota DPR RI juga butuh diganti. Penggantian ini menjadi sorotan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), lantaran perusahaan yang menang lelang tender penggantian gorden justru yang menyodorkan harga lebih tinggi dibandingkan dua perusahaan lainnya.
"Terus terang saja agak aneh jika pengumuman pemenang yang dijadikan pemenang adalah penawar tertinggi. Karena yang tidak memenuhi persyaratan itu sudah gugur di fase-fase sebelumnya, misalnya barangnya jelek, tidak dapat dukungan, atau tidak sesuai spesifikasi, itu nggak sampai dibuka penawaran," kata Koordinator MAKI Boyamin Saiman ( detik.cok, 18/5/2022).
Dan faktanya, Lelang tender penggantian gorden di rumah dinas jabatan anggota DPR RI telah tuntas dengan dimenangi peserta lelang yang menawarkan harga Rp 43,5 miliar. Perusahaan itu adalah PT Bertiga Mitra Solusi yang beralamat di Tangerang, Banten. Lelang itu diikuti oleh 49 peserta. Namun, hanya harga penawaran dari tiga peserta lelang yang bisa terlihat, termasuk PT Bertiga Mitra Solusi.
Meski tinggal di rumah dinas (rumdin), Anggota Komisi III DPR, Habiburokhman menegaskan tidak pernah setuju dengan pengadaan gorden DPR, yang kini telah selesai lelang dengan harga Rp 43,5 miliar. Dia bahkan menyebut rumah dinas jabatan DPR tidak perlu gorden baru sama sekali. "Sebagai penghuni RJA (rumah jabatan anggota), saya tegaskan nggak perlu gorden baru semahal itu atau malah nggak perlu gorden baru sama sekali." (detik.com,7/5/2022).
Fahri Hamzah, Wakil Ketua DPR periode 2014-2019 ini mengatakan, pimpinan DPR harus memisahkan pengelolaan infrastruktur lembaga dan fungsi politiknya. Harusnya Senayan itu dikelola dalam satu kesatuan kelembagaan. Ada dua infrastrukturnya, fisik dan nonfisik. Yang nonfisik itu fungsi keahlian," ucapnya. Ia pun meminta Puan harus bertanggungjawab.
Memang ada-ada saja pejabat parlemen ini, sebelumnya heboh pengadaan jas, pin keanggotaan, mobil dinas dan kini penggantian gorden. Memang ada hak mereka untuk memperbaiki kualitas hidup mereka, tapi tentu harus dipilah dan dipilih. Bukankah mereka adalah perwakilan rakyat, representatif rakyat, tentunya harus menunjukkan teladan kepada rakyat, terutama empati, mereka ada untuk kepentingan rakyat.
Di tengah kesulitan rakyat, memang mengherankan, mengapa justru perusahaan pemenang tender justru yang menyodorkan harga lebih tinggi dibandingkan dua perusahaan lainnya. Padahal biaya pembelian bahan, berikut pemasangan adalah uang rakyat. Dari pajak, dari keringat dan darah rakyat. Setiap tahun obyek pajak selalu diperluas, jika rakyat menunggak masih terkena sanksi atau pinalti.
Selain urgensitas pembelian gorden dipertanyakan, besaran proyek benar-benar tidak menimbang keprihatinan kondisi ekonomi masyarakat. Banyak pihak yang menentang, proyek ini tetap berlanjut dan kini aroma ‘korupsi’ juga mengemuka. Karena justru pemenang tender adalah penyodor tawaran harga tertinggi, berkebalikan dengan normalnya pengadaan barang dengan system tender yang mencari kualitas tertinggi dengan harga paling ekonomis
Kemudian beredar di media televisi beberapa wartawan "mengejar" siapa saja yang terlihat mendekati gedung perkantoran pemenang tender, PT Bertiga Mitra Solusi, yang berada di Green Lake City, Rukan Grat Wall Blok Nomor 11 Cipondoh, Kota Tangerang, Banten. Dan terlihat sepi tak ada tanda-tanda sibuknya perkantoran.
Peneliti Formappi, Lucius Karus, mengatakan PT Bertiga Mitra Solusi lebih banyak bekerja di bidang IT. Lucius mengatakan PT Bertiga Mitra Solusi baru bekerja sebagai penyedia interior. Berdasarkan pengecekan informasi domain melalui who.is dan domainbigdata.com, situs PT Bertiga Mitra Solusi baru dibuat pada 25 Maret 2022 (detik.com, 9/5/2022). Sungguh keberuntungan yang luar biasa. Namun tak terlalu mengherankan, sebab terlalu banyak perusahaan baru muncul yang kemudian mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Proyek baru, akte pendirian mudah bak menjentikkan ibu jari dan telunjuk, namun sudah menangani proyek besar. Publik tentu belum lupa proyek PCR, hand sanitizer, atau blok Wabu, Intan Jaya, Papua yang ternyata dikelola para pejabat negeri ini, yang nota bene masih aktif di kursi kekuasaan.
Inilah buah sistem politik demokrasi. Harta rakyat bisa menjadi ajang bancakan banyak pihak demi keuntungan segelintir elit dan penyokongnya. Selalu mengeluh APBN defisit, karena terlalu banyak membiayai rakyat selama pandemi. Namun, jika pejabat bermain di atas uang rakyat, menghambur-hamburkan untuk kepentingan yang tidak terlalu urgen, semua instansi dan pejabat bicara senada. Seolah harus, bagian dari cinta tanah air, bangsa dan negara.
Demokrasi sejatinya hanyalah melahirkan pemimpin yang culas dan berhati batu. Kekuasaan yang ada padanya bukan untuk mensejahterakan rakyat, melainkan untuk memenuhi kepentingan pribadi, kelompok, golongan atau partai dimana ia bernaung . Cita-cita luhur yang diembuskan selama kampanye, bak asap tersapu angin hilang begitu mereka sukses duduk di kursi kekuasaan.
Islam menentukan profil seorang pemimpin sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Para Khulafaur Rasyidin sesudah Rasulullah Saw wafat pun secara tertib tetap menerapkan apa yang dicontohkan Rasulullah. Mereka bekerja siang dan malam hanya untuk kesejahteraan rakyat . Bahkan Umar bin Khattab rela kulitnya menghitam karena hanya makan roti kering dengan minyak Samin saat rakyatnya tertimpa bencana kelaparan. Ia mengharamkan dirinya sendiri untuk kenyang selama rakyatnya masih kelaparan.
Bahkan Khalifah Umar bin Khattab pernah menangis saat ia mendapat laporan ada seekor keledai yang terperosok di wilayah Baghdad, karena jalan yang berlobang. Ini membuat keledai itu mengalami luka parah. Sang Khalifah merasa sangat bersalah. Si ajudan khalifah pun kaget dan heran, “Mengapa Amirul Mukminin menangis, toh ini hanya seekor keledai?” Mendapat pertanyaan ini, Umar tampak memerah wajahnya karena marah. “Bagaimana aku nanti harus mempertanggungjawabkan di depan Allah terkait nasib keledai ini?”
Adakah hari ini pemimpin yang demikian? Pemimpin hari ini hanya memperkaya diri sendiri, lisannya lembut kepada lawan dan kasar kepada rakyat. Tanpa hati, memikirkan solusi negeri sehingga rakyatlah yang terus menerus menerima akibat kelalaian mereka. Dengan hidup sengsara, segala biaya hidup mahal, sehingga taraf hidup pun merosot, jangankan untuk ibadah lebih baik, bertahan hidup saja sudah luar biasa.
Demokrasi hanya melahirkan pemimpin yang manis diawal, safari politik mulai digencarkan, perhitungan biaya pemilu sudah dimulai, padahal pemilu masih dua tahun lagi, rakyat sekarat setiap hari. Ingin kehidupan yang lebih baik? Tentulah jawabannya adalah kembali kepada syari'at Islam dan campakkan demokrasi. Demokrasi berasas sekuler yang tak paham halal haram, sedang Islam berasal dari Allah SWT Sang Khalik dan Muddabir ( pengatur). Wallahu a'lam bish shawab.
Tags
Opini