Oleh: Yaurinda
Akhirnya mudik 2022 di izinkan tanpa ada penyekatan dengan syarat vaksin booster dan tetap mematuhi protokol kesehatan. Mobilitas masyarakat kembali di tengah masyarakat yang rindu keluarga. Namun kesenangan itu tak bertahan lama karena ada penyakit baru yang harus di waspadai oleh masyarakat Indonesia. Hepatitis misterius yang menyerang balita dan anak-anak, ditemukan beberapa kasus di Indonesia.
Pemerintah mengimbau warga Indonesia waspada terhadap penyakit hepatitis misterius yang menyerang anak-anak. Imbauan pemerintah ini diumumkan setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, meninggal dunia dalam waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022. Ketiga pasien merupakan rujukan dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Adapun gejala yang ditemukan pada pasien-pasien ini adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran. (CNBCIndonesia, 8/5/2022)
Hepatitis misterius ini sekarang sudah berstatus KLB (Kejadian Luar Biasa) yang diumumkan langsung oleh WHO. Jumlah laporan kasus hepatitis terus bertambah, kabarnya ada lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara. Pemeriksaan labolatorium di luar negeri telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan sebagai penyebab dari penyakit tersebut.
Ini menunjukkan lemahnya sistem kapitalisme melindungi kesehatan masyarakat. Alasan ekonomi selalu menjadi pertimbangan setiap kabijakan yang diambil sistem kapitalis ini. Kabar berita sejenis sudah cukup membuat masyarakat panik dan khawatir tentang kesehatan anak-anak yang tidak ada jaminan dari negara. Ada juga yang berasumsi bahwa gejala ini mirip covid 19. Apalagi aktivitas sosial khususnya sekolah tatap sudah mulai diterapkan.
Hal ini berdampak pada tindakan sebagian masyarakat. Contoh masyarakat yang antivaksin bisa memanfaatkan masalah ini untuk kepentingan pribadi atau kelompok yang dapat mempengaruhi program kesehatan. Ada juga yang panik berlebihan namun tidak memiliki kemampuan untuk pergi ke dokter, akhirnya mengkonsumsi obat-obatan diluar dari resep dokter. Semua terjadi karena informasi yang didapat tidak merata, tidak utuh dan dicampur dengan info-info tidak benar.
Untuk itu seharusnya negara mampu mengontrol dan menjaga informasi yang beredar di masyarakat. Negara memiliki tanggungjawab untuk mengambil peran, agar tidak menjadi kontra produktif. Bukan informasi yang berlebihan, namun informasi yang membawa rasa aman dan pengetahuan agar masyarakat bisa cerdas dalam mengambil sikap. Dan tidak saling menyalahkan, namun mencari solusi dari dari setiap masalah.
Ketika virus masuk dalam suatu negeri dan mengancam jiwa masyarakatnya, tentu ini adalah masalah yang serius. Seharusnya Negara berupaya menghentikan penyebaran virus secara cepat dan tepat. Jangan sampai virus ini menyebar semakin luas layaknya covid 19. Mungkin dengan menerapakn lock down, memisahkan yang sakit dengan yang sehat, tak lupa memberikan layanan kesehatan gratis, fasilitas yang lengkap dan dapat dijangkau oleh masyarakat sampai ke pelosok negeri.
Selain itu juga melakukan promosi dan edukasi kesehatan agar masyarakat dapat mengetahui dan menjalankan perilaku hidup sehat. Pemimpinnya pun harus mengajak masyatakatnya untuk bermuhasabah diri meninggalkan kemaksiatan dan bertaubat agar Allah memberikan pengampunan dan pertolongannya. Menguatkan keimanan kepada masyarakat yang terdampak kasus bahwa semua penyakit datangnya dari Allah, ridho akan ketetapan Allah, dan sabar menjalani masa sakitnya.
Namun hal seperti itu hanya akan terwujud dalam sistem Islam. Karena kekuasaan dalam Islam adalah amanah yang harus di jaga dan pemerintah adalah pelayan masyarakat. Negara bertanggung jawab penuh terhadap kemakmuran rakyatnya. Jika ada satu saja yang menderita pemimpin tahu jelas bahwa dia berdosa, sehingga dia sebisa mungkin melaksanakan tugas tanpa mengharap atau bahkan memikirkan harta. Lantas masihkah kita mau mempeetahankan kapitalisme?