Politisi di Negri Al-Muthrafun




Oleh : Ummu Ahnaf

Momen Hari Raya Idulfitri 1443 H menjadi ajang bagi para politikus untuk bersilaturahmi Lebaran. Kegiatan bernuansa politik berbalut silaturahmi mulai dari hari H hingga masa libur Lebaran dimanfaatkan untuk saling berkunjung. Meski ada kegiatan yang dinilai tidak bernuansa politik, tetap ada saja pihak-pihak yang menggunakan simbol-simbol yang mengarah kepada persiapan menuju Pemilu 2024. Dalam pantauan Tirto, sejak 10 hari terakhir Ramadan hingga Kamis (5/5/2022) malam, setidaknya ada dua tokoh yang rajin tampil di muka publik. Keduanya termasuk kandidat kuat calon presiden 2024 di beberapa hasil survei publik, yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Tirto.id. Senin, (9/05 2022).

Momen lebaran tahun 2022, atau Idul Fitri 1443 hijriah, menjadi momentum bagi semua muslim, terutama di Indonesia. Mudik besar-besaran dilakukan, setelah kasus covid-19 jauh berkurang. Rupanya momen lebaran kali ini ada hal yang menggelitik "YA"  para politikus tak mau menyia-nyiakan momen lebaran yang di beri judul "Silaturahmi" 

Mendekati "" Pilpres 2024" rupanya para politikus tidak mau menyia-nyiakan kesempatan lebaran tahun ini. Kegiatan demi kegiatan yang bernuansa politik dan berbalut silaturahmi di lakukan oleh para kandidat. Demi untuk menaikkan elektabilitas atau popularitas seperti aksi mudik bareng, silaturahmi ke beberapa tokoh, dan lain sebagainya.Dan sudah dapat trbaca kegiatan yang berkaitan dengan urusan  publik yang mengarah pada upaya menaikkan elektabilitas akan terus dilakukan hingga mendekati masa penentuan kandidat. Partai akan terus berupaya konsolidasi, melakukan pengkaderan hingga sosialisasi baliho demi meningkatkan keterpilihan. Bayangkan berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk kepentingan aksi "kampanye" politik ini.

Setelah biaya di keluarkan demi untuk suksesnya kampanye Yang di pungut dari uang rakyat-rakyat juga. Ternyata sejauh ini sistem demokrasi belum mampu memberikan seorang pemimpin yang amanah. Yang ada justru para  pemimpin yang rakus akan kekayaan negri ini dan pemerintah yang di kelola oleh para koruptor

Kasus korupsi yang menyengsarakan rakyat Indonesia semakin subur dan merajalela. Tercatat hanya dalam 2 tahun KPK era Firli Bahuri memimpin, sebanyak 17 tangkap tangan berhasil dilakukan. Republik Merdeka.Com. Kamis, (27/012022).


Ketika suatu negara banyak dipengaruhi, didominasi, didikte, dan dihuni para bandit korup di seluruh struktur pemerintahannya, negeri itu tak ubahnya sebagai negara perbanditan (state banditry).
Mereka menebar kerusakan, kekerasan, dan kekacauan demi pemenuhan keserakahan diri dan kroninya melalui banyak jalur kekuasaan secara terstruktur, sistemik, dan masif.

Persis sebagaimana pemerintahan Firaun Ramses II yang superperkasa, yang berkonspirasi dengan Qarun, sang pengusaha hitam, dan Hammam, sang birokrat korup. Dalam bahasa Al quran, para bandit dan perusak kehidupan disebut al-muthrafun.
Mereka sangat rakus dan dzalim melampaui batas sebagaimana firman Allah dalam surah al-Isra ayat : 16. 

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).

Al-muthrafun memiliki sifat bandit yang membuat segala kegaduhan dan merusak sendi-sendi kehidupan.

Banyak kisah negeri-negeri terdahulu yang hancur karena kekuasaan al-muthrafun dan para bandit. Alquran mengisahkan negeri Saba, kaum `Ad, Tsa mud, Madyan, umat Nabi Nuh, dan Firaun yang hancur binasa karena penduduk dan elitenya melampaui batas. Tingkahnya membuat kerusakan di muka bumi.Mereka diazab dan dibinasakan Tuhan sebagaimana firman-Nya dalam surah Qaf ayat : 36.

كَمْ اَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّنْ قَرْنٍ هُمْ اَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوْا فِى الْبِلَادِۗ هَلْ مِنْ مَّحِيْصٍ

Dan betapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, (padahal) mereka lebih hebat kekuatannya daripada mereka (umat yang belakangan) ini. Mereka pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah tempat pelarian (dari kebinasaan bagi mereka).

Dalam khazanah kenabian, kehancuran suatu bangsa juga bisa berkaitan dengan tindakan hukum dan para hakim yang tuna kebenaran dan keadilan. Hukum sekadar alat verbal yang dapat ditafsirkan semaunya sendiri dan diperjualbelikan dengan masif. Nabi bersabda yang artinya, "Wahai manusia, ketahuilah sesungguhnya kehancuran umat terdahulu sebelum kamu disebabkan apabila yang mencuri itu orang yang terpandang mereka tinggalkan hukumnya, sebaliknya jika yang mencuri itu dari kalangan rakyat biasa, mereka tegas menerapkan hukuman.
Demi Allah, jika Fatimah anakku mencuri, pasti kupotong tangannya." (HR Imam Bukhari).

Maka, jangan pernah merasa aman ketika suatu negeri dikuasai dan cenderung memberi ruang pada praktik perbanditan.
Momentum kehancuran dan azab Tuhan hanya soal waktu, lambat atau cepat. Suatu keadaan yang tidak diinginkan siapa pun. Di sinilah pentingnya pemimpin pemberani yang berdiri tegak di atas kebenaran dan keadilan. Bukan pemimpin lembek, berjarak pandang pendek, dan cenderung toleran pada para pembuat onar negeri.

Manakala para pemimpin suatu negeri tak memiliki karakter kenegarawanan yang kuat dan membiarkan para perusak negara menguasai pemerintahan, dia berada di jurang keruntuhan. Suatu kali, Umar bin Khattab ditanya tentang kehancuran negeri. "Suatu negara akan hancur kendati negeri itu makmur, bila para pengkhianat menjadi petinggi negeri dan kekayaan negara dikuasai oleh orang-orang yang fasik," ujar Amirul Mukminin. 

Saatnya kembali kepada sistem pemerintahan Islam "Khilafah" yang mengikuti manhaj Nabi Shalallahu 'Alayhi Wassalam

Rasulullah saw bersabda:

«تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكاً عَاضّاً فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكاً جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ» ثُمَّ سَكَتَ

“Di tengah kalian ada masa kenabian, yang akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian dan akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian ada kekuasaan yang mengigit (mulkan ‘âdhdhan) dan akan ada tetap sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. kemudian akan ada kekuasaan yang memaksa (mulkan jabriyyatan) dan akan tetap ada sesuai kehendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”, kemudian Beliau diam.


Wallahu'alam bishawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak